Share

6

Penulis: nura0484
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 19:00:55

“Jelaskan!”

Luna menatap kesal kearah Faisal mendengar kalimat yang keluar dari bibirnya, tidak tahu alasan apa yang membuat pria dihadapannya ini berkata hal gila. Gila, memang gila. Sekarang mereka berdua harus menjelaskan pada kedua wanita yang melahirkan mereka dan juga suami-suaminya, maksudnya adalah orang tua mereka berdua.

“Luna bisa jelaskan?” suara Eni keluar dengan lembut beserta tatapannya.

“Ibu tanya langsung sama Mas Faisal, Luna nggak ada hubungan apa-apa. Zaky tadi datang dan...minta bantuan buat...”

“Bantuan apa?” potong Intan yang mendapatkan tepukan pelan dari Andi agar diam “Mama nggak suka aja udah dilepas malah datang minta bantuan, pa.” Intan menatap Andi dengan penuh kekesalan.

“Bantuan buat yakinin mamanya kalau pasangannya sekarang itu baik...”

“Pasangan dia namanya Rena,” potong Faisal membuat semua menatap kearahnya “Rena, cewek yang suruh ketemu tadi.”

“Memang kenapa dia? Pacarnya mantan kamu, Lun?” tanya Eni yang dijawab Luna dengan mengangkat bahunya “Nama Rena itu banyak, mas. Jangan mikir negatif ke orang lain, jatuhnya fitnah nanti.”

Faisal menghembuskan napas kasarnya “Ibu tahu status Rena?” Eni menggelengkan kepalanya.

“Rena yang mas temuin itu janda?” tanya Luna penasaran, Faisal hanya mengangkat bahunya “Mas terus menyimpulkan Rena yang sama?” Faisal mengangguk pelan “Harusnya mas nggak usah masuk pas aku bicara sama Zaky...”

“Dia tadi udah kasar sama kamu, Lun.” Faisal seketika memotong kalimat Luna dengan tidak suka.

“Mas bisa bicara baik-baik, bukan membuat pengakuan gila kaya tadi.” Luna menatap kesal dan penuh emosi kearah Faisal.

“Memang kamu suka sama Luna? Suka sebagai lawan jenis bukan adik atau tetangga.” Herman, ayahnya Faisal membuka suaranya.

Faisal menatap Luna yang memilih diam dan mengalihkan pandangan darinya “Sebagai tetangga, adiknya Raka dan sahabatnya Nuri jadi udah aku anggap adik.”

“Kalau gitu kamu harus ikutin perkataan ibu untuk mencari wanita yang sesuai dengan kamu.” Eni memberikan perintah yang tidak ditanggapi Faisal.

“Aku masuk kamar dulu,” pamit Luna meninggalkan mereka.

Pembicaraan yang sudah tidak ada hubungan dengannya, ditambah pengakuan Faisal yang membuatnya sempat pusing. Luna tidak peduli dengan tatapan atau pandangan Zaky, melupakan Zaky memang tidak mudah apalagi orang tuanya terutama sang ibu masih sering menghubunginya atau mendatangi toko kuenya. Zaky pasti mengatakan pada orang tuanya, pastinya besok kedatangan wanita itu akan membuatnya semakin pusing. Pengakuan Faisal memberikan jalan atas mulusnya hubungan Zaky dengan Rena, terdiam beberapa saat ketika teringat perkataan Faisal tentang kesamaan nama.

“Luna...kamu sudah tidur?” Luna menatap pintu dimana sang mama berada diluar.

“Kenapa, ma?” tanya Luna ketika pintu terbuka “Sudah pulang mereka?”

“Sudah, mama sama papa mau bicara.” Intan mengatakan dengan nada tegasnya.

Luna memilih mengikuti sang mama menuju ruang keluarga, memilih duduk dihadapan orang tuanya sambil menyandarkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lelah. Menunggu pembicaraan yang mereka mulai dengan jantung berdebar, semua mengingatkannya ketika masa sekolah dulu ketika melakukan kenakalan bersama dengan Nuri.

