Share

Thai Qu Cing Si Anak Kotoran
Thai Qu Cing Si Anak Kotoran
Auteur: Donat Mblondo

1. Anak pungut

Auteur: Donat Mblondo
last update Dernière mise à jour: 2024-02-24 08:16:39

"Thai Qu Cing, ha ha ha! Benar-benar seperti namanya, SAM-PAH!" ucap seorang anak laki-laki bernama Du Bai menekankan kata sampah. Dia menendang gundukan kotoran kucing ke arah Thai Qu Cing.

Bocah kurus dan dekil itu berjongkok membungkuk melindungi kepalanya. Pasir-pasir yang menutupi kotoran, berhamburan menghujani tubuhnya.

Nama Thai Qu Cing awal mulanya, karena seorang pria tua bernama Setu Jhu, waktu itu sedang berburu. Pria itu menemukan seorang bayi laki-laki sedang menangis di atas gundukan sampah dedaunan. Tampak bayi itu sedang memegang kotoran kucing di tangan kanannya.

Kemudian, tiba-tiba tangan si kecil mengeluarkan cahaya dan kotoran itu pun lenyap. Setu Jhu pikir, bayi itu telah menyerapnya. Sehingga ia memberinya nama Thai Qu Cing dengan panggilan Qu Cing.

Sebelum Setu Jhu meninggal karena diterkam binatang buas saat berburu, dia sempat mendaftarkan anak pungutnya di sebuah perguruan elit tingkat dasar bernama Perguruan Long Ji.

Awalnya, anak itu tidak memenuhi kriteria sebagai murid perguruan tersebut. Karena, sang penguji mendapati tubuhnya kosong. Katanya, Qu Cing akan sangat sulit mengikuti pelatihan, sebab pada dirinya tidak ada gumpalan tenaga dalam ataupun tanda-tanda munculnya inti spiritual, sedangkan Qu Cing sudah hampir menginjak usia 9 tahun.

Pada umumnya, setiap bayi dari ras manusia terlahir memiliki gumpalan tenaga dalam. Dan ketika mulai menginjak umur 7 tahun akan ada tanda-tanda munculnya inti spiritual.

Setiap anak, dianugerahi satu inti spiritual dari tujuh inti. Api, air, angin, tanah, tumbuhan, cahaya, dan kegelapan.

Meskipun Setu Jhu mengetahui bahwa Qu Cing akan mengalami kesulitan, pria itu tetap memaksa agar anaknya bisa masuk. Bahkan, dia tidak peduli meskipun nantinya hanya akan menjadi pesuruh. Setidaknya, anak itu memiliki pengalaman dan melihat, bagaimana anak-anak yang lain berlatih. Sebab, pria yang hampir menginjak usia setengah abad itu juga tidak bisa melindunginya. Sehingga Qu Cing, harus terbiasa dengan kerasnya kehidupan.

Setelah Du Bai berlalu, dua anak yang selalu mengikutinya, yaitu si kembar Patnge Wu dan Ronge Wu mendorong Qu Cing dengan kaki hingga bocah malang itu jatuh meringkuk.

"Anak kotoran, sangat cocok dengan kotoran. Kau dan kotoran benar-benar teman sejati. Ha ha ha!" ucap salah satu dari mereka. Kemudian, mereka pergi menyusul Du Bai.

Sudah beberapa kali Qu Cing ditindas oleh mereka, tapi anak itu tidak membalas. Dia juga tidak menangis atau merintih. Bocah itu hanya diam membisu pasrah. Tatapannya kosong seperti orang linglung.

Anak itu meraih kotoran kucing di sampingnya. "Mereka bilang, kau adalah teman sejatiku," gumamnya menyunggingkan senyum.

Tanpa disadari, seorang gadis berumur setahun lebih muda, berdiri di belakang Qu Cing. Dia adalah We Ling. Gadis manis, berbulu mata lentik, tapi sedikit kasar karena kehidupannya yang bebas.

"Meremas kotoran kucing, sambil tersenyum? Benar-benar anak yang aneh!" umpat We Ling berbalik memutar bola mata. Padahal, awalnya dia merasa iba karena melihat Qu Cing terus ditindas. Namun, setelah melihat tingkah anehnya, membuat gadis itu menjadi risih.

Langkah gadis itu terdengar oleh Qu Cing. Qu Cing pun menoleh dan melihatnya telah menjauh.

