Share

5

Author: nura0484
last update Last Updated: 2024-12-25 20:22:52

“Kamu mencari aku selama ini, apa ada hubungan sama kehamilan ini?”

Rachel menganggukkan kepalanya penuh kepastian “Aku mau minta bantuan.”

“Bantuan apa?” tanya Faisal menatap tidak suka dan seakan paham dengan arah pembicaraan Rachel “Aku nggak pernah melakukan itu sama kamu.”

Rachel menghembuskan napas panjangnya “Kita pernah...”

“Nggak! Ciuman adalah batas maksimal yang...”

“Pegang alat aset? Lupa?” potong Rachel “Kita manusia dewasa jadi...”

“Memang tapi nggak sampai...lagian kenapa kamu nggak Minta sama pria kemarin?” Faisal memotong kalimat Rachel dengan tatapan tajam.

“Bukan dia.” Rachel menundukkan kepalanya.

“Lalu? Berapa banyak pria yang melakukan sama kamu?” Faisal menatap tidak percaya.

“Mertuanya kakakku,” jawab Rachel tanpa menatap Faisal yang membelalakkan matanya “Makanya aku nggak bisa minta dinikahin, pernikahan hanya status dihadapan orang tua dan keluarga.”

“Kamu nggak lupa kalau masih ada permasalahan lain? Kita berbeda keyakinan, orang tua aku pasti nggak akan setuju dan aku nggak mau tanggung jawab hal yang tidak aku lakukan.” Faisal menggelengkan kepalanya.

Rachel menghembuskan napas panjangnya “Aku bisa ikut sama kamu, bantu aku.”

“Nggak! Maaf. Aku nggak bisa melakukan itu, kamu cari pria lain. Aku rasa nggak ada lagi yang harus kita bicarakan. Ah...satu lagi jangan datangi Luna karena dia nggak ada hubungan apapun denganku.” Faisal memberikan peringatan sebelum meninggalkan Rachel.

Pertemuan yang sia-sia, tidak menebak sama sekali atas apa yang menjadi bahan pembicaraan. Perbuatan Rachel yang dilihatnya pada saat itu tidak ada apa-apanya dibanding pengakuan yang dibuat, wanita yang terlihat dewasa dan diharapkan bisa dikenalkan pada orang tuanya nanti ternyata wanita haus akan belaian.

Tujuannya saat ini adalah bertemu dengan wanita pilihan ibunya, memilih mengikuti kata ibunya lagi-lagi karena Luna. Mereka tidak dekat, berbicara hanya seperlunya bukan seperti dirinya dengan Rama atau Nuri dengan Luna. Pertemuan mereka juga secara tidak sengaja di rumah, kalaupun diluar ketemu lebih karena dirinya mampir ke toko untuk membeli kue buat orang lain.

Wanita yang ditemuinya adalah anak dari teman ibunya, bukan anak teman ibunya tapi ibunya punya teman dan temannya itu punya teman atau sahabat, wanita ini adalah anak dari sahabat teman ibunya. Ibunya sendiri tidak tahu wanita seperti apa sebenarnya, tidak berharap apapun dari pertemuan ini.

“Rena, maaf kalau mengganggu waktu kamu.”

Faisal menatap wanita dihadapannya, wanita bernama Rena. Penampilannya ok, cantik dan anggun. Ibunya jika bertemu dengan Rena pasti suka, tapi tidak ingin menilai terlebih dahulu sebelum berbicara.

“Kamu kerja di mall?”

Rena menganggukkan kepalanya “Leader.”

“Libur?” tanya Faisal penasaran yang diangguki Rena “Lama berarti?”

“Nggak juga, baru lima tahun. Sebenarnya aku malas ikut begini, tapi orang tua maksa ya sudah.”

“Nggak punya cowok?” tanya Faisal penasaran.

“Baru putus, biasa selingkuh. Lebih tepatnya di selingkuhi.” Rena meralat perkataannya “Kamu sendiri udah punya pacar?”

“Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan.” Faisal memberikan jawaban aman.