“Kamu kenal sama Rena?” Intan membuka suara terlebih dahulu.

“Luna hanya tahu bukan kenal dekat.” Luna menjawab dengan jujur.

Intan memberikan foto melalui ponsel “Apa itu Rena?”

Luna mengambil ponsel Intan dengan menatap dalam “Mirip, tapi kayaknya iya. Dia yang ketemu sama Mas Faisal? Mama dikasih ibu fotonya?”

Intan menganggukkan kepalanya “Eni penasaran sama yang dibilang Faisal, lagian nama Rena itu banyak. Kamu yakin Rena yang sama?”

“Aku ketemu beberapa kali sih, Rena yang jadi pacar Zaky itu kerja disalah satu mall dan toko terus janda cerai.” Luna mencoba mengingat perkenalan mereka.

“Kamu kok tahu? Pernah ketemu dan bicara sama dia?” tanya Intan penasaran.

Luna menganggukkan kepalanya “Waktu itu temanin Zaky ke mall, aku nggak tahu gimana mereka akhirnya berlanjut tapi beberapa bulan kemudian Zaky bilang putus dan nemuin wanita lain.”

“Kamu di selingkuhi?” tanya Intan tidak terima karena baru tahu kenyataan dari hubungan Luna dan Zaky.

“Mungkin, tapi semua udah selesai.” Luna menjawab santai.

“Hubungan kalian sejauh apa?” tanya Andi ketika pembicaraan tentang Rena selesai, Luna menatap bingung “Kamu dan Faisal.”

Luna membentuk huruf o setelah paham pertanyaan dari papanya “Hubungan kaya gimana, pa? Aku anggap Mas Faisal sama kaya Mas Raka, nggak pernah lebih. Kalau Mas Faisal menganggap lain, aku nggak tahu.”

“Memang sedikitpun kamu nggak pernah tertarik sama Faisal? Kamu kan deket banget sama Faisal.” Intan penasaran dengan jawaban Luna.

“Nggak ada sama sekali, ma.” Luna menjawab penuh keyakinan “Luna nggak ada mikir untuk menjalin hubungan, fokus sekarang adalah toko kue yang lagi jalan. Keputusan Luna resign dari pekerjaan dan fokus sama toko roti ini, jangan sampai toko roti ini tutup dan kalah dengan nama besar.”

“Sebenarnya papa akan lebih tenang kalau kamu sama Faisal, tapi karena kamu nggak ada perasaan buat apa diteruskan. Papa juga nggak mau hubungan dengan mereka rusak andaikan kalian jadi terus berakhir.” Andi membuka suaranya.

“Papa pengen aku cepat nikah? Nikah sama Mas Faisal?” tanya Luna penasaran.

Andi menggelengkan kepalanya “Papa hanya mau kamu bahagia dengan pria yang bisa memperlakukan kamu dengan baik, seperti yang selama ini papa lakukan.”

Luna mendatangi Andi dengan memeluknya erat, ciuman di puncak kepala dirasakan dan pastinya merasakan perasaan cinta yang diberikan sang papa pada dirinya, mengeratkan pelukan dengan menghidu aroma Andi yang disukainya. Melepaskan pelukan dan memilih memasuki kamarnya, menggelengkan kepalanya saat mengetahui kenyataan sebenarnya.

Luna tahu dan sangat tahu apa yang dikatakan Faisal pada Zaky adalah tidak sengaja, tapi tetap saja bukan tempat yang tepat karena pastinya orang tua atau tetangga bisa mendengar perkataan spontan Faisal. Lebih mengejutkan lagi, kenyataan dimana mereka terhubung dengan wanita yang sama bernama Rena. Mengingat Rena seketika membuat kenangan ketika Zaky memutuskan dirinya demi wanita tersebut, pertemuan mereka pertama tidak ada tanda-tanda kearah sana dan Luna tidak ada niatan tahu lebih banyak tentang semuanya.

“Pagi banget?” Andi mengerutkan kening ketika Luna siap dengan penampilannya “Ada pesanan?” Luna hanya menganggukkan kepalanya dengan mencium punggung tangan Andi sebelum masuk kedalam mobil.

