Share

7. Kaku Bertemu

Dalam perjalanan menuju kantor, baik Renata dan Demitrio tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Untuk mengurangi suasana horor dalam mobil, Demitrio sengaja memutar lagu rock dengan volume yang sangat keras.

Dia hanya ingin mendengar protes Renata, yang masih diam membisu.

Musik terus menghentak menggetarkan seisi dalam mobil, Renata hanya diam walaupun suara musik terdengar memekakkan telinga. Demitrio semakin kesal dengan sikap Renata yang berubah menjadi gunung es, diam tak bergerak. Matanya kosong melihat jalanan yang telah ramai dengan mobil-mobil egoisme.

Dengan kasar Demitrio mematikan sound musik di mobilnya.

"Re! Tolong jangan bikin saya bingung," ketus Demitrio membuka obrolan dengan Renata yang masih terdiam seribu bahasa.

Tak ada umpatan atau teguran dari seorang Renata, biasanya dia yang selalu menghiasi telinga Demitrio dengan suara ketusnya.

"Renata Prameswari, bicara!" 

"Bicara apa?" tanya Renata menjawab Demitrio dengan malas. Dia menyenderkan kepalanya pada jendela mobil, masih dengan tatapan kosong.

"Re ... kamu benci sama saya?" tanya Demitrio melihat ke arah Renata.

Tapi tak ada jawaban dari sekertarisnya  ini, saking kesalnya Demitrio mengusap kasar wajahnya. "Ya Tuhan, apa seperti ini? Bidadari ciptaan-Mu ketika marah," batin Demitrio bergumam kesal.

 

Suasana di jalanan semakin ramai dengan kemacetan. Tapi ini keuntungan untuk Demitrio, dia bisa menatap Renata lebih lama. Suara klakson yang bersahutan tidak membuat mata Demitrio bergerak melajukan mobilnya.

Sampai ada suara ketukan dari arah jendela, meminta Demitrio melajukan mobilnya. 

Demitrio hanya bisa mengumpat dengan kejadian yang baru saja terjadi. Batinnya merasa terketuk, melihat perubahan wanita cantik yang sudah tak ber-make up lagi.

Ketika sudah sampai di depan kantor, Demitrio memarkirkan mobilnya dengan sangat kasar.

Braak ...

Mobil mewah Demitrio menabrak sebuah tong sampah dan pembatas jalan.

Renata yang dari tadi melamun segera tersadar, dengan apa yang tengah terjadi? Sedangkan Demitrio dengan santai membuka sabuk pengamannya, tanpa basa-basi keluar dari dalam mobil.

Renata hanya bisa mendengus kesal melihat kelakuan bosnya ini. Dengan langkah cepat Demitrio mengunci pintu mobil dan meninggalkan Renata yang masih tertunduk.

***

Ruang meeting dengan meja panjang dan kursi-kursi berjejer, para investor dari Jerman telah datang dan disambut ramah oleh Demitrio dan Renata.

Mereka membicarakan tentang bisnis yang akan di mulai Minggu ini. Demitrio dengan lancar menanggapi semua obrolan dan pertanyaan dari kliennya, karena dia menguasai empat bahasa.

Renata sibuk memainkan laptopnya, menscroll apa yang telah dirancang. Melalui in-focus, mereka bisa melihat produk di perusahaan Agashi Groups.

Braak ... 

Pintu ruang meeting di buka kasar oleh Alghara Fredicson, semua tamu langsung tertuju kepada Alghara tanpa terkecuali dengan Demitrio dan Renata.

Tanpa dipersilahkan Alghara langsung duduk di kursi. Demitrio sebenarnya sangat marah dengan kedatangan Alghara, tapi untuk menjaga kesopanan di depan para investor, dia berusaha menahan amarahnya.

Wajah Renata semakin tegang ketika Alghara dengan sengaja duduk di sampingnya.

"Maaf pak, lebih baik anda duduk di samping para Direksi," ujar Renata. Walaupun risih Renata tetap berbicara sabar kepada Alghara.

