Share

Bab 6 Terpojok

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-04-06 10:27:55

Wanita paruh baya bertubuh tambun dengan dahi mengernyit, menatap Rahman dan Sari bergantian. Di belakangnya, ada wanita yang juga paruh baya dengan jilbab rapi, tampak lebih tenang.

"Siapa yang hamil?" ulang wanita tambun bernama Ibu Sri. Dia adalah Ibu RT di sana.

Jakun Rahman naik turun. Keringat dingin tampak bermunculan di dahi laki-laki itu. Sama halnya dengan Sari,   wajahnya sudah pucat dengan tangan gemetar membenarkan baju mini yang dia kenakan.

Tak mendapat jawaban dari kedua orang itu, Ibu Sri  menoleh pada wanita di belakangnya, yang ternyata Ibu RW bernama Arum.

"Bagaimana ini, Bu Arum? Sepertinya, mereka yang diperbincangkan oleh ibu-ibu selama ini," ujar Ibu Sri, lalu kembali menatap kedua orang itu.

Rahman tak berkutik. Suaranya seperti tercekat di tenggorokan dan kaki Rahman seolah membatu.

Berbeda dengan Sari. Dia tersadar akan situasi dan ide gila pun muncul di benaknya. Jika Rahman tak mau tanggung jawab, maka melalui kedua wanita itu dia akan mendapatkan Rahman seutuhnya.

"B-Bu, iya. Saya hamil oleh Pak Rahman," ucap Sari tiba-tiba membuat jantung Rahman serasa copot. Mata laki-laki itu melotot, marah. Rahangnya mengetat dengan gigi bergemeletuk.

Suara istigfar terdengar dari dua wanita di ambang pintu itu. Tanpa meminta izin, mereka masuk ke rumah Sari.

"Jadi, benar. Kamu sering memasukkan laki-laki ke rumah, Sari?" Wajah Ibu Sri tampak garang. Dia menatap Sari dengan tak suka.

Wanita tambun itu sudah punya firasat jika janda seperti Sari akan membawa petaka untuk warganya. Tetapi, dia juga tak ada hak untuk mengusir tanpa alasan.

Tatapan Ibu Sri beralih pada Rahman yang terlihat menahan amarah pada Sari.

"Pak Rahman. Saya juga tidak menyangka. Apa yang kurang dengan Bu Ayu? Saya rasa, dia wanita yang lebih baik berkali lipat dari Sari," ujar  Ibu Sri menyentak kesadaran Rahman. Laki-laki itu refleks menunduk.

Sari yang tak terima dengan ujaran Bu RT pun hanya mendelik, sebal. Pandangannya beralih pada Ibu Arum yang setia diam. Mungkin jika meminta tolong pada wanita berjilbab itu, dia akan mendapat dukungan.

"Bu RW, tolong saya. Pak Rahmn tidak mau tanggung jawab." Sari memegang sebelah tangan Ibu Arum yang menatap bingung.

"Sari!" geram Rahman mulai emosi.

Sari tak mempedulikan Rahman. Dia mau laki-laki itu jadi miliknya, apa pun yang terjadi. Sari yakin, kejadian ini mau tidak mau mendorong Rahman menikahinya.

"Pak Rahman, tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur. Apa benar selama ini Pak Rahman berhubungan dengan Sari?" tanya Ibu Arum, terlihat bijak dan tenang.

Tubuh Rahman terasa disengat. Apa yang harus dia katakan? Jika jujur, bagaimana dengan Ayu? Lalu, apakah dia akan dijerat karena tertangkap basah? Semua itu seolah terus meneror pikirannya.

"Pak, kami tidak bisa mentolerir kebohongan. Apalagi itu artinya Bapak dan Sari sudah berbuat zina di lingkungan ini," ujar Ibu Arum, pelan tapi sarkas.

"Dan, kalau itu benar maka kami akan mengusir kalian," tambah Ibu Sri membuat wajah Sari pucat.

Rahman sudah ketakutan. Ini kehancuran nyata baginya. Semua kebusukannya terkuak dengan mudah di depan RT dan RW langsung. Inikah balasan yang memalukan untuk Rahman?

"Mas! Aku tidak mau diusir! Ini rumah peninggalan orang tuaku. Kamu harus tanggung jawab!" jerit Sari, frustasi.

Rahman tak berkutik. Dia seperti terjatuh dalam lubang hitam yang dalam, tak berdasar dan sepi. Dua wanita paruh baya itu menatapnya dengan pandangan berbeda. Ada tatapan jijik dari Ibu RT dan tatapan sinis dari Ibu RW.

"Katakan sesuatu, Pak Rahman. Jangan sampai kami mengambil tindakan dengan menikahkan kalian secara paksa," ancam Ibu Sri, geram.

