Share

PoV Bang Kodri

Tetanggaku Rajin (Minta)

 

Part 4

 

PoV Bang Kodri

 

Namaku Hasyim Al Qodri. Ah! Sudah panggil saja aku Bang Kodri. Jangan kaget kelen, ya, kalok baca logatku kayak Mak Beti. Iya aku memang orang Medan. 

 

Ada lah kurasa 10 tahun aku meranto dari Medan ke Jawa. Pas udah sah nya aku nikah sama si Rusita Boru Harahap itu, langsung kubawak la itu binikku meranto. Belajar hidup mandiri di kampung orang. Udah ada kerjaanku sebelum kami nikah.

 

Selama meranto udah lumayan sukses nya hidup kami. Udah bisa kubelikkan binikku rumah walaupun tak besar-besar kali, tapi cukuplah, anakku pun baru dua nya. Kerjaan mapan, keluarga pun bahagia. 

 

Cuman palaknya aku, semenjak ada datang lakik binik nempati rumah sebelah itu, binikku yang tadinya tak banyak cerita mendadak jadi binik yang tukang merepet. Rupanya bekawan akrab pulak binikku sama binik orang sebelah itu. Lakiknya namanya Bowo, kerjanya ngantar-ngantar rokok ke kedei katanya. 

 

Nah, biniknya ini namanya Sukiyem. Tapi maunya dia dipanggil Kiki, kan gak lucu? Karena jarang lakiknya di rumah, setiap hari lah dia nonggok di rumahku. Segala isi rumah dikomentari. Masuk-masuk dalam kamar nengok isi lemari. Kan tak sopan kali kelakuannya.

 

Dari pagi sampek malam pun tahan itu dia beceloteh. Binikku pun jadi orang kelewat baek, bukannya diusir suruh pulang, malah sering-sering diajaknya makan bersama. Yang merujak lah, yang macam lah. Tekor aku bah! Badan binik tetangga itu udah kayak buldoser kutengok. Porsi makannya bukan sikit. Sehari tiga kali makan di rumahku, habis lah jatah makanku dilibasnya.

 

Lama-lama kutengok gaya binikku pun berubah. Banyak kali mintaknya. Kalau masih sanggup gak masalah, ini dia mintak rumah pulak dibesarkan. Padahal tak ada nya yang rusak. Kubilang lah nanti kalau ada rezeki lebih baru kita besarkan rumah. Tapi binikku maksa mintak rumah dibesarkan.

 

Okelah, ada duit tabunganku sikit. Belanja material lah aku hari itu kan. Sementara kami buat dulu kamar darurat di belakang supaya tetap bisa kami tidur di rumah. Dibongkarlah rumah hari itu. Kupikir acara kumpul-kumpul sama tetangga udah berenti pas rumah dibongkar. Eeh tak taunya masih tetap aja binik tetangga itu datang mintak-mintak lauk. Udah kukasi tau Rusita jangan akrab kali sama orang itu. Gak betol nampaknya niatnya sama kami.

 

Betol kan perasaanku? Setiap hari selain numpang makan, ada aja bahan material yang dimintaknya. Pertama kayu bloti bekas dimintaknya. Lama-lama paku, semen, sampek seng pun dimintak. Mintak sama binikku pulak dia. Binikku ini pun ada paok-paoknya. Dikasinya aja apa yang dimintak sama Sukiyem itu.

 

Sekali dua kali masih kudiamkan kelakuan tetangga itu. Apa gak diajari lakiknya dia itu, ya? Apa tak ditengoknya itu kerjaan biniknya cuma jadi benalu aja. Herannya kan, cuman sama binikku aja dia berani mintak macam-macam. Kutengok sama tetangga lain nggak berani pulak dia. Kalau udah kombur (ngobrol) orang dua itu, yang pekak lah kupingku jadinya. Ketawa macam speker bodol pun suaranya.