“Kerja disana ketemu sama orang bermasalah sama kejiwaan, nggak stress?” tanya Rena penasaran.

Pembicaraan mereka berdua mengalir begitu saja, pertemuan mereka bukan seperti pertemuan pertama, melainkan dua orang yang sudah lama tidak bertemu. Faisal menyukai pembawaan dari Rena, caranya berbicara dan membuat orang nyaman dalam berbicara. Menyadari latar belakang pekerjaannya disadari adalah faktor utama.

“Apa kamu akan menikah cepat?”

“Pertemuan ini berakhir dengan pernikahan?” tanya Rena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Faisal.

Faisal seketika menggelengkan kepalanya “Aku hanya berjaga jika orang tua itu bertanya sampai sejauh itu.”

Rena menganggukkan kepalanya paham “Mama harusnya tahu kalau aku ingin mencari uang terlebih dahulu. Aku mau menikah kalau pria yang menjadi suamiku bisa menghidupiku secara keseluruhan, aku ingin tetap bekerja karena nggak mungkin mengandalkan uang suami saja. Kamu sendiri?”

Faisal tersenyum tipis “Aku nggak masalah kalau istri bekerja, dengan catatan tidak meninggalkan tanggung jawabnya.”

Rena memajukan tubuhnya dengan meletakkan tangannya mendekat kearah Faisal, melihat itu hanya menatap dengan menunggu kalimat keluar dari bibirnya “Kita sepemahaman tentang konsep pernikahan, tapi sayangnya aku belum memikirkan kearah sana.”

“Kita memiliki pemahaman yang sama,” ucap Faisal dengan senyum tipis.

Rena menganggukkan kepalanya “Kita bisa menjadi teman.”

Faisal menganggukkan kepalanya dengan mengulurkan tangan “Teman.”

Pertemuan yang berakhir dengan menambah teman, tapi mereka tidak saling bertukar nomer pribadi. Faisal bisa melihat jika wanita dihadapannya memang layak sebagai leader, tapi hubungan dengan dirinya jelas tidak. Sekarang jika ibunya bertanya tentang pertemuan ini bisa dijawab tanpa ragu, mereka tidak cocok dan hanya sebagai teman.

Faisal mengerutkan keningnya melihat keberadaan Zaky, tidak lain adalah mantan kekasih Luna. Informasi yang didapat adalah hubungan mereka telah berakhir, tapi melihat Zaky berada disini membuat isi kepalanya tidak percaya jika mereka berakhir, menganggukkan kepalanya sebagai tanda sapa sebelum masuk kedalam rumah.

“Ada apa kesini?” suara Luna menghentikan langkah Faisal dengan menatap kearah mereka berdua dan tidak ada niat menguping.

“Aku minta tolong, kasih tahu mama kalau hubungan kita sudah berakhir.”

“Aku sudah bilang sama tante, bahkan meminta maaf. Memang masih kurang?”

“Lun, mama nggak setuju sama Rena. Mama bilang Rena nggak cocok sama aku, tapi kamu tahu sendiri kalau aku...”

“Itu urusan kamu, Zak. Hubungan kita sudah berakhir, jadi ajh nggak mau ada hubungan apapun lagi sama kamu atau keluargamu.” Luna memotong kalimat Zaky dengan tatapan malas “Kamu kasih tahu Rena cara agar tante mau setuju, bukan minta sama aku bicara sama tante.”

Faisal mengerutkan kening mendengar nama Rena, tidak mungkin Rena yang sama dengan ditemuinya tadi. Langkah kakinya secara tidak sadar semakin dekat dengan mereka berdua, membuat keduanya menatap kearah Faisal dengan tatapan tanda tanya.

“Sorry,” ucap Faisal dengan mengangkat kedua tangannya “Suara kalian keras, jadi aku datang kesini buat...”

“Nguping,” potong Luna dengan tatapan malas yang hanya ditanggapi Faisal senyuman tipis.

“Kalian tadi sebut nama Rena, boleh tanya? Kerjanya apa?” tanya Faisal memberanikan diri.

