Brukkk.
Risa kaget dan langsung menatap siapa yang menabraknya."Hei ... cewek kuper bin tonggos. Kamu harusnya ngaca. Muka jelek kayak gini aja sok-sokan mau jadi pacar Arjuna. Gak level tahu."Byurrr.Risa kaget karena Ghea menyiram bajunya dengan segelas minuman berwarna cokelat."Jauhi Arjuna!Awas kamu!"Ghea dan kawan-kawan meninggalkan Risa yang masih bertahan di toilet. Risa menangis, ah ingin rasanya melawan tapi percuma. Ghea CS terlalu superior untuknya. Risa memilih kembali ke kamar mandi dan membersihkan bajunya yang kotor. Sesekali Risa mengelap air matanya. Risa sudah tak tahan hidup di Jakarta. Disini siapa yang kuat, siapa yang cantik, siapa yang berkuasa bisa bertahan. Sedangkan dia? Risa kembali ke kelas dengan mendapatkan tatapan heran dari teman-teman sekelasnya terutama Citra."Kok basah?""Iya. Tadi kaget ada cicak nemplok di bahuku aku jerit-jerit gak karuan. Malah kena keran air, ya udah basah.""Ooooo.""Cit.""Iya.""Gak jadi.""Kamu kenapa?""Gak papa."Risa memilih tak bercerita. Toh sama saja, baik Risa dan Citra hanyalah siswi biasa bukan siapa-siapa.*****Pengumuman perayaan Valentine Day sudah terpasang hampir di semua mading di SMA 100. Risa dan Citra pun sudah membacanya. "Kamu mau nyewa baju dimana Cit?""Belum tahu.""Ada gak ya baju sama riasan yang harga sewanya mentok lima puluh ribu.""Hahaha. Mana ada Risa. Ini Jakarta. Minimal seratus ribu itu cuma sewa atau riasnya doang.""Huft ... eman-eman uang segitu. Buat jatah aku jajan selama seminggu.""Sekali-kali lah Ris.""Iya sih.""Kamu bawa bekal?""Iya.""Lauknya apa?""Daging kelas ekonomi. Hehehe.""Bilang aja tempe goreng.""Biar mewah dikit Cit. Kamu bawa bekal apa?""Lele.""Lele hitam apa Lele hijau?""Hijaulah alias sayur lengki hahaha."Risa dan Citra tertawa, lalu mereka melangkah menuju salah satu gazebo. Disana banyak juga siswa siswi yang membawa bekal. Rata-rata yang membawa adalah anak orang kaya yang makanannya harus ekstra hati-hati gak boleh sembarangan atau anak orang biasa macam Citra dan Risa.Risa dan Citra makan dengan lahapnya sesekali mereka ngobrol dan tertawa hingga keseruan mereka diinterupsi dengan kehadiran Arjuna."Hai Ris ... hai Cit. Wah, habis makan ya?""Eh Kak Juna," sapa Citra ramah.Risa hanya tersenyum canggung, dia masih mengingat kejadian tadi pagi saat Ghea CS melabraknya."Ris ... gimana tawaran aku waktu itu?""Tawaran yang mana ya Kak?""Ck ... perlu aku omongin di depan Citra?""Gak perlu Kak, Risa udah inget. Maaf Kak, Risa gak pengen." "Loh kenapa?""Gak papa." Risa tersenyum kepada Juna sedangkan Arjuna nampak kecewa."Ck ... ya udah deh, tapi pas acara Valentine nanti kamu sama aku ya?""Gak bisa Kak, aku sama Dito.""Ok ntar aku ngomong ke Dito kalau kamu pergi bareng sama aku.""Tapi Kak ....""Gak terima bantahan. Duluan ya Cit, Ris."Arjuna langsung melangkah pergi meninggalkan dua sahabat. Risa masih ingin mendebat sedangkan Citra sibuk mesam mesem."Cieee ... cieeee. Yang mau jadi pasangannya Kak Juna.""Kak Juna paling bercanda Cit.""Gak Ris, orang dia beneran ngajak kamu tadi.""Bercanda. Beneran, nanti aku tanya lagi ke dia.""Cieee ... cieeee.""Cit ... udah deh.""Mukanya gak usah merah gitu kenapa Buk?""Cittt ...."Citra hanya tertawa melihat tingkah polos sahabatnya itu. Sedangkan Risa bingung antara rasa yang mulai muncul untuk Arjuna dan rasa mindernya yang masih bercokol di hatinya.*****"Kak ...." Risa kaget mendapati Arjuna yang menghentikan motor di depannya."Aku nyari kamu. Aku pikir kamu di halte ternyata malah nunggu angkot disini. Ayuk aku antar.""Tapi Kak,""Buruan. Tidak terima penolakan."Mau tak mau Risa langsung duduk di jok belakang. