Drake mencium bau vampir saat ia terbang di atas kota New York. Ia melihat dua orang vampir dan beberapa orang manusia di salah satu gang sempit. Beberapa manusia sudah dihisap darahnya. Sebagian sampai kering, sebagian lagi dibiarkan menderita beberapa saat sebelum berubah menjadi vampir. Beberapa manusia masih hidup. Ketakutan hingga terkencing-kencing. Pakaian mereka bau busuk, bahkan Drake bisa menciumnya dari atas.
Drake kemudian turun dan menjejakkan kakinya di gang tersebut, membuat para vampir menoleh.
“Ya-yang Mulia?” tanya mereka dengan tubuh sedikit gemetar. Taring mereka yang berdarah tiba-tiba memendek saat melihat Drake. Mereka berusaha menutupi apa yang baru saja mereka lakukan, tapi percuma saja sebab darah segar sudah memenuhi mulut mereka.
“Ampun! Ampun Yang Mulia!” seru mereka sambil berlutut.
“Ma-makhluk apa lagi kamu?” tanya seorang manusia yang masih hidup. Ia masih punya nyali untuk bertanya semen
“Dr-drake...” kata Alarick dengan suara lemah.Cekikan Drake di lehernya terasa amat kuat. Alarick berusaha mengeluarkan kekuatannya, tapi Drake sekarang jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Alarick merasa seperti anjing kecil yang tidak berdaya di tangan Drake. Sialan! Batin Alarick.“Yang Mulia! Hentikan!” seru para naga.Namun, sekali lagi Drake mengangkat sebelah tangannya yang bebas, lalu membuat gerakan kecil. Gerakan kecil itu berakibat fatal pada semua makhluk yang berkumpul di sana, mereka semua kembali terhempas ke tanah dengan tubuh amat kesakitan. Para vampir memanfaatkan kesempatan itu untuk lari. Drake membiarkan mereka lari, sebab kini ia lebih marah pada werewolf yang ada di hadapannya.Wajah Alarick memerah, ia hampir kehabisan napas. Tangan dan kakinya bergerak-gerak tak beraturan.“Drake!” tiba-tiba suara seorang wanita terdengar, membuat Drake menoleh.Mata Alarick melebar saat meli
“Alarick, apakah dia menghubungimu? Dia baik-baik saja?” tanya June khawatir melalui panggilan telepon pada Alarick. Pria itu hanya menghela napas sambil berbaring. Tubuhnya masih terasa sakit akibat serangan Drake kemarin.“Dia baik-baik saja, June. Mungkin dia sedang tidak ingin dihubungi. Beri dia waktu,” kata Alarick akhirnya.“Baiklah kalau begitu. Kamu juga banyak istirahat. Bye,” kata June sambil memutus panggilan telepon.Di saat yang sama, tiba-tiba pintu ruangan tempat Alarick berada diketuk dari luar.“Masuklah!” seru Alarick sambil tetap berbaring dan memejamkan matanya.“Alpha, aku dapat kabar. Raja Naga mengundang kita semua ke hutan malam ini untuk menghancurkan hati itu,” kata anak buahnya yang masuk ke dalam ruangan.“Kita berangkat sekarang,” jawab Alarick sambil bangkit dari posisi berbaringnya.Mereka semua berubah ke bentuk serigala dan sesuai
Drake terbang ke angkasa meskipun seluruh tubuhnya terasa terbakar. Kini rasanya tidak perlu ada lagi yang ia pertahankan dalam hidup. Drake merasa sudah terlalu lama ia hidup di dunia dan lagi pula dia tidak ingin karena dirinya, banyak makhluk yang menjadi korban. Drake merasakan hati itu mulai pecah di dalam perutnya, membuat lebih banyak kekuatannya bocor keluar meracuni darah dan organ dalam tubuh Drake. Ia merasa tubuhnya panas sebab kekuatan hati itu bagai bahan bakar yang memicu api di dalam tubuhnya. Ia akan meledak bersama dengan hati itu.Dengan sekuat tenaga, Drake terbang semakin tinggi ke angkasa. Ia terus terbang hingga ia yakin jika dirinya meledak bersama hati itu, maka tidak ada seorangpun di bumi yang terkena dampaknya. Di bawah sana para cacing raksasa mulai kembali masuk ke dalam tanah. Beberapa mulai kembali menjadi debu dan terbang bersama angin. Mereka memang sudah lama punah dari bumi, kini mereka kembali pada kepunahan.“Ini berhasil,&rd