Astaga! Apa yang kupikirkan sampai menganggap gundukan kotoran sebagai teman? Haha. Dia pasti menganggapku gila. Batin Qu Cing tersadar.

Dia segera berdiri dan melangkahkan kakinya ke sebuah sumur di pekarangan dekat perguruan. Setelah selesai membersihkan diri dari kotoran, seseorang memanggil anak itu.

"Hei! Thai Thai! Sini ...!" Seorang senior kelas 2 bernama Han Thu melambaikan tangan agar Qu Cing mendatanginya. Han Thu adalah ketua dari kelas 2A, salah satu murid yang menonjol dan populer dari kalangan senior kelas 2.

Qu Cing datang menghampirinya. Seperti biasa, setelah berada di hadapannya, anak itu hanya diam menunggu perintah. Dia tahu bahwa saat ini adalah jadwal tugas kelas Han Thu membersihkan sampah dedaunan yang berada di pekarangan. Padahal, mereka memiliki kekuatan untuk membersihkan dedaunan itu dengan cepat. Namun, suasana tidak akan seru tanpa seorang pesuruh.

"Bersihkan semua daun-daun yang berserakan di pekarangan ini!" ucap Han Thu melemparkan sebuah sapu lidi panjang ke arah Qu Cing dengan kasar. Gagang sapu itu membentur dahi Qu Cing hingga menimbulkan memar biru. Tidak hanya Han Thu, tapi juga teman-teman sekelasnya.

Mereka semua pergi membiarkan Qu Cing seorang diri membersihkan pekarangan yang luas, bahkan hampir melebihi area perguruan.

"Satu hari, satu malam pun belum tentu akan selesai," gerutu Qu Cing memandang betapa luasnya lahan yang harus dibersihkan. Saat itu, tiba-tiba kepalanya berdenyut akibat memar tadi. Namun, ketika ia menyentuhnya dengan tangan, seketika itu rasa sakit menghilang.

Apa yang terjadi? Pikirnya tidak merasakan sakit lagi.

Saat langit mulai petang, gerombolan Han Thu pun kembali. Mereka melihat baru sebagian kecil sampah yang dibersihkan.

"Lelet banget sih! Masa dari tadi hanya dapat segitu?!" bentak seorang gadis yang merupakan salah satu teman sekelas Han Thu. Dia menendang pantat Qu Cing hingga membuatnya jatuh tersungkur.

"Hei, Bisu!" Seorang anak lelaki yang juga merupakan salah satu teman Han Thu, menjambak rambut Qu Cing hingga kepalanya terdongak. "Kau lihat baik-baik, biar kutunjukan bagaimana caranya membersihkan!"

Teman Han Thu itu, mengeluarkan energi spiritual angin dan ...

Whuuuuuuuuush!

Dalam sekejap gundukan sampah daun terkumpul menjadi satu.

Mereka menganggap Qu Cing sebagai anak bisu, karena mereka belum pernah mendapati anak itu berbicara sepatah kata pun.

Setelah sampah terkumpul, mereka memukuli Qu Cing dengan alasan kualitas kerja pesuruh sangat buruk.

"Sampah, seharusnya berkumpul dengan sesama sampah!" ujar Han Thu tampak mulai menggali tanah. Teman-temannya pun memahami apa maksud dari perkataan ketua mereka.

Salah satu dari mereka yang memiliki inti spiritual tanah, mengguncang bumi hingga sebagian tanah yang ditunjuk melongsor membuat sebuah lubang.

Mereka menimbun Qu Cing hidup-hidup dalam tanah, dan hanya menyisakan bagian kepala saja di atas permukaan. Kemudian mereka menutupi kepalanya dengan gundukan sampah dedaunan.

Beberapa saat kemudian, Qu Cing mencium bau gosong dari atas kepalanya. Semakin lama, kepala anak itu terasa semakin panas. Api pun membumbung tinggi di atas kepalanya.

"Aaaaaaaaaaaaaaargh!"

Anak itu menjerit sangat keras. Namun, sepertinya tidak ada yang peduli dengannya.

"Ha ha ha! Siapa yang akan peduli dengan kematian seorang sam-pah!" ucap seseorang.

Suara langkah kaki, semakin lama pun menghilang.

