Share

Testpack Milik Siapa di Tas Suamiku?
Testpack Milik Siapa di Tas Suamiku?
Author: Setia_AM

1 Testpack Siapa Ini, Mas?

“Itu bukannya Mas Rendra?”

Leandra menghentikan motornya di lampu merah, ketika jalanan sedang padat-padatnya karena bertepatan dengan jam pulang pegawai kantor.

Tanpa sengaja mata Leandra menangkap satu sosok yang dikenalnya sebagai Rendra, suaminya sendiri.

Rendra terlihat baru saja keluar dari sebuah klinik ibu hamil bersama seorang perempuan yang tidak Leandra kenal.

Sebelum Leandra sempat mengamati perempuan itu lebih jauh lagi, lampu lalu lintas berubah hijau dan dia terpaksa melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Selama dalam perjalanan menuju rumah mertuanya, hati Leandra sama sekali tidak bisa tenang.

“Siapa perempuan itu?” tanya Leandra dalam hati seraya mengemudikan motornya dengan gelisah.

Kok bisa Mas Rendra keluar dari klinik ibu hamil bersama perempuan itu?

Atau dia hanya salah lihat saja karena pandangannya berjarak cukup jauh dari klinik?

Banyak sekali pertanyaan yang berdesakan di kepala Leandra hingga membuatnya nyaris lupa kalau dia sedang mengemudi di jalan raya.

Leandra berusaha fokus mengendarai motor matic-nya. Meskipun begitu, dia asal melaju dengan perasaan yang tidak menentu, tidak memperhatikan arah jalan, rambu lalu lintas, hingga dia berbelok dan terlambat sadar ketika ada mobil putih bersih yang muncul di hadapannya ....

Brakk!

Leandra tidak sempat menghindari senggolan dengan bodi mobil dan dia pun terjatuh bersama motornya ke aspal.

“Aduhhh ...” rintih Leandra sambil meringis kesakitan.

Untungnya, mobil putih itu tidak kabur dan pengemudinya turun tepat ketika beberapa orang mulai berbondong-bondong datang untuk memberikan pertolongan kepada Leandra.

“Tanggung jawab, Pak!”

“Dia yang tiba-tiba muncul di depan mobil!”

Beberapa orang menepikan motor dan sebagian lagi membantu Leandra duduk di depan toko kelontong yang tutup.

“Lain kali hati-hati kalau bawa motor.”

Leandra mendongak dan tatapannya tertumbuk kepada seorang pria berpostur tinggi tegap dan memiliki garis mata tajam. “Kamu perlu ke rumah sakit?”

“Tidak usah,” geleng Leandra kepada pengemudi mobil itu. “Saya minta maaf, saya yang salah ....”

Pria itu tidak menjawab, dia mengalihkan pandangannya ke arah motor Leandra yang sudah diparkirkan orang-orang di dekat mobilnya.

Leandra yang wajahnya masih shock, hanya terduduk bisu sambil mengusap-usap lututnya yang terbentur saat jatuh tadi. Ketika dia menoleh, dilihatnya pria itu sedang mencoba menyalakan mesin motor matic-nya.

“Kamu tidak menelepon orang rumah saja supaya jemput kamu?”

Leandra bergeming ketika pria tegap itu mendatanginya setelah mematikan mesin motor.

“Saya masih bisa naik motor kok,” jawab Leandra sambil menggeleng.

Pria itu mengangguk dan kembali ke mobilnya, tidak berapa lama kemudian dia muncul lagi dengan membawa sesuatu di tangannya.

“Bukannya saya tidak mau bertanggung jawab, tapi saya sedang ada urusan penting.” Dia mengulurkan beberapa lembar uang kertas merah ke tangan Leandra. “Ini sekadar untuk jaga-jaga kalau kamu terluka atau motor kamu perlu diservis. Sekalian ini kartu nama saya kalau ada apa-apa.”

Leandra terpaku sejenak. Bukan dia menolak rejeki, tapi pengemudi mobil itu memang tidak sepenuhnya salah. Karena itulah Leandra lebih memilih untuk mengambil kartu nama pria itu saja dan tidak menerima uangnya.

“Terima kasih, ... seharusnya malah saya yang memberi Bapak ganti rugi karena mobil Bapak jadi lecet ...” ucap Leandra terbata, dia melirik nama yang tertera di kartu.

Nama pria itu adalah Tian Rafael.

“Tidak usah dipikirkan, anggap saja musibah.” Tian menyahut. “Lain kali hati-hati.”

Leandra mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi, baginya dia sudah sangat beruntung karena Tian tidak menuntut ganti rugi atas tabrakan yang tidak disengaja tadi.