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam lebih tepatnya Risa yang memang meminimalisir obrolan. Hatinya tengah galau soalnya. Hingga mereka berdua sampai di depan gerbang rumah Risa mereka masih asik memasang aksi diam."Makasih Kak, hati-hati ya." Risa hendak berbalik namun Arjuna mencekal pergelangan tangan Risa."Kamu kenapa?""I-iya.""Kamu kenapa?""Gak kenapa-kenapa.""Kamu sakit? Kamu jadi pendiam gak kayak biasanya.""Iyakah? Oh ... mungkin banyak pikiran. Soalnya tugasnya udah mulai banyak. Awal Maret kan ujian tengah semester." Risa beralibi."Gak. Bukan karena itu. Kak Juna yakin karena hal lain. Apa karena Ghea melabrak kamu?""Hah?" Risa melongo. Bagaimana Arjuna tahu."Ternyata benar karena itu. Asal kamu tahu aja aku sudah melabrak balik dia. Buktinya dia gak ngapa-ngapain kamu kan?" Hening."Dengar Risa, Ghea memang cantik dan kuakui itu. Kecantikan Ghea membuatku jatuh cinta. Tapi cantik fisik dan tidak dilengkapi kecantikan hati percuma. Ghea berulangkali selingkuh dan aku terluka."Risa diam mendengarkan cerita Juna. Juna pun melanjutkan ceritanya."Hingga aku sadar, kecantikan hati lebih utama. Seseorang dengan hati yang luar biasa cantik ternyata mampu mengeluarkan aura kecantikan pada wajahnya juga. Dan itu aku lihat ada pada kamu, Carrisa Aurora. Jadi ... maukah kamu berusaha menerima aku. Minimal sebagai sahabat dekat kamu.""Kak Jun ... ak ....""Gak usah jawab sekarang. Seperti kataku tempo hari, jika kamu memasang kawat gigi lakukan demi alasan kesehatan dan menambah percaya diri bukan karena alasan yang lain. Pun saat kamu menerima perasaanku, jawablah dengan jujur dari hatimu. Ya?"Risa mengangguk. Mukanya memerah menahan rasa malu. Arjuna tertawa, ternyata benar Risa memang sangat cantik."Ya udah Kak Juna pulang. Satu lagi, ajakan Valentine day-nya gak boleh ditolak. Aku udah persiapkan gaun yang sangat cantik buat kamu."Blush ... sekali lagi pipi Risa memerah. Juna terpesona, ternyata benar Risa memang cantik. Pasti semakin cantik kalau giginya rata. Hem ... Juna harus lebih berusaha meyakinkan Risa untuk memakai kawat gigi."Dah Risa, Kak Juna pulang duluan ya?""Iya Kak, hati-hati."Arjuna mengendarai motornya. Suara klakson dia bunyikan tiga kali sebagai salam. Risa melambaikan tangan dan menatap kepergian Arjuna dengan senyum lebar. Risa memegang dadanya. Jantungnya berdetak sangat kencang disana. Astaga. Apa mungkin ia jatuh cinta. Risa menggelengkan kepala untuk mengusir khayalan tingkat tingginya. Gak mungkin orang sekeren Juna suka sama dia. Risa berbalik dan ... astaga."Kak Abi ..., " pekik Risa kaget."Udah sore. Masuk!" titah Abizar dingin."Iya Kak."Risa memilih cepat masuk apalagi melihat tatapan dingin Abizar yang menakutkan. Ngomong-ngomong sejak kapan si AC di sana ya? Apakah dia mendengar semua pembicaraan antara Juna dan Risa? Ah, masa bodolah. Risa akhirnya memutuskan untuk tidak memikirkannya.