Siapa yang membakar sampah dedaunan ini? Apakah dia sengaja? Dia sengaja ingin membunuhku? Aku sudah berteriak keras, tapi dia tidak peduli dan pergi membiarkanku terbakar di bawah kobaran api ini? Pikir Qu Cing.

Anak itu terdiam memejamkan mata, pasrah menghadapi kematian. Tiba-tiba, sebatang kayu lusuh terjatuh dari tumpukan buih-buih abu gosong dedaunan ke kepala Qu Cing.

Ketika sebatang kayu itu menyentuh rambut Qu Cing, anak itu merasakan kehangatan. Seperti ada suatu energi yang masuk ke tubuhnya, sehingga dia merasa cukup mampu untuk membobol tanah yang menimbun dirinya.

Byaaaaar!

Tanah beserta kobaran api pada dedaunan, berhamburan ke segala arah. Qu Cing melompat menangkap sebatang kayu itu. Saat berada dalam genggaman, tiba-tiba telapak tangan anak itu mengeluarkan cahaya yang membuat suatu ukiran unik pada batang kayu menjadi tampak jelas.

Karena kaget dan tangan terasa terbakar, Qu Cing tanpa sengaja menjatuhkan sebatang kayu itu. Dan tanpa diduga, pada telapak tangan kanannya muncul sebuah tanda berbentuk matahari.

Tanda apa ini?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (3)
goodnovel comment avatar
Julung Julung
hahahha njiir ini kocak nama2nya setujuuu, rongewu sebentar lagi ada mangatus...wkwkkw
goodnovel comment avatar
Bengkoang
yg ini, Qu Cing.
goodnovel comment avatar
Ghina Farhana
ni crita ny bgus dan nm ny lucu².........
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   112. Berpisah

    Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya kembali ke Perguruan Long Ji. Qu Cing dan Bau Ba Chin melapor langsung kepada sang guru. Nie Lee duduk tenang di atas kursi meditasi batu yang dibalut akar pohon spiritual tua. Jubah panjangnya berkibar pelan karena angin pegunungan, tapi sorot matanya tajam penuh rasa puas saat melihat dua muridnya kembali dengan selamat.“Kerja yang sangat baik,” ucapnya pelan. “Bukan hanya kalian berhasil menghancurkan Master Pengubah Wajah, tapi kalian juga membawa bukti utuh dari pengkhianatan Ben Cong. Perguruan ini… berutang banyak pada kalian.”Bau Ba Chin hanya mengangguk ringan, sementara Qu Cing membungkuk penuh hormat.Nie Lee menepuk bahu keduanya. “Kalian telah melewati ujian yang bahkan para tetua pun belum tentu sanggup jalani di usia kalian. Mulai hari ini, kalian dibebaskan dari pelatihan hingga liburan selesai. Gunakan waktu ini untuk menenangkan jiwa kalian. Kalian pantas mendapatkannya.”Tak lama kemudian, seorang penjaga gerbang perguru

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   111. Bola kristal ruang

    Qu Cing berdiri diam, matanya menatap sangkar cahaya yang berputar di hadapannya. Energinya masih mengalir pelan dari telapak tangan, menghubungkan dirinya dengan jaring-jaring bercahaya itu. Ia tidak menyangka—teknik sangkar cahaya yang ia serap dari lawan, kini tumbuh menjadi bagian dari kekuatannya.Cahaya dari sangkar terus berdenyut. Setiap denyutnya menyedot energi dari tubuh Master Pengubah Wajah yang terkurung di dalam. Pria itu tak lagi bisa melawan. Tubuhnya berlutut, wajahnya pias, tak ada lagi kekuatan tersisa."Pantas saja Bibi Miao tidak berdaya berada dalam sangkar ini," gumam Qu Cing mengepalkan tangan.Angin yang tadinya berputar liar kini mulaimeredaa. Debu yang berterbangan perlahan turun.Arena pelatihan Klan Naar menjadi sunyi. Tempat itu porak-poranda. Pilar-pilar batu runtuh. Permukaan tanah penuh retakan. Pohon-pohon di sekelilingnya hangus. Namun di tengah kehancuran itu, berdiri satu titik terang—Qu Cing, bocah dengan tongkat pusaka yang ia tenggerkan di atas