Kasih tahu Mas Rendra nggak ya, batin Leandra dalam hati. Kebetulan orang-orang sudah fokus kepada urusannya sendiri-sendiri setelah kejadian yang dialaminya tadi berhasil diselesaikan secara damai antara dua belah pihak.

Nggak usah deh, batin Leandra lagi. Dia berdiri dan berjalan sedikit tertatih karena lututnya yang nyeri.

Leandra memutuskan untuk kembali ke rumah mertuanya, kali ini dia mengemudi motornya dengan sangat hati-hati.

***

“Bu, Mas Rendra belum pulang, ya?” tanya Leandra ketika dia tiba di rumah mertuanya. “Tadi aku seperti lihat Mas Rendra di jalan, aku pikir dia sudah pulang duluan ke rumah dan pergi lagi.”

Ibu mertua yang sedang menyeduh teh lantas menoleh ke arah Leandra.

“Mana mungkin jam segini Rendra sudah pulang,” bantah sang mertua. “Dia itu banting tulang buat kamu, juga buat anak kalian nanti. Makanya kamu cepat hamil, biar Rendra bisa langsung pulang kalau habis kerja dan tidak perlu keluyuran dulu.”

Jawaban ibu mertua yang ketus membuat Leandra mengangguk saja dan bergegas pergi ke kamarnya untuk melepas penat.

Hari itu ternyata Rendra terlambat tiba di rumah dengan alasan lembur.

“Aku siapkan baju kamu di tempat biasa,” ucap Leandra ketika Rendra melangkah pergi menuju kamar mandi.

Dia kemudian membuka lemari dan menyiapkan satu setel baju bersih untuk suaminya.

Ketika itulah Leandra mendengar ponsel suaminya berdering nyaring. Dia yang biasanya bersikap biasa saja dan cenderung tidak mau tahu, kali ini muncul rasa penasaran yang menggelitik hatinya.

Dering ponsel Rendra terhenti ketika Leandra meletakkan baju bersih di atas tempat tidur. Hampir saja rasa penasaran itu hilang dari pikirannya ketika dia mendengar ponsel sang suami berdering lagi.

Dengan ragu-ragu, tangan Leandra terulur untuk menjangkau tas kerja Rendra yang ternyata sudah setengah terbuka.

“Nggak apa-apa kan kalau aku lihat siapa yang menghubungi Mas Rendra?” gumam Leandra seraya mengambil ponsel suaminya yang terus berdering. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang meski tidak tahu apa sebabnya, lalu deringan itu tiba-tiba berhenti tepat ketika ponsel Rendra berhasil ditarik keluar.

“Mungkin rekan bisnisnya,” batin Leandra lagi yang lantas memasukkan ponsel itu kembali ke dalam tas.

Ketika itulah ujung jemari Leandra menyentuh sebuah benda pipih panjang yang memantik rasa ingin tahunya lagi.

Refleks Leandra meletakkan ponsel Renda di samping tas, kemudian dia tarik keluar benda pipih itu dan ....

Kedua mata Leandra terbelalak lebar ketika tangannya menggenggam sebuah testpack yang hasilnya positif.

“Astaga! Testpack siapa ini?” batin Leandra sambil membekap mulutnya dengan telapak tangan. Dia tahu betul bahwa para pria tidak mungkin menggunakan testpack itu, lalu kenapa benda pipih ini bisa berada di dalam tas kerja Rendra?

Belum hilang rasa terkejut di hati Leandra, tiba-tiba ponsel Rendra menyala dan menampilkan pesan terbaru yang muncul di layar.

[Mas, terima kasih ya tadi kamu sudah nganterin aku ... Besok mampir lagi]

Leandra mampu membaca pesan itu dengan jelas tanpa perlu menyentuh ponsel Rendra.

“Lea, bikinkan kopi!”

Rendra tiba-tiba muncul dari kamar mandi dan Leandra buru-buru memasukkan ponsel suaminya ke dalam tas.

“Tadi kamu pergi ke mana saja sih, Mas?” tanya Leandra ingin tahu saat Rendra mengeringkan rambutnya.

“Biasa, lembur di kantor,” jawab Rendra sambil menyisiri rambutnya dengan jari tangan.

Leandra menggigit bibirnya dan meraih satu setel pakaian bersih sembari menggenggam testpack temuannya tadi menggunakan tangannya.

“Itu testpack milik siapa, Mas?” tanya Leandra tanpa berbelit-belit. “Yang ada di tas kamu?”

Bersambung—

Comments (2)
goodnovel comment avatar
mama lyta
meetuanya bokeh gk sih kita culik aja,ngeselin
goodnovel comment avatar
MiaKadir
okay start baca ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status