Share

Tetangga Culunku Ternyata Big Boss
Tetangga Culunku Ternyata Big Boss
Penulis: Vellichor_Ann

Jevran as Joko

Seorang pria berpenampilan culun, turun dari sebuah angkutan umum. Dia menatap rumah yang akan ditempatinya mulai hari ini. Rumah yang sederhana, jauh dari kata mewah.

Pria ini bukan orang sembarangan. Dia adalah Jevran. Cucu dari pengusaha kaya raya, Abimayu. Tapi, kenapa dia ada di sini? Jawabannya karena Jevran kabur dari rumah. Dia tidak mau mengikuti perjodohan orangtuanya untuk mendekatkan Jevran dengan anak temannya. Jevran tidak bodoh, dia tau orang itu menginginkan sesuatu dari perjodohan ini.

Jadi di sinilah Jevran--menyamar sebagai orang biasa yang datang dari kampung. Walaupun tau jika semua ini tidak mudah karena hidupnya selalu dilayani orang lain dan sukanya bergonta-ganti pasangan, hobinya membeli barang bermerek, tapi tak apa.

Sekarang, dia harus berpura-pura menjadi anak kampung yang sama sekali bukan gayanya.

"Ck, coba aja gak ada perjodohan konyol itu. Gue kan gak usah kabur gini. Ribet sendiri kan jadinya," gerutu Jevran pada dirinya sendiri.

Pria itu berjalan menuju halaman rumah dengan tas yang dibawanya. Untuk tas yang lain mungkin akan diangkut satu persatu, berhubung banyak sekali barang bawaannya. Itu semua ia beli untuk keperluannya di rumah baru. Ia sempat terkejut saat melewati pohon mangga, sebuah mangga jatuh ke atas kepalanya. Jevran hampir saja mengumpat jika tak menyadari ada perempuan di atas pohon sana. Pria itu menunduk menjaga sikap.

"Aduh, maaf. Sakit, mas?" tanya perempuan itu setelah turun dari pohon.

Jevran mendongak mendengar suara lembut itu. Astaga! Cantik sekali perempuan di hadapannya ini. Dia sangat malu ketika bertemu dengan perempuan cantik namun penampilannya seperti ini. Eh? Jevran menggelengkan kepalanya. Kenapa dia berpikir seperti itu? Dia kan sedang menyamar.

"Mas! Kok diem aja? Atau kepalanya jadi linglung ya?" kata sang gadis panik yang membuat Jevran kembali menggeleng.

"Engga! Gak apa-apa."

"Serius?"

"Iya."

Gadis itu menghela nafas lega. Ia memperhatikan penampilan pria di depannya dari atas sampai bawah. Rambutnya berponi rapih, menggunakan kacamata bulat, ada tompel di pipinya. Satu lagi, dia menggunakan baju kodok yang menurut Naura membuat orang ini terlihat semakin aneh.

Mendapat tatapan menilai dari gadis berkuncir kuda itu, Jevran berdehem. Seakan tersadar, gadis tadi menjulurkan tangannya. "Aku Naura. Nama kamu?"

Jevran membenarkan posisi kacamatanya yang merosot. Ia tidak salah dengar? Gadis ini mengajaknya berkenalan? Jevran tersenyum dalam hati. Mau dibuat sejelek apapun, memang aura tampannya tidak akan menghilang.

"Jevran," katanya membalas uluran tangan. Namun sedetik kemudian ia merutuki dirinya sendiri yang memperkenalkan diri dengan nama asli.

"Jevran? Nama kamu bagus."

"Jevran Joko Inir," balas Jevran cepat.

"Oh." Naura tertawa dan menurut pria di depannya, senyumannya sangat manis. "Jadi dipanggilnya Jevran?"

pria itu menggeleng cepat. "Jangan. Panggil Joko aja."

"Oke. Kamu dari kampung?"

"I-iya. Aku mau coba cari kerja di kota."

"Wah, padahal cari kerja di kota itu susah loh." Naura menggigit kulit mangga yang dipetiknya tadi. Jevran melihat kelakuan gadis di depannya hanya menatap ngeri. Cantik-cantik tapi kelakuannya seperti itu. Sudah manjat pohon, loncat begitu saja tanpa takut kaki patah, dan satu lagi mengupas kulit mangga dengan giginya.