Awalnya, Ibu RT dan Ibu RW tengah berjalan bersama, hendak menghadiri  acara PKK. Tetapi, di tengah perjalanan, mereka mendengar jeritan dan suara gaduh dari rumah Sari. Takut terjadi sesuatu, mereka pun bergegas menghampiri rumah janda itu.

Namun, belum juga mengetuk pintu, suara dua orang yang tengah cekcok sangat jelas terdengar. Karena takut terjadi sesuatu, Ibu Sri berinisiatif membuka pintu rumah Sari, hingga mereka menemukan fakta yang membuat keduanya terus beristigfar.

"Mas, kamu harus tanggung jawab! Kalau tidak, aku akan usut masalah ini ke pihak berwajib!" ancam Sari pada akhirnya. 

Dia kesal karena Rahman tak juga bersuara sedari tadi. Ibu RT dan Ibu RW saling pandang. Mereka menunggu jawaban dari Rahman.

Laki-laki itu sudah tersudut. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Menikahi Sari bukan kemauannya. Rahman masih waras untuk memilih mana wanita yang bisa dijadikan pendamping hidup. Dan itu hanya dia temukan di diri Ayu.

Saat tiga wanita tengah menunggu jawabannya. Terlihat dari balik jendela rumah, sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah Rahman. Seketika jantung laki-laki itu bertalu-talu, kakalutan dan ketakutan semakin menjadi di hatinya.

Tiga wanita itu pun mengikuti arah pandang Rahman. Lalu, seringai Sari muncul saat tahu siapa yang keluar dari taksi itu.

"Baiklah, Mas. Jika kamu tetap bungkam, aku akan beri tahu istrimu apa yang terjadi di antara kita. Kalau perlu, Ibu RT dan Ibu RW yang akan jadi saksinya!" seru Sari membuat keputusan.

Mata Rahman langsung membulat sempurna. Sedangakn dua wanita paruh baya itu hanya diam menyaksikan apa yang akan dilakukan Sari. Tamatlah riwayat Rahman.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetanggaku Maduku   Bab 29 Akhir Kisah

    Sari berdiri. Air mata mulai luruh di pipinya. Dia tidak tahu jika perbuatannya bisa sampai menjadi bumerang karenanya. Bukan bahagia yang didapat, tapi sengsara dan cemoohan yang menyambut."Iya, Bu. Aku siap," jawab Sari, yakin.Ambu menghela napas panjang. Wanita paruh baya itu mencoba untuk tenang menghadapi situasi seperti ini. Dia belum berniat juga mempersilakan masuk pada Sari. Sampai ...."Sari?"Dari balik gerbang, Rahman datang dengan wajah bingung.***Tiga bulan kemudian....“Azam?” Ayu mengernyit bingung menatap mantan adik iparnya yang datang.Azam tersenyum, tangannya penuh dengan kantong kertas. Isinya adalah mainan untuk keponakannya, Rafli. Semenjak perceraian Rahman dengan Ayu, Azam kerap kali menengok Rafli. Dia merasa kasihan karena Rahman jarang bertemu Rafli. Alasannya adalah Sari.Istri baru kakaknya itu sering sekali menghalangi Rahman menemui Rafli dengan berbagai alasan. Jadilah, Azam berinisiatif untuk menggantikan peran kakaknya. Meskipun Ayu sering berti

  • Tetanggaku Maduku   Bab 28 Benarkah Anak Rahman?

    "Aku tidak bisa, Mas." Ayu berdiri, menjauhi Rahman yang duduk dengan wajah menghiba."Kenapa?" tanya Rahman, kesedihan tampak jelas di wajah itu.Ayu memejamkan mata sejenak. Dia mencoba untuk tidak memakai perasaan lagi. Walaupun ada rasa iba, tapi sakit hatinya mendominasi. Ayu tidak mau bersanding dengan mantan pengkhianat."Kamu sudah beristri Sari, Mas. Aku pun ingin memulai hidup baru tanpamu. Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, Mas," terang Ayu, mencoba membuat Rahman mengerti.Rahman bangkit dan mencoba mendekati Ayu. Tetapi, lagi-lagi Ayu menjauh. Wanita itu benar-benar sudah menghilangkan nama Rahman di hidupnya."Jangan buat semua semakin sulit, Mas. Aku membebaskanmu bertemu Rafli, tapi bukan berarti kita bisa kembali bersama. Kamu sudah punya Sari, perlakukan dia dengan baik. Karena, bagaimanapun dia juga ibu dari calon anakmu."Ayu mencoba untuk tegar. Walaupun mengatakan itu semua butuh keberanian dan kesiapan hati, tapi hanya dengan cara ini Rahman bisa ditolak. Setiap