Alghara tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Renata, dia malah menarik kursinya lebih dekat dengan Renata.

Sedangkan Demitrio hanya memperhatikan pertanyaan-pertanyaan dari klien yang lain, semua klien sangat puas dengan pemaparan Demitrio.

Perjanjian kerjasama pun dengan cepat mendapatkan lampu hijau dari semua klien. Alghara paling akhir menimang penanaman saham, dia hanya melihat ke arah Renata.

"Jadi Pak Alghara, apa bapak tertarik bekerjasama dengan perusahaan kami?" tanya Demitrio mengalihkan pandangan Alghara yang tetap fokus memperhatikan tubuh Renata.

"Ekhm ...." Demitrio membuyarkan lamunan Alghara, entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini? Ah sudahlah tak usah dijawab.  

Alghara berbesar hati ikut menanamkan modal di Agashi Groups, hanya sebuah alasan untuk mendekati Renata, sekaligus mengontrol perusahaan Demitrio.

"Saya tertarik dengan semua rencana dari Agashi Groups, 50% dari semua biaya produksi akan saya berikan untuk Agashi Groups. Tapi dengan syarat ...  nona di depan saya ini, ikut menyetujuinya." Matanya mengedip pada Renata.

Renata tidak berani berbicara atau pun bergerak, dia hanya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Jadi gimana, Nona? Apa anda setuju apabila saya menanamkan modal di perusahaan ini?" tanyanya dengan suara bariton, tampak berwibawa.

Demitrio dan yang lainnya intens melihat pada Renata, Renata tampak kikuk karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya pada saat ini?

Sepertinya Renata butuh asupan oksigen, untuk menetralkan rasa malu yang makin menguasainya.

"Maaf, Pak Al. Sekertaris saya tidak bisa menjawab pertanyaan, Anda," Demitrio menjawab pertanyaan Alghara, dengan tatapan tajamnya.

Alghara tetap pada pendiriannya, dia tidak menggubris jawaban Demitrio.

"Bagaimana Nona? Kalau anda tidak menjawabnya, meeting ini tidak akan selesai sampai nona menjawab pertanyaan saya!" tegas Alghara.

Renata menatap Demitrio yang mengangguk di depan Renata, dengan izin Demitrio akhirnya Renata mengiyakan keinginan Alghara.

"Iya saya setuju, Pak Alghara ikut menanamkan modalnya di Agashi Groups." Bibir Renata bergetar menahan amarahnya.

Alghara tampak senang dengan jawaban Renata, senyum licik terkembang di bibirnya.

Setelah semua setuju, mereka menandatangi surat perjanjian kontrak kerja.

Demitrio menutup meeting dengan sambutan hangat dari para kliennya. Namun berbeda dengan Alghara, tak ada satu tepukan pun dari tangannya.

***

Renata masih membereskan file-file, sedangkan Demitrio keluar bersama kliennya untuk memperlihatkan kinerja perusahaannya, ditemani manager lapangan.

Alghara tidak ikut keluar bersama Demitrio, dia tetap di ruangan meeting bersama Renata.

Alghara mulai mendekati Renata yang masih membereskan file-file, tangan kanannya mulai berani menyentuh rambut Renata.

Dengan cepat Renata melangkah pergi, namun baru satu langkah. Tangan kekar Alghara menarik tubuh Renata.

"Mau ke mana, Renata Prameswari?" 

Renata hanya diam terpaku, dalam hatinya berkata, "dari mana dia tahu kalau namaku Renata? Bagaimana kalau pak Alghara melakukan sesuatu?"

"Saya tidak ada urusan lagi dengan bapak!" ketus Renata menimpali.

"Itu yang suka dari kamu, Renata. Melawan, melawan, melawan ... dan aku suka itu," ucapnya lembut.

Tak ada ucapan, selain tatapan jijik dari seorang Renata ketika melihat Alghara semakin mendekatinya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nona_Bawell
😬😬😬geram sama Alghara
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Lanjut author semangat
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Algara terang²an banget deketin renata nya, padahal itu di kantor lohhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status