Naura duduk di bawah pohon dengan memakan mangga, sedangkan Jevran memilih untuk membawa masuk barang-barangnya. Gadis itu memperhatikan lelaki yang baru saja menjadi tetangga barunya. Sejujurnya Naura sulit akrab dengan orang baru, namun melihat pemuda tadi sepertinya orang baik-baik. Jarang juga Naura bertemu dengan lelaki berpenampilan unik seperti Jevran.

Sampai selesai membawa masuk barang pertamanya, Naura masih ada di sana memperhatikan Jevran yang kembali keluar mengambil dua kardus.

'Dia kenapa ngeliatin terus? Gue kan jadi grogi,' batin Jevran mempercepat gerakannya.

"Jok, di baju Lo ada ulat!" Naura berteriak kemudian menutup mulutnya.

Jevran membulatkan matanya dan berteriak heboh. Demi apapun, Jevran membenci yang namanya ulat. Pria itu mencoba mengibaskan bajunya agar ulat itu pergi.

Naura yang tadinya tertawa langsung berhenti begitu Jevran berniat membuka bajunya. "Eh! Mau ngapain?!"

"Buang ulatnya," katanya yang memejamkan mata erat.

"Gak ada, aku cuma bercanda."

Jevran membuka matanya. "Jadi gak ada?"

"Engga. Lagian kamu tuh udah gede, masa takut sama ulat?" ejek Naura yang berjalan melewati Jevran begitu saja. Dia pulang ke rumahnya. Rumah di samping milik pria culun itu.

Kaca mata itu kembali dilepas oleh Jevran untuk mengusap keringat di wajahnya karena ketakutan. Dia tidak bohong soal takut pada ulat. Lututnya saja sampai lemas. Jevran tidak menyangka jika dia akan dikerjai di hari pertamanya pindah.

Pria itu kembali bergidik melihat pohon di depannya. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah dengan dua kardus terakhir miliknya.

Jevran, selamat menikmati kehidupan baru.

****

Pagi yang cerah secerah senyuman seorang gadis cantik yang terduduk di teras rumahnya. Dia tersenyum bukan tanpa alasan. Temannya baru saja mengirimkan pesan lucu di pagi hari.

Naura berdiri ketika adiknya keluar dengan seragam putih birunya. Namanya Ajun, dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Udah siap?" tanya Naura memainkan kunci motornya. Dia biasa mengantar jemput adiknya dengan motor kesayangannya ini.

"Sebentar, kak. Ada yang ketinggalan." Anak itu kembali berlari ke dalam rumah.

"Kebiasaan," gumam Naura. Tak sengaja gadis itu melihat tetangga barunya yang tak lain dan tak bukan adalah Jevran. Sepertinya pria itu habis dari luar. Terlihat juga tangannya menenteng kresek.

Naura berlari menghampiri Jevran. "Abis dari mana?"

"Beli bubur."

Sepertinya ada yang aneh. Naura menyipitkan matanya menatap lekat wajah Jevran. Merasa kaku, Jevran menelan ludahnya susah payah. Apa yang Naura pikirkan?

"Btw, tompel kamu pindah?"

"Hah?"

"Iya. Kemarin kayaknya aku liat ada di kanan, ko sekarang di kiri?"

Sudut bibir Jevran berkedut. Bisa-bisanya gadis ini detail seperti itu. Dia saja lupa dimana letak tompel ini seharusnya berada. "ka-kayaknya kamu salah liat."

"Gak mungkin. Aku inget ada di kanan kok," balas Naura cepat.

"Kan yang punya tompel ini aku. Masa aku salah," kata Jevran membenarkan kacamatanya. Menyebalkan sekali benda ini.

"Oh iya. Yang punya tompel kan kamu ya." Naura tertawa garing sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kak Naura! Loh, ini siapa?" Ajun yang menyusul Naura di buat terkejut dengan orang asing yang berbicara dengan kakaknya.

"Dia namanya Joko, tetangga baru kita. Jo, ini adikku. Namanya Ajun."

"Penampilannya kok gitu? Jelek," kata Ajun mulus, semulus pantat bayi. Untung saja Jevran bisa menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Ajun! Dia itu lebih tua dari kamu. Gak boleh ngomong kayak gitu." Naura menjeda ucapannya. "Terlalu jujur namanya."