*****"Ini.""Ini apa Kak?""Buka aja."Risa membuka bingkisan yang dibawa oleh Juna. Mata Risa melotot, ia merasa takjub. Cantik."Cantik Kak.""Sesuai buat kamu. Dipakai ya? Nanti aku jemput jam tujuh malam.""Ta-tapi Kak.""Gak ada tapi-tapian. Besok malam aku jemput kamu. Gak ada penolakan."Arjuna langsung melenggang ke kelasnya. Sedangkan Risa masih menggenggam gaun warna pink hadiah dari Juna. Risa langsung memasukkannya kembali ke kantung kresek kemudian menuju ke kelasnya.Saat kembali ke kelas, Citra menatap penuh rasa ingin tahu kantung kresek yang dibawa oleh Risa."Itu apaan?""Nanti aku jelaskan," jawab Risa lirih. Sebelum pulang, Risa dan Citra masih di kelas. Risa menceritakan semua yang terjadi termasuk ajakan Juna."So sweet. Aku dukung kamu sama dia.""Tapi aku takut.""Plis deh Ris jangan minderan gitu, jadilah lebih percaya diri. Kak Juna kan udah bilang nerima kamu apa adanya. Lagian kenapa gak kamu terima bantuannya. Gak papa, toh tujuan utamanya bukan biar jadi cantik. Tapi demi alasan kesehatan dan rasa percaya diri.""Aku coba deh. Terus Dito pergi sama siapa?""Kita bareng jadinya. Mau gimana lagi?" Citra mendesah pasrah."Maaf ya?" Risa nampak bersalah."Gak papa toh aku juga gak punya pasangan.""Lah Kak Tirta sih?""Gagal total, udah punya tiga cewek dia.""Astaga.""Udahlah gak usah dibahas lagi. Percuma, toh aku udah ngefens Kak Budi hehehe.""Ya ampun gak berubah rupanya.""Udah yuk pulang, udah sore, takut gak ada angkot juga.""Ayuk."Kedua sahabat itu pulang bareng, kebetulan hari ini Citra tak dijemput ayahnya. Jadi dia bisa naik angkot menemani Risa.Byan sampai rumah selepas isya. Dia baru saja melakukan pertemuan dengan pemilik rumah sakit Dadi Sehat Bergas. Byan diminta pemiliknya untuk ikut membantu di sana. Awalnya Byan belum ingin terikat dengan rumah sakit lain selain RSUD. Tapi sekarang dia sudah tak masalah. Malah semakin sibuk semakin senang dia. Bisa nambah penghasilan. Byan berencana menabung banyak uang mumpung masih muda. Usianya juga setahun lagi hampir tiga puluh. Sudah saatnya memikirkan mencari pendamping, jadi dia pun butuh modal. Dia ingin seperti sahabatnya, Andro. Punya banyak duit dan punya istri. Ya, Andro sudah menikah dan istrinya juga sedang hamil. Entah kenapa pernikahan Andro membuat Byan ngebet nyari tambahan uang demi melamar seorang wanita. Dan entah kenapa, satu wanita yang ada dalam pikiran Byan ya cuma si tetangga.Byan sudah sampai di halaman rumah, dia tidak langsung turun tapi secara refleks dia malah melirik ke rumah dinas di sebelahnya. Dan khusus hari ini ternyata sepi."Tumben gak rame," g
"Ning, lihat. " Tata, salah satu rekan kerja Bening berbisik. Bening yang sedang menikmati semangkok bakso dan es dawet menatap pada sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Apa?""Tuh, di belakangmu."Tata menunjuk ke seseorang di belakang Bening. Bening pun berbalik, dilihatnya sosok Byan sedang berjalan mengambil makanan bersama beberapa orang. Mungkin teman Byan. "Oh Tetangga, kirain Jungkook apa Taehyung. Atau melipir sedikit, Pangeran Arab atau Jutawan Dubai.""Hahaha, ups!" Tata menutup mulut. Takut tawanya yang kencang menarik perhatian orang lain. Bening sendiri melanjutkan makan. "Kalian gak bareng? Biasanya bareng.""Kan aku sama kamu, boncengan. Kalau aku sama tetangga berangkat bareng, kamu sama siapa? Katanya motormu dipakai adekmu.""Iya juga ya? Tapi kalau kamu bareng tetangga, aku ya ikut nebeng. Hihihi. Naik mobil bagus, pasti gak ada bau-bau aneh gara-gara emisi, mesin ngadat, aki soak dll, kan?""Ya sana nanti pulangnya nebeng, " tantang Bening. "Gak ah, aku gak pun