 

Udah separoh jadi ini rumahku, berantam lah aku sama binikku. Gara-garanya dia gak terima kunasehati jangan lagi kasi apa-apa sama tetangga sebijik itu. Dia kan ada lakiknya. Baru pun aku pulang kerja masih capek badanku kerja bating tulang, malah binik orang itu mintak semen, gak tanggung bah, seember! Udah gitu disuruhnya pulak aku nempelkan bak mandinya yang bocor. Ooo ... Aku amukkan sekalian lah.

 

Enak kali dia makan mintak, apa-apa mintak, nyuruh pulak lagi. Gitupun binikku dikasi tau malah melawan. Kasian katanya. Apanya yang dikasiani? Sehat pulak bodi dia daripada kau Rusita!

 

Bukan orang susah dia itu. Lokek aja dia sama diri sendiri. Besoknya masi jugak bekawan, baaah naik pitam lah aku. Kudengar kan bisik-bisik si buldoser itu nyuruh binikku beli ini beli itu. Oo ... yang maksa binikku untuk bangun rumah si buldoser ini rupanya. Kesempatan dia mau mintak macam-macam. Gak ada kali urat malunya jadi benalu. Sekali ini kuusir lah dia. Macam racun kelakuannya kutengok.

 

Udah kularang binikku bekawan sama benalu itu, sehari dua hari memang gak nampak lagi batang lehernya, (memang gemuk kali pulak). Kutanyak la binikku itu, masi bekawan kelen? Rupanya baru ngaku lah binikku, cincinnya dipinjam sama si Sukiyem, pertama cuman cobak-cobak aja tau-tau cincin itu tak bisa lagi keluar dari jarinya si Sukiyem itu. Alaamakjaaaaaaang!

 

Daripada lama-lama aku jadi tak waras, rumah tangga panas, rencana pindah aja lah kami. Biarlah rumah setengah jadi itu kami jual murah sama siapa yang mau. Asalkan jauh-jauh lah keluargaku dari si tetangga sebijik itu. Sekali tu mau ku mintak ganti rugi sama lakiknya. Tapi lama kali gak pulang-pulang. Beeegh kaloklah dia jantan udah pasti kuajak dia betumbuk. Dipintak baik-baik cincin itu sama binikku, malah apa jawabannya?

 

"Bukan salah Asmirandah, ya, cincin ini gak bisa keluar lagi, berarti emang dia mau ikut sama sayaa," katanya sambil begaya sok cantik. Paok, udah tau jarinya besar-besar, ngapai nyobak makai cincin orang? ya tak bisa keluar lagi lah!

 

Beegh ... sur kali aku bah! Pingin kali kogonyoh mukaknya itu pakek cabe sama batu gilingannya.

 

Akhirnya rumahku laku. Pindah kami ke perumahan lain yang jauh dari tempat kerjaku. Jual rugi lah jadinya aku kan. Rumah sama tanahnya kujual separo harga. Abis itu yang beli lah yang melanjutkan bangunannya. Yang penting aku sama keluargaku tak lagi diganggu sama benalu buldoser. Bisa-bisa aku pulak yang jadi gilak. Semoga keluarga yang nempati bekas rumahku dilindungi dari gangguan buldoser yang terkutuk. Aamiinn.

 

🐈🐈🐈

 

Di Rumah baru,

 

Rusita: "Bang, apa la Abang bilang paok-paok sama binik, kan dibaca sama pembaca, gak bagus itu Bang!"

 

Bang Kodri: "Iya ya Dek, aduuh khilaf Abang, Dek. Maapkan Abang ya Dek, emosi kali tadi Abang, untung cuma khayalan aja nya itu tokoh Sukiyem. Kalok betul udah Abang ajak gelut dia, betol!"

 

Rusita: "Kan udah bahagia nya kita sekarang semenjak pindah Bang, kita pun kan sama, cuma tokoh khayalan."

 

Bang Kodri: "Oo ... iya pulak ya, Dek? Hahahahaha ...."

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status