Share

Bab. 7 Turun ke Bumi.

"Ta.. tapi kenapa harus aku? Bukankah ada malaikat lain yang bertugas untuk mencari benda yang hilang dari langit?" tolak Ethelyn cepat. 

Ia tidak mengerti kenapa Blake menyuruh dirinya padahal itu bukan tugasnya. 

"Itu karena mawar itu kau yang menemukannya. Mawar krystal biru akan menghilang begitu tercabut dari taman langit, dan perlahan akan memunculkan wujudnya ketika si penciptanya berdekatan dengannya. Itulah mengapa aku memerintahkanmu untuk mendapatkannya kembali." jelas Blake yang kini lebih tenang.

"Tapi kenapa harus ke bumi? Bukankah bisa saja ada makhluk dari alam lain yang mencurinya?" tanya Ethelyn lagi.

"Tidak ada makhluk lain yang bisa menembus pertahanan taman langit selain makhluk dari bumi. Sekarang, kau turunlah ke bumi. Dan ingatlah! Jangan pernah kembali sebelum kau mendapatkannya!" ujar Blake.

Blake tiba-tiba mengarahkan tangannya ke arah Ethelyn dan seketika muncul cahaya terang putih untuk menurunkan Ethelyn ke bumi tanpa harus melewati gerbang pintu langit. 

Awan dimana kaki Ethelyn berpijak tiba-tiba mulai terbelah yang menampakkan malam gelap dan awan itu semakin melebar hingga membuat tubuh Ethelyn hilang keseimbangan dan terjatuh begitu saja. 

Ethelyn turun melaju dengan cepat menuju bumi tanpa sayapnya karena memang saat itu ia sedang menyingkapnya namun tak lama kemudian sayapnya muncul dan membuatnya terhenti sejenak hingga keseimbangan tubuhnya kembali seperti sebelumnya.

Ia terus menatap ke arah langit, ia merasa kecewa karena sudah di keluarkan dari langit begitu saja tanpa memberi kesempatan untuk membela dirinya sendiri. Tanpa sadar air matanya menetes karena ia merasa terbuang.

"Itu bukan kesalahanku, saat itu aku sedang beristirahat di tepi danau lalu kenapa aku yang di keluarkan dari langit? Bahkan Blake belum mendengarkan penjelasanku saat ia membuat keputusan itu." keluhnya sejenak lalu dengan cepat ia menghapus air matanya.

Tak ingin berlarut dalam kesedihan, dengan berat hati ia mengepakkan sayapnya lambat turun ke bumi. Ia sudah terlanjur kecewa dengan keputusan sepihak dari Blake jadi ia memutuskan untuk tinggal di bumi hingga mawar itu kembali ke tangannya. Lagi pula tidak ada tempat tinggal selain bumi untuknya saat ini.

.....

Sementara di bumi, rombongan Zaan sudah tiba di kastil tua di desa Caldwell termasuk Zaan sendiri yang wujudnya sudah kembali menjadi manusia.

*Flashback On.

Tepat setelah Zaan terbang ke langit meninggalkan rombongannya, bibi Fawn datang menenangkan Hazel dan meyakinkannya kalau Zaan akan baik-baik saja. Ia juga meminta untuk segera melanjutkan perjalanan karena jarak mereka sudah semakin dekat dengan kastil yang akan mereka tempati.

"Hazel... Lebih baik kita melanjutkan perjalanan, lagi pula kastil itu sudah semakin dekat. Zaan pasti akan langsung menyusul kalau tidak melihat rombongan kita di sini." usul bibi Fawn.

"Tapi bibi Fawn?..." Hazel ragu.

"Ini sudah tengah malam dan sebentar lagi akan fajar, jadi lebih baik kita bergerak menuju kastil itu. Percayalah pada bibimu ini Hazel." bibi Fawn menyakinkan keponakannya.

Akhirnya Hazel mengikuti apa yang dikatakan bibi Fawn, semula ia akan menunggu Zaan datang tapi karena ini sudah tengah malam jadi ia berubah pikiran. Setelah itu mereka menaiki kereta kuda dan melanjutkan perjalanan.

*Flashback Off.

Tampak kalau Zaan sedang berdiri di taman belakang kastil. Suasana menjelang fajar semakin terlihat dengan adanya sinar yang mulai muncul melewati celah dari awan.

Perlahan ia mengangkat tangan kanannya, di lihatnya sejenak karena kembali teringat saat tangannya sendiri yang mengambil mawar itu namun ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh dadanya seketika mawar itu menghilang.

"Bagaimana, kenapa mawar itu bisa menghilang? Dan dari mana datangnya suara wanita itu?" 

Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya pelan namun hal itu tidak membuatnya tersentak sekalipun.

"Kau baik-baik saja Zaan?" tanya orang itu yang tak lain adalah bibi Fawn.

Terlihat kalau Hazel berdiri di balik tembok sambil terus memperhatikan dan mendengarkan percakapan mereka berdua dari kejauhan.

Zaan kembali meletakkan tangannya di samping. Ia hanya menatap lurus tanaman yang tumbuh di halaman belakang itu. Sejenak menghela napasnya yang berat kemudian ia mengalihkan pandangannya menatap bibi Fawn.

"Aku baik-baik saja bibi." jawabnya datar.

"Hanya saja...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status