Home / Rumah Tangga / Tetanggaku Simbiosis Parasitisme / Bayari Jajan Anak Tetangga

Share

Bayari Jajan Anak Tetangga

Author: Leni Maryati
last update Last Updated: 2023-02-04 11:31:17

Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 03 B

by : Leni Maryati

#Bayari Jajan Anak Tetangga

*****

Pukul 2 siang, Alika sedang melipat baju harian di depan televisi. Sedangkan Chaca asyik sendiri dengan mainannya. Bocah berumur 3 tahun itu sedang mewarnai buku gambar dengan crayon.

Untuk baju harian biasanya Alika langsung melipatnya, sedangkan untuk baju-baju untuk keluar rumah seperti gamis atau baju kerja suaminya ia akan memanggil budhe Yati untuk menyetrikanya. Hitung-hitung bantu tetangga, apalagi budhe Yati itu suaminya hanya kerja serabutan kadang ada kerjaan kadang juga cuman nganggur di rumah.

Ngek Ongek ongek

Tung..Tung..Tung..

Terdengar penjual es krim jadul keliling, selain menjual es krim, bapaknya juga menjual cilok.

"Bun.. es klim..." Pinta Chaca. Anak itu paling suka es krim jadul daripada es krim yang dijual di toko-toko atau supermarket.

"Beli yuk..." Chacha mengangguk. Alika langsung menggedong Chaca keluar rumah untuk membeli es krim dan cilok.

"Beli bang... Seperti biasanya ya bang!"

"Siap neng, Es krim cup kecil 3000 sama cilok 2000 saja ga pake saos cuman pake kecap kan?" tanya abang penjual itu.

"Iya, bang." ucap Alika seraya menyerahkan uang lima ribuan.

"Mamah.. mau es krim." teriak Dita dari teras rumahnya. Bocah 5 tahun itu lari ke dalam rumah, beberapa saat kemudian keluar rumah dan berlari kearah penjual es krim.

"Om..es krim!"

"Uangnya mana?" tanya si penjual itu.

"Kata mamah.. suruh bayari tante Alika!" ujar bocah itu sambil menunjuk Alika.

Abang penjual es krim hanya memandang Alika ragu.

"Udah ga apa-apa bang, kasih aja."

Saat abang penjual itu mau ambil cup kecil, bocah itu berteriak jangan.

"Ga mau.. aku mau cup yang lebih besar dari punya Chaca." pintanya. Si penjual es krim meminta persetujuan Alika. Ia memberikan instruksi mengangguk, mengiyakan.

"Dua cup besar ya.." pinta Dita lagi.

"Jadi berapa totalnya, bang?" Tanya Alika. Karena terik matahari, Ia buru-buru pengen balik masuk ke dalam rumah.

"Dek Chaca jajan 5000 ya, Nie anak eskrim cup besar 2 itu 10 ribu. Jadi totalnya 15 ribu neng."

"Ini uangnya ya bang.. Makasih..." ujar Alika seraya berjalan ke halaman rumahnya.

Alika masuk ke dalam rumah tak lupa mengunci pintu seperti biasanya. Ia takut ketiduran dan ada orang jahat yang masuk ke dalam rumahnya. Suaminya selalu mengaingatkan begitu. Sekarang kejahatan selalu ada dimana-mana. Kadang pura-pura jadi pemulung ataupun pura-pura jadi pengemis.

Dita dengan 2 es krim lari bahagia masuk ke dalam rumahnya. Melihat anaknya bawa 2 cup es krim besar, Niken lalu meminta satu.

"Lah.. mah! kok diminta sih! Dita kurang kalau cuman satu." celetuk bocah itu.

"Udah sana minta lagi sama penjual es krimnya, bilang aja dibayari tante Alika!" perintah Niken ke putrinya.

"Siap mah..." Dita lalu lari ke penjual es krim tadi. Penjualnya belum pergi karena sedang memasukkan cilok baru yang belum matang ke dalam panci jualannya.

"Bang.. Es krim cup besar satu lagi! Es krimku diminta mamah!" titah Dita.

"Uangnya mana?" tanya abang itu seperti tadi.

"Kan dibayari tante tadi." jawab bocah itu.

"Tantenya udah pergi, yang dibayari hanya dua es krim tadi. Yang sekarang tantenya belum bayar."