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   110. Sangkar cahaya

    Dalam sekejap, ratusan klon tanah meledak bagaikan pecahan kaca rapuh tersentuh cahaya suci. Debu dan pecahan batu beterbangan, mengguratkan lengkung kehancuran di angkasa, seolah langit dan bumi bersaksi atas kekuatan yang bangkit dari tubuh seorang bocah.Master Pengubah Wajah terpental ke belakang. Tubuhnya terguling di tanah yang retak, wajahnya yang tertutup debu menampakkan raut ngeri—seperti melihat takdirnya sendiri mulai runtuh.“Tidak mungkin… bagaimana bocah ini bisa mencapai titik ini?!”Dengan susah payah, ia menegakkan tubuhnya. Jemarinya menggenggam tanah, bergetar karena campuran marah dan takut yang menyesakkan dada.“Anak sialan… kau kira, ini sudah berakhir?” ucap sang master dengan satu hentakan kedua telapak tangan ke bumi.DUUM!Sebuah gemuruh dalam tanah menjalar ke seluruh tempat pelatihan. Retakan terbuka lebar, dan dari kedalamannya, puluhan pilar batu mencuat ke atas, menjulang laksana tombak surgawi yang hendak menembus cakrawala.Namun Qu Cing berdiri tena

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   109. Klon

    "Itu… sumber kekuatannya!”Inti itu tiba-tiba meledakkan energi. Fragmen-fragmen batu di sekitarnya langsung menyusun kembali bentuk tubuh baru yang jauh lebih cepat, lebih padat, dan lebih tajam dari sebelumnya. Tubuh monster itu tidak sebesar yang tadi, tapi lebih ramping dan agresif, dengan lengan-lengan panjang yang tajam seperti tombak batu.“Versi kedua?” Bau Ba Chin mendecak. “Sekarang kau jadi lebih menyebalkan.”Monster tanah melemparkan tubuhnya ke depan, menebas udara dengan dua bilah tangannya yang tajam!CLANG!Bau Ba Chin menahan serangan itu dengan tongkat besinya, namun kekuatannya luar biasa—kedua kakinya sampai menyeret tanah, menciptakan dua alur panjang di permukaan arena.WUSH!Monster itu langsung menghilang masuk ke dalam tanah, lalu muncul di belakang Bau Ba Chin!WHAAAM!Sebuah tebasan horizontal nyaris menyayat punggung Bau Ba Chin, namun bocah itu menghilang dalam kabut hitam detik terakhir!Sosoknya muncul di sisi kanan monster."Terlalu lambat."Tongkatnya

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   108. Monster tanah

    Dengan kecepatan kilat, Qu Cing bergerak mengejar sosok itu. "Bertanding kecepatan? Kau akan menyesal!" Dalam beberapa kejapan mata, Qu Cing berhasil menghadang pria itu. "Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi, Tuan!" Bocah itu tersenyum meringis.Sementara Bau Ba Chin memblokir akses belakang sang Master Pengubah Wajah.Lawan mereka kali ini adalah, sesosok pria dengan wajah samar. Dia menyamarkan wajah aslinya dan membentuk wajah lain dengan tekstur elemen tanah. Umumnya, membentuk wajah membutuhkan konsentrsi dan ketelitian, sehingga memakan waktu hingga tiga sampai lima menit untuk meniru wajah seseorang. Namun, pria ini mampu merubah wajahnya dalam sekali pandangan mata, hanya dalam waktu setengah menit.Menurut informasi yang diberikan oleh Penjaga Perpustakaan Gu, Master Pengubah Wajah adalah seorang pria impoten. Dia senang bermain wanita, namun tidak sampai kehubungan yang lebih intens."Cih! Bocah sialan!" decak pria itu menggertakkan gigi. Ia menggerakkan tangannya seperti

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   107. Wajah-wajah palsu

    "Tidak bisa membiarkan serangan itu terjadi! Kita harus segera mencegahnya!" seru Qu Cing.Bau Ba Chin langsung paham. Mereka harus menyerang sebelum teknik itu selesai!WUSSH!Kedua bocah itu melesat dalam waktu yang bersamaan!Ben Cong mengerahkan seluruh kekuatannya, tapi di saat yang sama, tubuhnya mulai menunjukkan efek samping dari pembakaran darah. Urat-uratnya terlihat semakin menonjol, dan wajahnya mulai menua dengan cepat.Namun, itu tidak menghalangi niatnya untuk membunuh mereka!"MATI!"Ben Cong mengayunkan tangannya, melepaskan semburan api hitam raksasa ke arah mereka!BOOOOM!Ledakan dahsyat terjadi!Namun, ketika asap mulai menghilang…Swish!Qu Cing muncul tepat di belakang Ben Cong!Matanya berkilat dingin."Ini akhirnya."Dengan secepat kilat, ia menghantam ulu hati Ben Cong dengan tongkatnya!CRACK!Ben Cong terbatuk darah. Matanya melebar tak percaya.Namun, sebelum tubuhnya jatuh, Bau Ba Chin muncul dari bayangan di bawahnya."Giliranmu!" seru Qu Cing.Bau Ba Ch