BEBERAPA JAM SEBELUMNYA –“Halo?” kata June saat menjawab panggilan telepon yang tiba-tiba dari Wilona di tengah malam.“June, aku butuh bantuanmu. Datanglah ke apartemen Drake,” jawab Wilona.“Baiklah! Aku segera kesana,” jawab June.Saat June sampai ke apartemen Drake, Wilona sudah berada di sana bersama beberapa orang lainnya yang tidak June kenal.“Bisakah kalian meninggalkan kami berdua?” tanya Wilona saat melihat June.Semua orang meninggalkan ruangan sehingga hanya tinggal Wilona, June, dan Drake yang sedang terbaring di atas ranjang.“Apa yang terjadi? Kenapa bisa terjadi seperti ini?” tanya June.“Dia mengorbankan dirinya dengan menelan hati ruby itu dan membawanya ke angkasa. Hanya dia yang cukup kuat untuk melakukannya. Semua orang mengira bahwa ia akan meledak bersama hati itu, tetapi tanpa diduga, kekua
Sekarang June berdampingan dengan Drake di dapur. Pria itu terlihat jauh lebih luwes dibandingkan dirinya saat memasak. June tidak tahu apa yang harus ia bicarakan, jadi ia memutuskan untuk diam saja. Drake masih tersenyum sambil bersiul-siul, sesekali ia melirik ke arah June. Drake berkali-kali melihat ke arah kening June, ia hampir tidak percaya apa yang dilihatnya, tanda werewolf itu sudah menghilang dari kening June. Gerak-gerik Drake itu membuat wajah June semakin merah padam.June tidak tahan, jadi ia berbalik lalu berpura-pura mencari sesuatu di kulkas. Padahal June tidak melakukan apapun. Ia hanya mendinginkan wajahnya yang terasa panas itu. Setelah beberapa saat, June berpura-pura mengambil timun untuk tambahan acar, dan pada saat ia menutup pintu kulkasnya. June hampir melempar timunnya sebab Drake tiba-tiba sudah berada di hadapannya.“Kenapa kamu lama sekali di depan kulkas?” tanya Drake.“A-aku...”Drake berjalan mende
Drake melakukannya berulang-ulang dari belakang, hingga June hampir mencapai puncaknya. Namun, Drake masih belum puas, ia kemudian membalikkan tubuh June hingga menghadap ke arahnya. Ia kemudian melakukannya dari posisi ini, sambil menikmati pemandangan wajah June yang kini merah merona dan berkilau karena keringatnya.Drake membuat June merasa dirinya melayang sekali lagi. Waktu dan dunia serasa berhenti saat itu juga hanya untuk memberikan tempat tersendiri dan waktu yang tak terbatas untuk kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut. Gairah Drake semakin memuncak saat ia melihat wajah June yang cantik merona merah tersebut, napasnya yang tersengal, dan desahan yang keluar dari bibirnya yang seksi. Mereka melakukannya hingga mencapai puncaknya bersama-sama.June berbaring kelelahan dengan napas tersengal dan tubuh berkeringat. Drake mengusap kening June lalu mengecupnya dengan lembut. Ia berbaring di sebelah June lalu merangkul wanita itu dengan lembut.&l
Drake melaju dan June berhenti bertanya. Ia menikmati pemandangan keluar jendela dan setelah setengah perjalanan, June sudah bisa menebak mereka akan pergi ke mana.“Kamu ingin membawaku nonton ke bioskop?” tebak June sambil tersenyum.“Kamu bisa menebak dengan baik. Kita akan nonton berdua. Bukankah itu yang biasa dilakukan orang-orang saat pacaran?” tanya Drake.“Jangan bilang kamu belum pernah berpacaran sebelumnya?” tanya June.“Terakhir kali aku berpacaran adalah berabad-abad yang lalu, June,” jawab Drake.June tertawa akan kenyataan itu. Drake ikut tertawa. Ia kemudian memarkirkan mobilnya di gedung bioskop. Semua orang yang lewat memperhatikan mobil mewah yang biasanya diparkirkan di depan hotel mewah atau restoran mewah. Tapi kali ini, mobil mewah itu malah terparkir di gedung bioskop sederhana.Drake turun dari mobilnya, lalu berputar untuk membukakan pintu bagi June. June melangkahkan
“Lana Barryfield?” tanya Drake sambil membesarkan matanya.“Ternyata itu benar kamu! Ini sebuah kebetulan yang menyenangkan. Sudah lama sekali tidak berjumpa,” kata wanita itu.Ia mendekat lalu memeluk dan mencium kedua pipi Drake, mereka terlihat amat akrab. June memaksakan sebuah senyum.“Lana, perkenalkan ini June Hanson. June, ini Lana Barryfield, teman lamaku,” kata Drake.Wanita itu menoleh melihat June, ia kemudian terdiam sejenak.“Oh, Drake. Dia sangat cantik,” katanya. Tapi June bisa menangkap sesuatu yang lain dari nada suara dan ekspresi wajahnya.“Senang bertemu denganmu, June,” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.“Senang bertemu denganmu juga, Lana,” jawab June.“Kapan kamu ke New York? Kudengar kamu sudah sangat lama tidak meninggalkan Roma?” tanya Drake pada Lana.“Iya. Roma adalah tempat yang paling cocok un