  • Tetanggaku Maduku   Bab 27 Sanki Sosial

    Warga di sana semakin gaduh. Sedangkan Sari semakin ketakutan. Badannya sudah panas dingin karena melihat Wak Toriq yang terus merapalkan sesuatu.Lalu, Wak Toriq mengusap seluruh tangan dan kaki Rahman, hingga dia menemukan sesuatu di pergelangan tangan Rahman. Sebuah rambut melingkar di tangan Rahman, hanya beberapa helai, sehingga tak begitu jelas jika tidak diamati.Wak Toriq mengucap asma Allah sembari menarik gelang itu sampai putus. Sari langsung menjerit dan tumbang, bersamaan dengan itu disusul robohnya Rahman yang tidak sadarkan diri."Rahman!" seru Abah dan Ambu berbarengan.***"Saya atas nama keluarga Rahman, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Ini di luar dugaan. Maaf jika kelakukan keponakan saya merugikan banyak pihak," tutur Wak Toriq memulai pembicaraan.Masih di rumah Sari, ada Pak RT, Pak RW, Ibu RT, Ibu RW, orang tua Rahman dan Ayu. Warga yang masih betah di sana pun hanya beberapa orang. Mereka sengaja dibubarkan demi keamanan. Hanya tersisa mereka yang menemani

  • Tetanggaku Maduku   Bab 26 Keberadaan Rahman

    Ayu diam sejenak. Dia mengehela napas pendek sebelum berucap. "Baiklah, Wak. Aku akan memanggilnya. Dia ada di rumah Sari," ujar Ayu, membuat Ambu dan Abah menghela napas lega.Kedua orang itu pikir Sari berbuat macam-macam atau membawa kabur Rahman entah ke mana. Ternyata, dibawa ke rumah Sari yang tidak ingin dianggap menantu oleh mereka."Biar kita saja yang ke sana. Uwak juga mau tahu, apa wanita itu menyimpan sesuatu di rumahnya," papar Wak Toriq yang langsung disetujui Ambu.Sebelum pergi, Ayu menelepon Ibu RT dan Ibu RW. Dia ingin penutupan pembalasan dengan cantik. Hukum sosial akan lebih menyakitkan dibanding dengan hukuman jeruji besi.***"Sari, buka pintunya!" seru Ibu RT yang menggetuk pintu rumah Sari dengan kasar.Sari yang tengah bermesraan dengan Rahman pun terperanjat. Bagaimana Ibu RT tahu kalau dia ada di rumah? Padahal kunci rumah sudah diganti tanpa sepengetahuan Ibu RT dan Ibu RW."Siapa?" tanya Rahman, bingung.Sari gelagapan. Dia seperti terciduk untuk kedua k

  • Tetanggaku Maduku   Bab 25 Terciduk

    "Ma, kok Papa sama Tante Sari terus?" tanya Rafli setelah pulang sekolah. Anak kecil itu keheranan melihat tingkah ayahnya yang cuek padanya juga jarang berkumpul dengan Ayu dan dirinya. Tentu semenjak Sari datang ke rumah itu.Ayu mengelus surai hitam milik Rafli. Marah dan sedih memenuhi rongga dada Ayu. Apalagi saat anaknya dengan terpaksa melihat kemesraan Sari dan Rahman. Sebelumnya, Ayu sudah mengusir dua manusia laknat itu agar Rafli tak melihat yang seharusnya tak dilihat.Namun, permintaan Ambu membuat Ayu tak bisa berkutik. Wanita itu tidak tahu apa yang terjadi pada Rahman, hingga dalam sekejap berubah drastis. Dia benci dan muak melihat itu semua. Sakit hatinya sudah tak terbendung. Hanya saja, lagi-lagi Ayu harus menahan semua demi Rafli. Psikologis Rafli lebih penting dari apa pun. Ayu mengehela napas sebentar. Dia pun menangkup wajah anaknya dengan senyum palsu."Emm, Rafli. Mulai besok Papa akan sering bareng Tante Sari," ujar Ayu mecoba menjelaskan."Kenapa?" tanya

  • Tetanggaku Maduku   Bab 24 Kalah Telak

    "Buat kopi hitam tanpa gula. Taruh di kolong tempat tidur Rahman. Nanti malam, aku ke sana. Kalau berkurang, berarti Rahman kena guna-guna," papar Wak Toriq dari seberang sana.Ambu dan Abah yang mendengar itu pun tersentak. Mereka saling pandang. Awalnya, besok akan memanggil Kakak Ambu itu.Tetapi karena penasaran, Ambu berinisiatif untuk meneleponnya terlebih dahulu. Ternyata, praduga mereka terwujud. Walaupun belum pasti, tapi melihat gerak-gerik Rahman rasanya semua yang dimungkinkan itu terjadi."Lalu, kami harus bagaimana, Wak?" tanya Abah, khawatir.Kebetulan panggilan di louspeker, jadi Ambu dan Abah bisa leluasa mengobrol. Mereka sekarang sedang di kamar, agar tak ada yang mengganggu, terutama Sari."Biarkan saja dulu, nanti malam baru aku kasih tahu selanjutnya," timpal Wak Toriq yang langsung dipatuhi Ambu dan Abah.Setelah itu, mereka menutup panggilan. Keduanya mulai mencari cara menaruh kopi hitam di bawah kolong ranjang Sari. Ya, karena Rahman sekarang tidur di kamar S