“Kenapa, mas?” tanya Luna penasaran.

“Nggak papa, hanya mau tahu aja.” Faisal menatap Luna sambil menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri.

“Mall, dia leader disalah satu toko.” Zaky menjawab pertanyaan yang membuat tatapan Faisal tidak percaya.

“Kenapa nggak disetujui? Masalah pekerjaannya?” Faisal kembali bertanya karena penasaran.

“Mas!” Luna membentak Faisal agar berhenti.

“Sorry, cuman pengen tahu.” Faisal menatap tidak enak.

“Janda cerai dengan anak satu,” jawab Zaky sambil menundukkan kepalanya.

“Janda?” Faisal tidak percaya dengan pendengarannya yang diangguki Zaky “Makanya kamu nyesal putus sama Luna dan minta dia kembali?”

Zaky menggelengkan kepalanya “Nggak! Aku hanya minta bantuan agar Luna bicara sama....”

“Mulai sekarang jangan ganggu Luna, kami akan menikah..” Faisal mengatakan tanpa dipikir dan melupakan keberadaannya.

“Kalian akan menikah?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga Masa Gitu   49

    “Semoga saja dia nggak melakukan hal gila lagi, apa yang terjadi ini kaya teguran dari Tuhan.”  Mereka semua mengamiinkan kalimat yang keluar dari bibir Raka, tidak ada yang membuka suaranya kembali. Orang tua Dewi sudah mengatakan apa yang seharusnya dilakukan sang anak pada mereka, tapi tampaknya semua nasehat hanya dianggap sebagai angin lalu. Obsesi membuat Dewi tidak bisa berpikir dengan jernih, bahkan membuat mereka berdua harus bersabar menghadapinya. “Aku dengar kalau kecelakaannya parah, bahkan hampir angkat rahimnya.” Ismi memberikan informasi membuat semua menatap tidak percaya. “Pantas orang tuanya minta maaf,” ucap Heri yang diangguki Raka. “Suaminya gimana?” tanya Raka menatap Akbar yang hanya bisa mengangkat bahunya “Dia kapan datang?”  “Secepatnya, tapi nggak tahu kapan. Dewi rencananya akan dibawa ke rumah orang tuanya.” Akbar menjawab apa yang diketahuinya “Orang tua

  • Tetangga Masa Gitu   48

    “Mantanmu itu ada aja gebrakannya.”  Faisal berdecih mendengar kalimat yang keluar dari bibir Heri, ditambah anggukan Raka. Informasi yang diberikan Nisa memang tidak mengarah pada Dewi, tapi tidak tahu pikirannya secara seketika mengarah kesana setelah semua kejadian. Sekarang ketika berkumpul bersama dua sahabatnya yang datang ke rumah orang tuanya membuat Faisal menceritakan semuanya, kepalanya sudah penuh dengan permasalahan yang dibuat Dewi. “Kamu nggak pernah ketemu sama Dewi?” tanya Heri “Maksudku sekali lagi? Kasih penegasan gitu.”  “Dia bilang kalau aku nikahnya sama wanita lain nggak masalah, tapi ini Luna yang aku nikahin. Dia tahu kalau selama ini hanya pelarian agar aku nggak memikirkan Luna.”  “Salah kamu sendiri dulu bilang begitu.” Raka menanggapinya santai “Malah sekarang adikku yang harus menjalani semua kesalahanmu.”  “Untungnya Luna sabar dan cinta sama kamu, coba