Matahari belum melihatkan diri, pesanan sudah menanti dan pegawainya sudah membuat dari semalam dimana harusnya Luna juga terlibat didalamnya. Drama yang terjadi semalam membuat Luna memilih istirahat, datang di pagi hari dimana tampak beberapa pegawainya sedang menata roti-roti pada tempatnya.

“Udah pulang? Masih siang ini.” Luna memilih tersenyum mendengar pertanyaan tetangga yang ditemuinya dan berpamitan dengan menggerakkan kepalanya.

Masuk kedalam rumah tampak sang mama sedang memainkan ponselnya, tampaknya tidak ada kegiatan yang membuat sang mama masih berada di rumah. Melangkahkan kakinya ke dapur memilih menikmati masakan sang mama yang pastinya sudah tersedia di meja makan, Luna tidak menyadari jika mamanya mengikuti dari belakang.

“Mama kesal sama mulut tetangga!” Luna mengangkat alisnya mendengar kalimat Intan.

“Kenapa?” tanya Luna akhirnya setelah melihat Intan terdiam.

“Gimana kalau kamu benaran nikah sama Faisal?”

“Nggak! Mama nggak usah aneh-aneh!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tetangga Masa Gitu   49

    “Semoga saja dia nggak melakukan hal gila lagi, apa yang terjadi ini kaya teguran dari Tuhan.”  Mereka semua mengamiinkan kalimat yang keluar dari bibir Raka, tidak ada yang membuka suaranya kembali. Orang tua Dewi sudah mengatakan apa yang seharusnya dilakukan sang anak pada mereka, tapi tampaknya semua nasehat hanya dianggap sebagai angin lalu. Obsesi membuat Dewi tidak bisa berpikir dengan jernih, bahkan membuat mereka berdua harus bersabar menghadapinya. “Aku dengar kalau kecelakaannya parah, bahkan hampir angkat rahimnya.” Ismi memberikan informasi membuat semua menatap tidak percaya. “Pantas orang tuanya minta maaf,” ucap Heri yang diangguki Raka. “Suaminya gimana?” tanya Raka menatap Akbar yang hanya bisa mengangkat bahunya “Dia kapan datang?”  “Secepatnya, tapi nggak tahu kapan. Dewi rencananya akan dibawa ke rumah orang tuanya.” Akbar menjawab apa yang diketahuinya “Orang tua

  • Tetangga Masa Gitu   48

    “Mantanmu itu ada aja gebrakannya.”  Faisal berdecih mendengar kalimat yang keluar dari bibir Heri, ditambah anggukan Raka. Informasi yang diberikan Nisa memang tidak mengarah pada Dewi, tapi tidak tahu pikirannya secara seketika mengarah kesana setelah semua kejadian. Sekarang ketika berkumpul bersama dua sahabatnya yang datang ke rumah orang tuanya membuat Faisal menceritakan semuanya, kepalanya sudah penuh dengan permasalahan yang dibuat Dewi. “Kamu nggak pernah ketemu sama Dewi?” tanya Heri “Maksudku sekali lagi? Kasih penegasan gitu.”  “Dia bilang kalau aku nikahnya sama wanita lain nggak masalah, tapi ini Luna yang aku nikahin. Dia tahu kalau selama ini hanya pelarian agar aku nggak memikirkan Luna.”  “Salah kamu sendiri dulu bilang begitu.” Raka menanggapinya santai “Malah sekarang adikku yang harus menjalani semua kesalahanmu.”  “Untungnya Luna sabar dan cinta sama kamu, coba