  • Tetanggaku Maduku   Bab 23 Resmi Menjanda

    "Dari mana saja kamu?" Ambu melipat tangan di depan dada. Tatapannya tajam pada Rahman dan Sari yang baru saja pulang.Waktu menunjukkan pukul 8. Namun, kedua manusia laknat itu baru sampai rumah. Yang membuat Ambu kesal, Sari bergelayut manja pada Rahman.Di sana sudah berkumpul Ayu, Azam dan Abah. Rafli sendiri sudah diantar sekolah. Anak kecil itu sedari malam menanyakan keberadaan Rahman, Ayu terpaksa berbohong tentang suaminya."Rahman! Ambu tanya, dari mana saja kamu tidak pulang kemarin?!" bentak Ambu. Setelah sekian lama, ini kali pertama lagi Ambu membentak anaknya. Sakit memang, tapi Ambu tak punya pilihan lain untuk mendidik Rahman."Dari hotel," jawab Rahman, enteng dan datar. Sari tersenyum miring mendengar jawaban Rahman. Sedangkan Ambu dan Abah kaget bukan main. Biasanya, Rahman akan menunduk dan meminta maaf jika melakukan kesalahan. Kali ini ada yang lain. Anaknya malah berkata santai, tanpa bersalah. Bahkan tatapan matanya terlihat kosong.Ambu mendekati Rahman den

  • Tetanggaku Maduku   Bab 22 Main Cantik (Pembalasan Ayu)

    "Jadi, dia hamil anak Rahman?" tanya Ambu, matanya sudah berkaca-kaca. Jelas tampak kekecewaan di wajah tuanya.Ayu mengangguk lemah. Isakan sudah lolos dari mulut wanita itu. Dia tidak bisa berbohong lagi. Jikalau bisa, lalu bagaimana dengan Sari? Jalang itu pasti akan dengan senang hati jujur akan kondisinya."Maafkan Ayu yang tidak bisa jadi istri yang baik buat anak Ambu. Mungkin kalau Ayu lebih--""Gak, Nak. Ini bukan salahmu," potong Abah. Wajahnya menyiratkan kemarahan yang tertahan.Abah malu, benar-benar malu. Merasa tidak becus mendidik anaknya. Padahal, selama hidupnya, Abah pantang berkhianat. Entah pada rekan atau pasangan. Jika sudah tak nyaman, Abah lebih mengutamakan untuk jujur. Tetapi Rahman, dalam sekejap telah mencoreng prinsip itu."Yu, maafkan Rahman. Kami benar-benar minta maaf. Kami malu sama kamu, Nak," ujar Ambu, memegang tangan Ayu erat.Ayu menggeleng kuat. Dia tidak bisa menyalahkan mertuanya. Entah salah siapa, yang pasti nasi sudah jadi bubur. Ayu harus

  • Tetanggaku Maduku   Bab 21 Terkuak (Di Luar Perkiraan)

    "Hotel?" gumam Azam dengan wajah tak percaya.Laki-laki itu tidak perlu berpikir keras untuk mengartikan apa yang akan terjadi jika dua orang berbeda jenis masuk ke sana. Terlebih lagi dengan mesra seperti itu.Dadanya terasa dihantam batu besar. Kaget, marah dan kecewa bercampur jadi satu. Ternyata benar, ada yang tidak beres dengan kehadiran mantannya di rumah Ayu. Azam hanya tidak menyangka jika sang kakaklah yang menjadi korban Sari.Azam rasa, dia tidak perlu mengikuti mereka sampai ke dalam hotel. Cukup tahu saja dan dia akan memberitahukan semuanya pada Ayu. Dengan cepat, dia memutar kemudi untuk pulang.Bagaimanapun perbuatan kakaknya tidak benar. Dia tidak mungkin menyimpan bangkai ini terlalu lama, atau akan banyak orang yang tersakiti, termasuk orang tuanya.Selama perjalanan, Azam terus bertanya-tanya. Kenapa sampai bisa Sari dan Rahman melakukan hubungan terlarang? Apa kekurangan Ayu sebagai istri? Apalagi dia saja iri pada Rahman karena mendapatkan istri terbaik Ayu.Aza

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status