  • Tetangga Masa Gitu   47

    “Rekan kerja? Yakin?” Eni memicingkan matanya mendengar jawaban Faisal. “Ibu kalau nggak percaya bisa tanya sama Heri, aku juga udah bilang sama Luna kerjaan sekarang lagi ngerjain konseling dan dia rekan kerja.” Faisal menatap Eni dengan tatapan meyakinkan. “Kamu harus menyelesaikan masalah ini sama dia.” Eni mengatakan dengan nada serius. “Sudah, bu. Aku sampai nggak tahu lagi gimana ngomongnya.” Faisal mengusap wajahnya kasar. “Gimana kalau ketemu sama ibu? Apa kamu ketemu orang tuanya?” Faisal mengerutkan keningnya “Ngapain? Kurang kerjaan banget aku ketemu orang tuanya, bu. Aku sama Luna sudah bicara sama dia dan suaminya tapi malah menjadi. Kita sampai bingung harus gimana, bahkan dia memberi kabar kalau pesan kue di Luna secara langsung bisa dapat diskon banyak. Luna sampai lelah jawab permintaan tetangga, lagian Luna mau kasih diskon berapa banyak? Luna juga perlu membayar gaj

  • Tetangga Masa Gitu   46

    “Jangan terlalu serius, mas. Mereka pada takut sama kamu.”  Faisal mengerutkan kening mendengar kalimat Nisa “Konseling memang harus serius, kamu lupa? Lagian kita harus memberi batasan sama mereka, aku juga tahu waktu dan tempat untuk serius dan santai. Kurang berapa lagi? Masih banyak?” “Mungkin dua atau tiga orang, tapi besok kayaknya banyak.” Nisa menatap catatan yang ada diatas meja. “Baiklah, semangat. Setelah ini kita makan-makan.”  “Bener, mas?” Nisa menatap tidak percaya yang hanya diangguki Faisal “Ok, semangat.”  Faisal tahu pekerjaan saat ini memang melelahkan, dimana mereka harus melakukan tes lalu memberikan penilaian dan berakhir dengan konseling. Mereka dipisah menjadi beberapa, Faisal dan Nisa kebagian sekolah yang jaraknya jauh dari rumah dan kantor, tempat konseling mereka selalu berubah tergantung dari jadwal dan permintaan yang masuk. “Aku ngga

  • Tetangga Masa Gitu   45

    “Mulai sibuk, mas?”  Faisal menganggukkan kepalanya “Kamu udah tahu kalau mulai konseling.”  “Mas sendiri atau sama siapa?”  “Penanggung jawab aku dan Nisa, tapi kita ada tim sekitar enam orang.”  “Nisa? Aku nggak pernah dengar.”  “Dia udah mau nikah, sayang.” Faisal mencium pipi Luna sekilas “Nggak usah cemburu.”  Luna berdecih sambil memutar bola matanya malas “Waktu kita nikah dia datang?”  “Pertanyaan macam apa itu? Jelas datang, kenapa memang?” Faisal menatap bingung “Jamgan bilang kamu cemburu. Kamu sama Rebecca aja nggak cemburu, masa sekarang cemburu.”  “Kamu sama Rebecca itu hubungan kita hanya tetangga, mas. Kalau sekarang beda, lagian aku nggak cemburu tapi hanya bertanya nggak lebih, tapi reaksi kamu malah aneh.” Luna menggelengkan kepala dengan tatapan penuh selidik.  “Ya...ya...maaf kalau kal

  • Tetangga Masa Gitu   44

    “Nggak usah kepikiran hamil, sayang. Kalau memang sudah waktunya pasti dikasih, bisa jadi kamu belum hamil karena masih ada yang Tuhan rencanakan tentang usaha kamu itu.” “Padahal kita lakuinnya sebelum menikah, mereka-mereka diluar sana lakuin sebelum menikah udah langsung hamil terus kenapa aku belum? Nggak mau coba cek kah, mas?” Faisal menatap dalam kearah Luna “Kamu kenapa? Apa yang ada dalam pikiranmu? Nggak ada hubungan sama Dewi, kan?” Luna terdiam, mengalihkan pandangan kearah lain “Entah, kehadiran mantan kamu itu sering buat aku berpikir tentang kehamilan. Kalau aku hamil pastinya mas nggak mikir dia.” “Kapan aku mikirin dia?” Faisal seketika tidak terima dengan kalimat Luna. “Bukan mikir yang begitu, tapi mikir tentang kehamilan. Aku takut aja kalau ada apa-apa sama kita sampai belum hamil.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status