"Pokoknya kata mamah, suruh minta es krim ke abang penjual. Nanti yang bayari tante Alika." Bocah itu masih ngotot.

Abang penjual es krim hanya geleng-geleng kepala. Bocah ini selain berani juga keras kepala malah minta orang lain buat bayari jajannya dia. Siapa lagi kalau bukan ibunya yang mengajari.

"Ya sudah, Adek bilang dulu ke mamahnya kalau tante Alika sudah pulang. Ini tak buatin dulu es krimnya." Abangnya berusaha mencari ide dan bernegosiasi.

"Okelah kalau begitu." Dita lari masuk ke dalam rumahnya.

Abang penjual es krim tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia langsung tancap gas motornya lalu pergi dari sana. Daripada nanti berabe, pelanggannya kali ini sepertinya bakal menguras waktu dan emosi kalau tetap dilayani.

"Es krim.. Tunggu..Es krim.." Dita lari ke jalan.

Ia menangis sesenggukan ditinggalkan abang penjual es krim. Capek lama menangis di jalan, akhirnya bocah itu masuk ke dalam rumah.

Dibalik jendela kaca dapur Alika menyaksikan semuanya, Ia sebenarnya kasihan sama Dita. Tapi mbak Niken bener-bener keterlaluan. Anak kecil diajari minta jajan sama orang lain, sesekali sih ga apa-apa lah ini malah ngelunjak minta nambah lagi.

*****

Sehari selanjunya tepat jam 2 siang terdengar penjual es krim sekaligus cilok seperti biasa berhenti di jalan depan rumah Alika.

Chaca minta es krim saat mendengar suara tetot tetot.. Bocah itu sudah hafal betul kalau ada penjual es krim di depan rumahnya.

"Chaca sayang.. kemarin itu sudah beli es krim sama cilok... Anak kecil ga boleh minum es krim banyak-banyak. Takutnya nanti Chaca pilek terus sakit, Nanti bunda sama ayah sedih. Jadi, kapan-kapan aja ya beli es krimnya?" Bujuk Alika. Bocah mungil itu mengangguk nurut.

Sedangkan di tempat lain, terlihat Dita berlari dari teras rumahnya sambil teriak-teriak. Mendengar Dita berteriak-teriak, Alika meninggalkan Chaca yang asyik mainan di depan tv, Ia penasaran kenapa Dita teriak-teriak. Ia mengintip dari jendela dapur.

"Bang es krim....! Es krim yang paling besar!" abang penjual es krim hanya tepok jidat, moga aja pelanggannya kali ini ga bikin darah tinggi seperti kemarin.

"Uangnya mana?" Penjual itu berbicara selembut mungkin disertai senyuman.

"Kata mamah suruh hutang dulu bang!" ujar Dita.

Abang penjual es krim hanya menghembuskan napas kasar, tuh kan! dari kemarin pengen es krim tapi ga mau keluar duit. Ia harus berpikir bagaimana caranya terlepas dari pelanggan uniknya yang satu ini.

Sebenarnya Ia memberi es krim cuma-cuma ga apa-apa. Seperti kemarin ia hendak menggratiskan 1 cup kecil es krim. Tapi masalahnya pelanggannya ini ga mau kalau cuma cup kecil, kemarin aja pesen 2 cup besar, bahkan mau minta nambah lagi.

Kalau hari ini dihutang 2 cup besar atau mungkin bahkan lebih, bisa-bisa rugi bandar. Lha jualan es krim hanya untung sedikit. Cuman cukup buat modal besok sama makan keluarga saja.

"Ehm... begini saja dek... Coba adek tanya mamahnya, mau hutang es krimnya berapa cup," bujuk abang penjual es krim.

Dita menurut saja. Ia langsung masuk ke dalam rumah untuk tanya mamahnya.

Saat melihat pelanggannya sudah masuk rumah, abang penjual es krim langsung tancap gas motornya lagi. Ia ga mau berurusan dengan pelanggan yang hutang-hutang.

Seperti kemarin, mendengar motor penjual es krim pergi, Dita menangis. Selang beberapa saat Niken keluar sambil ngomel-ngomel dan menggendong Dita masuk ke dalam rumah.