Jevran benar-benar dibuat kesal oleh kelakuan kakak beradik dihadapannya. Namun apa boleh buat? Dia kan sedang menyamar, jadi harus menjaga image sebagai anak baik.

Naura teesenyum lebar. "Bercanda. Yaudah, kita duluan, ya. Nanti takut Ajun telat. Selamat menikmati buburnya."

Gadis itu menggiring adiknya kembali ke halaman rumah untuk mengambil motor. Jevran menghela nafas lelah. Untung saja anak bernama Ajun itu masih bocah, kalau tidak sudah dia tampar mulutnya dengan dollar.

****

Siangnya Jevran pergi ke kantor miliknya, dengan penampilan culun. Orang-orang kantor menatapnya aneh, tapi Jevran tidak memperdulikannya. Ia naik ke lift begitu saja dan menerobos masuk saat sekuriti mencoba menahannya.

Sampai di ruangan yang di tuju, Jevran tak menemukan kehadiran orang yang dicarinya. Pria itu duduk di kursi kebesaran. Dia mengangkat kaki ke atas meja dan menunggu kedatangan sekretarisnya.

Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok pria dengan berbagai berkas di tangannya. Betapa terkejutnya ia melihat orang asing masuk ke ruangan bos. Apalagi sampai menaikan kaki ke atas meja.

"Siapa kamu? Sedang apa kamu di sini?!"

"Masa gak kenal?" kata Jevran memutar bola matanya malas.

"Jangan sok kenal kamu sama saya! Ini ruangan bos saya. Keluar atau saya panggilkan sekuriti?"

Jevran menurunkan kakinya. Satu persatu ia melepas kacamatanya, tompelnya, dan terakhir mengacak rambut rapihnya. "Mau manggil sekuriti?"

"Jevran?"

"Parah banget gak ngenalin gue. Lo mau potong gaji?" candanya.

"Eh, jangan! Lagian Lo ngapain jadi kayak gini? Terus Lo kemana aja? Bokap Lo datang ke kantor buat nyari Lo. Kabur Lo dari rumah? Mana di telepon gak aktif," tanya Jerry selaku teman sekaligus sekertaris Jevran.

Jevran membuang nafasnya kasar. "Gue ganti nomor."

"Hah? Kenapa?"

"Gue mau dijodohin, jadi gue kabur dari rumah. Gue yakin kalau mereka cuma ngincer duit doang. Mereka tau kalau kekayaan kakek langsung diwariskan sama cucunya, gue."

"Terus kantor gimana kalau gak ada Lo?" tanya Jerry.

"Gue titip sama Lo, ya. Kalau ada sesuatu Lo bisa kabarin gue. Tapi jangan sering-sering, nanti ada yang curiga. Terus Lo juga gak boleh kasih tau siapapun kalau gue nyamar gini."

"Lo tenang aja. Tapi kenapa penampilan Lo harus kayak tadi? Beda banget. Emang ada cewek yang mau deket-deket sama Lo?"

"Ada, lah," kata Jevran tak terima.

"Yang bener? Mana ada cewe yang mau sama cowok cupu."

"Ada. Cantik lagi." Jevran membayangkan wajah Naura. Gadis itu sebenarnya cantik. Senyumannya manis dan tingkahnya yang lucu. Tapi, Jevran selalu dibuat jengkel dengan sikapnya yang usil dan jauh dari kata feminim. Kelincahannya memanjat pohon membuat Jevran sempat berpikir kalau Naura adalah anak yang dibesarkan di hutan seperti Tarzan.

Tok..tok..tok..

Jevran melirik ke pintu lalu menatap Jerry. Pasti itu sekuriti yang mengejarnya. Dengan cepat Jevran kembali memakai penyamarannya dan menyingkir dari kursi yang didudukinya.

"Ada apa?" tanya Jerry setelah membuka pintu. Benar saja, di sana ada dua sekuriti tadi.

"Maaf Pak Jerry. Tadi ada laki-laki asing yang nerobos masuk ke lift. Takutnya dia masuk ke ruangan Pak Jevran," panik keduanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fara dhila
sangat memuaskan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status