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   106. Teknik pembakar darah

    Mata Qu Cing menyipit. Ia segera mengenali sosok itu. "Kau selalu bergerak seperti seorang pengecut. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Mungkin, orang lain tidak melihat gerakanmu, tapi langkah itu sangat jelas di mataku, Tuan Ben Cong!" Dengan tubuh Pou Cong yang masih terluka parah dan dalam keadaan lemah, ini adalah saat yang sempurna bagi Ben Cong untuk menyingkirkannya. Jika ia berhasil membunuh kakaknya, maka secara otomatis ia akan menjadi pemimpin baru Klan Naar! Namun— CLANG! Sebuah tongkat besi melesat, menghentikan serangan Ben Cong tepat sebelum menyentuh tubuh Pou Cong! Ben Cong tersentak mundur, matanya melebar melihat sosok anak lelaki berkulit hitam yang kini berdiri di hadapannya. "Kau?!" Bau Ba Chin menatapnya dingin. "Guru akan senang jika kami pulang membawa mayatmu, Tuan Ben Cong." Semua orang di arena mulai berbisik, menyadari bahwa ini bukan sekadar pengkhianatan biasa. Semua tahu bahwa Ben Cong adalah wakil kepala Perguruan Long Ji. Pou Cong yang

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   105. Pernyataan yang mengejutkan

    Pou Cong tidak memberi Qu Cing kesempatan untuk bernapas. Begitu melihat bocah itu bangkit dengan tongkat bercahaya di tangannya, ia langsung mengayunkan tangannya ke depan. Wooosh! Semburan api melesat dari telapak tangannya, membentuk naga raksasa yang mengaum dan menerjang ke arah Qu Cing. Boom! Ledakan besar mengguncang arena, membuat para murid Klan Naar menjerit dan mundur lebih jauh. Asap hitam mengepul, menutupi seluruh area tempat Qu Cing berdiri. Pou Cong tersenyum dingin. "Kau boleh cepat, tapi kau bukan tandinganku, Bocah!" Namun, senyum itu seketika menghilang ketika sebuah bayangan tiba-tiba melesat dari dalam asap. Swish! Pou Cong nyaris tak sempat bereaksi saat cahaya oranye berkelebat di sisinya. Instingnya menendang masuk, dan ia segera berbalik, mengayunkan pukulan berapi ke arah bayangan itu. Boom! Udara di sekitarnya meledak akibat panas dari pukulannya. Namun, serangannya hanya mengenai udara kosong. "Mustahil…" Pou Cong menyipitkan mata, mencoba mencar

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   104. Bertarung

    Angin berhembus pelan, membawa ketegangan yang semakin memuncak di halaman pelatihan Klan Naar. Para anggota klan yang menyaksikan pertarungan ini menahan napas mereka, mata mereka terpaku pada sosok kecil yang berdiri di hadapan pemimpin klan mereka.Pou Cong, seorang pria yang dikenal sebagai salah satu pengendali api terkuat, menatap Qu Cing dengan tajam. Ia sama sekali tidak menganggap serius bocah ini. Namun, saat Qu Cing berdiri dengan penuh percaya diri, sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa anak ini bukan lawan biasa."Jika kau benar-benar ingin menantangku, maka buat aku jatuh ke tanah hingga mengalami luka yang cukup serius."Kata-kata itu masih terngiang di udara ketika Qu Cing mulai bergerak.Wuussh!Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari pandangan!Pou Cong mengerutkan kening. Cepat!Tiba-tiba—Slash!Sebuah luka tipis muncul di bahu kanan Pou Cong, darah segar menetes ke tanah. Semua orang yang menyaksikan tersentak kaget.Pou Cong menggerakkan kepalanya dengan cepat, m

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status