Share

2 Ini Sama Saja Selingkuh

Rendra sontak terdiam.

“Testpack? Maksud kamu?” Dia bertanya dengan kening berkerut.

Leandra meraih tas kerja Rendra dan mengeluarkan testpack yang tadi dia temukan.

“Ini bukan testpack aku,” kata Leandra sambil menunjukkan benda pipih itu. “Hasilnya positif—testpack siapa ini, Mas?”

Leandra menatap lurus ke arah Rendra yang berdiri membeku di depannya.

“Lea, itu ...”

Leandra berusaha untuk tetap tenang dan menunggu apa yang akan Rendra jelaskan kepadanya. Namun, terlihat jelas kalau suaminya begitu kesulitan dalam merangkai kata-kata yang tepat.

“Testpack ini milik siapa, Mas?” tanya Leandra lagi dengan nada mendesak. “Kamu tahu sendiri kalau hasil testpack aku selalu negatif ... tapi yang ini positif—bisa kamu jelaskan?”

Rendra tidak segera menjawab.

“Kenapa kamu diam, Mas?” tuntut Leandra lagi.

“Itu punya rekan kerja aku, Lea!” jawab Rendra buru-buru. “Sepertinya nggak sengaja kebawa saat aku beres-beres meja.”

Dengan menahan rasa curiga yang memuncak, Leandra mengambil ponsel Rendra dan menunjukkan pesan baru yang dilihatnya.

“Silvi itu siapa?” tanya Leandra, dia menoleh dan melihat ekspresi wajah Rendra yang langsung berubah drastis.

“Lea, kamu salah paham!” kata Rendra sambil meraih testpack itu, tapi Leandra sengaja menjauhkannya dari jangkauan.

“Siapa dia?” tanya Leandra dengan mata menyipit. “Jawab, Mas!”

“Rekan kerja,” jawab Rendra akhirnya. “Mana ponsel aku, Lea? Kamu nggak bisa pegang ponsel aku tanpa izin.”

Leandra menggeleng.

“Jelaskan dulu Silvi itu siapa!”

Rendra berusaha meraih bahu Leandra, tapi istrinya itu menjauh dengan segera.

“Lea, ini nggak seperti yang kamu pikirkan!” sergah Rendra saat Leandra melangkah keluar dari kamar mereka. “Dengar dulu penjelasan aku!”

Leandra tidak mendengar, dengan langkah-langkah cepat dia segera pergi menuju kamar mertuanya.

“Bu, maaf! Aku mau bicara sebentar!” ucap Leandra sambil mengetuk pintu dengan sedikit keras karena dia tidak bisa mengendalikan diri. “Bu?”

Rendra berhasil menyusul Leandra sebelum pintu kamar orang tuanya terbuka.

“Lea, kita selesaikan masalah kita di dalam.” Dia menarik tangan Leandra tegas.

“Aku nggak mau kamu bohongi lagi, Mas!” tukas Leandra sambil mengibas tangannya.

“Kamu khawatir kalau orang tua kamu tahu soal Silvi? Memangnya siapa dia? Terus testpack positif ini milik siapa?”

Rendra menghela napas kasar, kesabarannya mulai terkikis karena Leandra tidak juga menurut kata-katanya.

“Aku akan jelaskan semua, tapi nggak di sini.” Rendra berkeras. “Ini masalah rumah tangga kita, jadi kita nggak perlu bawa-bawa orang tua.”

“Jangan-jangan testpack yang aku temukan ini adalah milik Silvi?” tebak Leandra sambil menatap tajam suaminya.

“Aku jelaskan di kamar, oke?” bujuk Rendra lagi.

“Jawab dulu testpack ini milik siapa?” tanya Leandra berulang-ulang.

“Kalian ini ngapain ribut-ribut di depan kamar?” sela ibu mertua yang muncul di pertengahan tangga.

“Nggak apa-apa, Bu.” Rendra menyahut.

Ibu Rendra meneruskan langkah dan kedua matanya terarah ke tangan Leandra.

“Itu kamu bawa apa, Lea?”

Rendra menatap ibunya dengan pandangan yang menyiratkan sesuatu.

“Mas Rendra bawa testpack yang hasilnya positif, Bu.” Leandra tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengadu.

“Oh ya, bagus! Kamu akhirnya hamil?” sahut mertua, agak kebingungan ketika dia menangkap pandangan Rendra yang menyiratkan sesuatu. “Tapi ....”

“Ini bukan hasil testpack aku, Bu.” Leandra menggeleng. “Aku dapat testpack ini di tas kerjanya Mas Rendra.”

Rendra sontak bungkam.

“Lebih baik kamu jelaskan sekalian di depan Ibu,” ucap Leandra seraya melirik Rendra. “Testpack ini milik siapa, kenapa bisa ada di tas kamu, dan juga siapa itu Silvi?”