Alika sebenarnya kasihan sama Dita. Ia mau bayari jajan es krim seperti kemarin, takutnya nanti malah kebiasaan. Dita tiap hari hutang es krim ntar dia yang suruh bayar hutang ke penjualnya. Apalagi Chaca nanti pasti juga minta dibeliin es krim kalau lihat ibunya ke penjual es krim.

Lagi-lagi Alika hanya mengelus dada, anak baru berumur 5 tahun sudah diajari orang tuanya berhutang. Ya ampun Niken bagaimana caranya ia mendidik anak. Padahal anaknya sudah 3. Kemarin Niken juga bilang kalau diberi uang mertuanya sejuta. Lah uang itu buat apa? Anak minta jajan es krim saja ga dibelikan. Alika bertanya-tanya dalam hati.

*****

Sore hari sepulang dari sawah Basuki langsung mandi untuk membersihkan dirinya yang banyak terkena lumpur sawah.

Selesai mandi ia duduk-duduk di teras.

"Bu..Bu'e.." Panggil Basuki ke istrinya yang ada di dalam. Kalau Basuki memanggil istrinya Bu'e, namun anak-anaknya memanggil Niken mamah. Itu atas permintaan Niken sendiri. Kala Niken meminta Basuki memanggil mamah, Ia menolaknya. Katanya malu kayak orang gedongan aja dipanggil mamah.

"Bue... Buatin teh manis panas, bu...!" Basuki memanggil istrinya tapi tidak ada sahutan sama sekali.

Basuki masuk ke dalam rumahnya langsung menuju kamar dimana istrinya berada. Apa mungkin istrinya tidur, padahal ini jam 5 sore. batinnya.

Pintu kamar terbuka sedikit, Basuki mengintip takut nanti membangunkan istrinya kalau-kalau tertidur. Namun yang dilihatnya di luar dugaan.

Mata Basuki melotot tak percaya. Apa yang sedang dilihat Basuki di kamarnya? Sedang apa istrinya itu?

tbc

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Murka Sekali

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 84#Murka sekaliBy : Leni Maryati*****10 Menit kemudian terdengar suara chacha yang menangis dengan kencang. Tak lama kemudian juga terdengar suara pecahan kaca.Alika dengan cepat-cepat keluar dari toilet. Tubuhnya mematung melihat apa yang ada dihadapannya. Chacha telihat menangis tersedu-sedu, dengan kening atas kanan terlihat benjol. Kaca jendela juga pecah berkeping-keping. Selain itu yang membuat mata Alika membulat sempurna terlihat layar LCD TV yang retak seperti habis terkena pukulan benda tumpul. Gambar di layar TV hanya tinggal setengah saja yang terlihat. Alika dengan cepat mengangkat Chacha yang masih menangis tersedu-sedu. Ia menenangkan Chacha untuk berhenti menangis. Dita dan Dito masih kejar-kejaran dan tembak-tembakan. Dita sedang memegang Ulekan batu, ulekan yang biasanya didapur ia gunakan untuk menghaluskan bumbu dapur. Kenapa ulekan itu bisa sampai di ruang TV. Alika geleng-geleng kepala, rumahnya seperti kapal pecah.

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Menunggu Lewat

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 83#Menunggu lewatBy : Leni Maryati*****Sore hari jam 5 sore seperti hari-hari sebelumnya nongkrong di perempatan jalan bersama Dian dan beberapa ibu-ibu lainnya. Keempat ibu-ibu itu asyik mengobrol. Bergosip dari gosip yang masih hangat dan juga nyinyir hal-hal yang sudah lewat. Seperti saat ada suami budhe Nur yang lewat naik sepeda di depannya, langsung keempatnya ghibah keluarga budhe nur. "Budhe nur... Kasihan ya, ditinggal mancing suaminya terus, bahkan pulangnya sampai larut malam," Niken melirik suami budhe yang sedang mengayuh sepeda kebonya, berjalan semakin jauh. "Iya... Anaknya juga habis sakit, padahal ibunya juga belum lama opname." timpal seseibu yang ada disitu. "Dia ga kerja, suaminya ya cuman mancing dan ke sawah. Kerja kalau ada yang ngajakin, kalau ga ada yang ngajak ya nganggur." jawab Niken lagi. "Nganggur gimana, ke sawah kok... Kalau panen gabahnya dijual ngasilin duit. Lagian juga punya beberapa kambing, ngurus kam