  • Tetangga Masa Gitu   47

    “Rekan kerja? Yakin?” Eni memicingkan matanya mendengar jawaban Faisal. “Ibu kalau nggak percaya bisa tanya sama Heri, aku juga udah bilang sama Luna kerjaan sekarang lagi ngerjain konseling dan dia rekan kerja.” Faisal menatap Eni dengan tatapan meyakinkan. “Kamu harus menyelesaikan masalah ini sama dia.” Eni mengatakan dengan nada serius. “Sudah, bu. Aku sampai nggak tahu lagi gimana ngomongnya.” Faisal mengusap wajahnya kasar. “Gimana kalau ketemu sama ibu? Apa kamu ketemu orang tuanya?” Faisal mengerutkan keningnya “Ngapain? Kurang kerjaan banget aku ketemu orang tuanya, bu. Aku sama Luna sudah bicara sama dia dan suaminya tapi malah menjadi. Kita sampai bingung harus gimana, bahkan dia memberi kabar kalau pesan kue di Luna secara langsung bisa dapat diskon banyak. Luna sampai lelah jawab permintaan tetangga, lagian Luna mau kasih diskon berapa banyak? Luna juga perlu membayar gaj

  • Tetangga Masa Gitu   46

    “Jangan terlalu serius, mas. Mereka pada takut sama kamu.”  Faisal mengerutkan kening mendengar kalimat Nisa “Konseling memang harus serius, kamu lupa? Lagian kita harus memberi batasan sama mereka, aku juga tahu waktu dan tempat untuk serius dan santai. Kurang berapa lagi? Masih banyak?” “Mungkin dua atau tiga orang, tapi besok kayaknya banyak.” Nisa menatap catatan yang ada diatas meja. “Baiklah, semangat. Setelah ini kita makan-makan.”  “Bener, mas?” Nisa menatap tidak percaya yang hanya diangguki Faisal “Ok, semangat.”  Faisal tahu pekerjaan saat ini memang melelahkan, dimana mereka harus melakukan tes lalu memberikan penilaian dan berakhir dengan konseling. Mereka dipisah menjadi beberapa, Faisal dan Nisa kebagian sekolah yang jaraknya jauh dari rumah dan kantor, tempat konseling mereka selalu berubah tergantung dari jadwal dan permintaan yang masuk. “Aku ngga

  • Tetangga Masa Gitu   45

    “Mulai sibuk, mas?”  Faisal menganggukkan kepalanya “Kamu udah tahu kalau mulai konseling.”  “Mas sendiri atau sama siapa?”  “Penanggung jawab aku dan Nisa, tapi kita ada tim sekitar enam orang.”  “Nisa? Aku nggak pernah dengar.”  “Dia udah mau nikah, sayang.” Faisal mencium pipi Luna sekilas “Nggak usah cemburu.”  Luna berdecih sambil memutar bola matanya malas “Waktu kita nikah dia datang?”  “Pertanyaan macam apa itu? Jelas datang, kenapa memang?” Faisal menatap bingung “Jamgan bilang kamu cemburu. Kamu sama Rebecca aja nggak cemburu, masa sekarang cemburu.”  “Kamu sama Rebecca itu hubungan kita hanya tetangga, mas. Kalau sekarang beda, lagian aku nggak cemburu tapi hanya bertanya nggak lebih, tapi reaksi kamu malah aneh.” Luna menggelengkan kepala dengan tatapan penuh selidik.  “Ya...ya...maaf kalau kal

  • Tetangga Masa Gitu   44

    “Nggak usah kepikiran hamil, sayang. Kalau memang sudah waktunya pasti dikasih, bisa jadi kamu belum hamil karena masih ada yang Tuhan rencanakan tentang usaha kamu itu.” “Padahal kita lakuinnya sebelum menikah, mereka-mereka diluar sana lakuin sebelum menikah udah langsung hamil terus kenapa aku belum? Nggak mau coba cek kah, mas?” Faisal menatap dalam kearah Luna “Kamu kenapa? Apa yang ada dalam pikiranmu? Nggak ada hubungan sama Dewi, kan?” Luna terdiam, mengalihkan pandangan kearah lain “Entah, kehadiran mantan kamu itu sering buat aku berpikir tentang kehamilan. Kalau aku hamil pastinya mas nggak mikir dia.” “Kapan aku mikirin dia?” Faisal seketika tidak terima dengan kalimat Luna. “Bukan mikir yang begitu, tapi mikir tentang kehamilan. Aku takut aja kalau ada apa-apa sama kita sampai belum hamil.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status