Olivia duduk termenung di dalam ruangannya. Jam sudah menunjuk jam satu siang. Pasiennya sudah tak ada. Hampir enam bulan lamanya, Olivia dan Abyan tak saling berkabar. Abyan benar-benar memutus komunikasi dengan memblokir nomernya. Kejam memang. Bahkan, kini setiap ada kesempatan ke Jakarta, hanya kedua orang tua Abyan dan adik-adiknya yang mampir, Abyan malah memilih mengunjungi Andromeda, sang sahabat daripada ikut mampir ke rumah. Jujur Olivia sangat merindukan Abyan, cinta pertamanya. Meski dia sudah menikah dengan Edo, tapi dia sama sekali tak bahagia. Edo hanya selingkuhan Olivia bukan pria yang dia cinta. "Melamun lagi." Sebuah suara mengagetkan Olivia. Dia menoleh ke arah pintu dan tampaklah sang suami dengan masih memakai jas putih dan sneli yang mengalung angkuh di leher. Edo berjalan mendekati sang istri, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Olivia. Edo tersenyum sinis, "Masih belum melupakan mantan heh?" sinisnya. "Padahal setiap hari aku yang ada di sampingmu da
Bening berlari-lari dengan membawa dua tas besar milik pasiennya. Dia lalu segera masuk ke dalam ruang persalinan. Bu Fifi tersenyum pada bidan pribadinya."Makasih ya Bu Bening. Maaf, ngerepotin.""Gak papa Bu. Suaminya sudah saya telepon. Bapak sama ibunya Bu Fifi baik-baik saja di rumah.""Makasih." Mata Bu Fifi mulai berkaca."Jangan nangis Bu. Ibu yang kuat. Insya Allah Ibu sama dedek utun sehat."Bu Fifi mengangguk. Akhirnya pukul delapan, Bu Fifi dioperasi. Bening menunggui pasiennya sambil terus berdoa, kadang membuka ponsel, kadang melamun dan berakhir tidur. Jujur dia lelah sekali. Bening kaget ketika mendengar suara seseorang yang sedikit keras. Bening mengucek mata dan mengelap bibir secara refleks."Kenapa Dok?""Justru aku yang mau nanya. Kenapa kamu tidur di sini? Pindah kemana kek, malu dilihat banyak orang." Suara sang dokter terdengar ketus.Bening menatap sekelilingnya yang terlihat masih sepi. Dia menatap Abyan dengan sorot mata menahan kantuk. Tingkahnya terlihat
Bening baru saja membawa salah satu pasiennya ke RSUD. Dia lelah sehingga memutuskan ke warung makan sebentar untuk makan. Bening sengaja memesan Soto Sokaraja, teh hangat dan mendoan. Bening makan dengan lahap, sesekali melihat ke arah ponselnya. Kebetulan chat di grup puskesmas sedang heboh membahas episode terbaru drama rumah tangga yang lagi viral. Bening pun akhirnya ikut-ikutan nonton, lumayan untuk mengatasi kebosanan. Mana suasana sepi lagi, jam menunjukkan pukul dua pagi."Ckckck. Kenapa episodenya makin ke sini makin nyebelin, sih!" Bening masih sibuk dengan ponselnya, sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut."Ada gak ya, satu cowok setia yang bisa kukekepin jadi suami. Duh, nonton ginian malah bikin takut salah pilih suami!" Bening masih saja berkomentar sambil sesekali menyuapkan makanan."Haduh! Kalau aku ngikutin drama ini terus, adanya aku jadi takut sendiri, lah kapan aku nikahnya?" gumam Bening tanpa sadar jika omongannya didengar oleh
Kelima anggota keluarga Abizar sedang menikmati sarapan pagi. Sesekali terdengar obrolan dari kelima anggota keluarga."Rumah dinas di samping mau ditinggalin siapa, Dek? Bidan baru?""Iya, masih CPNS.""Single?""Pasti.""Cantik gak?""Cantik, Mas. Risa udah ketemu kemarin. Anaknya menyenangkan juga.""Wah, bisa jadi kandidat calon mantu ini?" Abi melirik ke Abyan saat mengatakannya. Sedangkan yang dilirik terlihat cuek dan menikmati sarapannya."Asiiik, jadi punya temen dong akunya," seru Syila."Usianya berapa, Mah?" Kini Sauqi yang bertanya."Dua puluh lima.""Yah, kirain tujuh belas tahun. Mau Uki klaim jadi calon pacar."Pletak."Aduh! Sakit, Mas!" pekik Sauqi. Dia mengelus-elus dahinya yang terkena jitakan dari Byan."Belajar yang bener, capai dulu cita-cita. Baru mikir pacaran.""Yayaya, intinya ngalah sama yang tua dan pantas kawin duluan!"Ucapan Sauqi memb