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Tamu

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 82#TamuBy : Leni Maryati****Tiba-tiba pintu rumah Farrel diketuk dari luar. Sepertinya ada tamu. Keduanya saling lirik seolah bertanya siapa tamunya. Siapakah tamu mereka, apakah ada masalah ataukah hanya ada keperluan silaturahmi saja.TokTokTok"Assalamualaikum.... "kriet "Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh," Farrel membuka pintu, melihat siapa tamu malam-malam begini. Ternyata seorang ibu-ibu. "Ehm... Budhe Sarni. Ada perlu apa ya? Atau ada perlu dengan Alika, sebentar saya panggilkan." "I-iya,"Farrel kembali masuk ke dalam memanggil istrinya. Ketiganya sekarang duduk di kursi teras rumah. Farrel dan Alika Duduk dikursi panjang, sedangkan Budhe Sarni duduk disamping, kursi single. "Mba Alika dan Mas Farrel, maaf sebelumnya kalau kedatangan budhe mengganggu waktu istirahat kalian." Budhe Sarni mulai membuka mulutnya. Mencoba menjelaskan tujuan kedatangannya. "Iya budhe ga apa-apa," jawab Alika tersenyum. "Ada perlu apa

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Gratis Aja

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 81#Gratis ajaBy : Leni Maryati ****"Gratis aja mb Alika, ini juga daripada mubazir."Alika menggelengkan kepala. "Ayo... Ke halaman rumahku." Akhirnya budhe marni nurut aja. Budhe Nur juga sudah pamit pulang ke rumahnya. Budhe Marni menurunkan box kue ke teras rumah Alika. Terlihat ChaCha langsung asyik memasukkan beberapa kue kedalam kantong plastik. "Ini budhe... Teh manis anget." ujar Alika sambil meletakkan segelas teh dan beberapa kudapan. "Ayo minum dulu, ChaCha milihnya pasti lama,""Mba Alika kok malah repot-repot,""Ga repot kok, budhe." Keduanya langsung asyik mengobrol sana-sani. Sambil menunggui ChaCha yang masih memilih kue-kue, kadang kala balita itu terlihat terdiam dan berpikir dalam memilih kue. "Budhe... Kok kuenya dibagikan gratis begitu? Itu sesekali apa tiap hari, kok mba Niken dan Dian seakan tahu budhe mau bagi-bagi kue gratis?"Budhe Marni terlihat menghela napas sejenak. Raut mukanya terlihat sedih, "Awalnya mema

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Ipar

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 80By : Leni Maryati#IparShinta dan Ridho sedang istirahat di dalam kamar. Setelah makan siang yang terlambat, mereka berdua hanya makan dengan telur ceplok, oreg tempe dan kuah pedas manis yang jelas tanpa udang. Keduanya ngobrol ringan seputar kegiatan Ridho saat ditempat kerja. Shinta juga sedang mencari-cari kerja yang cocok dan tidak sampai malam. Ridho bakalan keberatan jika dirinya bekerja menjadi SPG seperti dulu yang pulang larut malam. Disebelah kamar mereka berdua terdengar samar-samar ibu Komala sedang memarahi Shinta. Beberapa menit yang lalu Ibu Komala baru pulang dari arisan. Ia langsung menuju kamar Dela, penasaran ingin menanyakan perihal makanan untuk Shinta dan Ridho. Anak laki-lakinya itu tadi sempat mengirimkan pesan bergambar menanyakan perihal makanan kesukaan istrinya ditaruh dimana. Karena hanya tersisa kuah saja yang ada di atas meja. Ibu Komala yang berniat menanyakan itu pada Dela terpaku di depan pintu saat meliha