Sang mertua yang mendengar pertanyaan beruntun dari Leandra, ikut memandang ke arah Rendra.

“Tolong jelaskan sekarang, aku mau semuanya selesai malam ini juga.” Leandra mendesak.

“Tidak perlu dibesar-besarkan,” sela ibu Rendra dengan ekspresi angkuh. “Itu kan cuma testpack.”

“Tapi Bu, aku harus tahu siapa pemilik testpack ini!” ucap Leandra gusar.

“Tidak ada gunanya kamu tahu,” tukas mertua. “Yang harus kamu pikirkan adalah bagaimana caranya biar hasil testpack kamu selanjutnya bisa positif seperti itu, saya juga kepingin gendong cucu.”

Leandra merasa kalau ibu mertua cenderung membela putranya sendiri, padahal dia masih ingin mengusut tuntas kasus ini dengan barang bukti testpack yang dia temukan.

“Kamu nggak percaya sama aku?” Rendra meraih tangan Leandra yang masih menggenggam alat bukti. “Testpack itu milik rekan kerja aku, Lea. Dia memang orangnya ceroboh, suka meletakkan benda-benda pribadinya sembarangan.”

Namun, Leandra dengan tegas mengibaskan tangannya.

“Jelaskan dulu siapa itu Silvi!” kata Leandra sambil memandang tegas suaminya.

Rendra terdiam sebentar, kemudian dia merebut paksa benda pipih yang digenggam Leandra dan langsung menaruhnya di saku celana

“Jelaskan saja semuanya sama istri kamu sekarang,” suruh ibu mertua sambil berdiri di depan pintu kamarnya.

“Bu!” tegur Rendra.

“Ada apa, Mas?” tanya Leandra seraya memandang suami dan ibu mertuanya bergantian.

“Kamu atau ibu yang harus menjelaskannya?” ucap mertua yang tampak memendam sesuatu. “Tidak perlu kamu sembunyikan lagi kalau memang istri kamu mau tahu.”

“Ibu bicara apa sih, Mas?” Leandra semakin dibuat bingung.

“Nggak usah kamu dengarkan ibu,” tukas Rendra, yang justru semakin memancing rasa ingin tahu Leandra.

“Kamu sama ibu pasti menyembunyikan sesuatu,” kata Leandra curiga. “Kamu jujur sekarang, atau aku akan cari tahu semuanya sendiri?”

Rendra masih membisu, dia melirik ibunya yang balas menatapnya tajam.

“Oke, aku akan cari tahu sendiri.” Leandra mengancam, sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di rumah ini.

“Sebenarnya aku ... sudah menikah sama Silvi,” kata Rendra akhirnya, membuat Leandra seakan tersambar petir. “Dan testpack itu betul punya dia.”

“Kamu menikah lagi, Mas?” ucap Leandra tak percaya. “Dan Ibu tahu ...?”

Dia memandang ibu mertuanya dengan tak percaya, setelah itu dia langsung masuk ke kamarnya.

Tidak kuat lagi menahan kepedihan hati.

“Ibu sakit keras, darah tingginya suka kambuh kalau dia banyak pikiran,” kata Rendra lirih, berusaha membujuk sang istri yang menangis tanpa suara di kamar mereka. “Sudah lama ibu menginginkan cucu dari kita, Lea.”

Leandra memejamkan mata, tidak menyangka pengkhianatan itu sungguh-sungguh terjadi di dalam rumah tangganya yang semula dia kira baik-baik saja.

Selama ini Rendra tidak pernah mengeluh, biarpun lebih dari dua tahun pernikahan sudah mereka lewati tanpa tangis nyaring seorang bayi.

“Ibu suruh Mas Rendra menikah lagi?” tanya Leandra kecewa saat dia bertemu ibu mertua esok paginya.

“Ya, itu karena kamu tidak bisa kasih anak untuk Rendra,” jawab mertuanya tanpa beban.

“Tapi bukan begini caranya, Bu. Ini sama saja selingkuh,” kata Leandra keberatan.

“Rendra berhak punya anak, Lea. Karena kamu tidak hamil-hamil juga, tidak ada salahnya dia menikah lagi.” Ibu mertua menyela. “Buktinya Silvi bisa hamil, itu artinya rahim kamu yang bermasalah.”

“Tapi bukan berarti aku mandul,” bantah Leandra.

“Terus kenapa sampai sekarang kamu tidak juga hamil?” tanya mertua, nadanya menekan. “Memangnya kamu berani tes kesuburan untuk membuktikan kamu ini mandul atau tidak?”

Bersambung—

Comments (1)
goodnovel comment avatar
mama lyta
nyebelin ni mertua...png sy sumpel kaos kaki aj wkwkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status