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Konten

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 79By : Leni Maryati#KontenNiken cemberut jadi bahan tertawaan ibu-ibu. Seolah tak terjadi apa-apa Ia langsung berdiri dan kembali bergoyang. Sepertinya video saat Ia jatuh tadi bakalan Ia upload saja di aplikasi tok-tok. Lumayan kalau banyak yang terhibur. Beberapa hari kemudian, Di sore hari sesuai kesepakatan Niken akan membuat konten masak cemilan bersama Alika. Dengan setengah hati Alika memperbolehkan Niken membantunya membuat cemilan. Hari ini Alika akan membuatkan suami dan anaknya cemilan risol mayo. "Mba... Ini hapenya aku taruh disini ya.... Biar aktivitas kita memasak terlihat jelas. Sebenarnya lebih bagus lagi kalau ada kamera dari sudut yang berbeda. Mba Alika... Pinjam handphonenya ya, buat videoin juga."Alika menghentikan aktifitasnya yang sedang mengaduk adonan untuk membuat kulit risol, "Sesuai perjanjian, mba Niken hanya membantu memasak dan tidak menyusahkan. Oke?" kata Alika penuh tekanan dan tak mau diganggu gugat. Ni

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Cuan

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 78By : Leni Maryati#Cuan Setelah mendapatkan modal berjualan, Niken mulai fokus berjualan lagi. Mulai dari delivery jus buah dan Snack bakar-bakaran. Ia harus berusaha keras agar modal usahanya tetap berputar, selain untuk membantu kebutuhan rumah tangga juga untuk membayar setoran bank mekar setiap minggunya. Niken juga memiliki hobby baru atas ide dan masukan dari bestienya--Dian dalam menambah cuan. Sudah sebulan ini Niken menggeluti hobby barunya membuat konten-konten video di aplikasi toktok. Niken membuat konten-konten dengan tema muka ndeso rezeki kota. Ia sering membuat konten goyang-goyang didepan rumah Alika, dan mengakui sebagai rumahnya. Kadang kala kalau hari Minggu Niken juga membuat konten mencuci mobil Farrel. Keluarga Alika dan Farrel hingga sebulan ini tak merasa keberatan saat Niken membuat konten-konten itu. Selama Niken melakukannya diluar rumah dan tidak mengganggu ketenangan mereka. Untuk hutang ke Budhe Sarni, Niken

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Merayu

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 77By : Leni Maryati#Merayu Budhe Sarni ****Niken tersenyum tipis, sambil berpikir kata-kata yang cocok untuk memulai pembicaraan. "Ehm... Budhe... Kemarin-kemarin aku kena musibah, difitnah hingga masuk penjara karena polisi salah tangkap. Karena hal itu aku tak berjualan sampai hampir 2 Minggu.""Terus?" tanya Budhe Sarni lagi karena Niken malah terdiam. Ia mulai mengeluarkan jurus memelas dan menceritakan keadaannya yang menderita. Niken menghapus air matanya. "Begini Budhe, aku berniat meminjam uang budhe. Untuk bayar SPP Anton. Harus segera dilunasi Budhe. Kalau tidak, Anton tidak boleh ikut ujian kenaikan kelas," "Memang mau pinjam berapa?" "Satu juta saja!" Budhe Sarni menyipitkan matanya. Ia sedang menimbang-nimbang plus minus jika berurusan dengan Niken. Jika tak dipinjami, kasihan juga. Ia pernah mengalami dan merasakan bagaimana bingungnya sebagai orang tua jika anaknya belum bayar SPP."Sebenarnya uang Arisan itu mau aku gunak

  • Tetanggaku Simbiosis Parasitisme    Tuduhan Dela

    Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 76By : Leni Maryati#Tuduhan Dela*****Akhirnya Shinta dan Ridho melakukan brunch pukul 11.00. Sarapan sekaligus makan siang. Lagi-lagi Shinta harus mandi keramas lagi. Setelah makan siang Ibu Komala mengajak Ridho untuk mengantar makanan-makanan kering sisa hajatan kemarin ke beberapa saudara mereka yang dekat.Sudah satu jam Shinta rebahan mainan ponsel di kamar, Ia merasa bosan. Shinta berinisiatif menonton televisi saja di ruang keluarga. Kondisi rumah sepi, saat Ia membuka pintu kamar saja begitu terdengar. "Kemana ya Dela? Hmm mungkin menidurkan anaknya." cicit Shinta yang dijawabnya sendiri. Siang-siang begini memang waktunya bayi 9 bulan untuk tidur siang. Shinta duduk di sofa dan menyalakan televisi, memilih acara gosip artis. Didepan meja tersedia beberapa cemilan. Ah... Rasanya Ia selalu lapar karena tenaganya terkuras habis. Suaminya Ridho memang benar-benar tak terduga, menerkamnya terus-terusan. Coba saja tadi Bu Komala tak memint

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status