Share

Chapter 2

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2023-04-29 11:55:50

“Tidak ada tapi-tapian!”

Upaya Darren untuk bernegosiasi itu pun langsung lenyap saat mama mertuanya kembali berteriak. Setelahnya, kedua mertuanya itu langsung meninggalkan Darren yang masih sibuk dengan pecahan beling di tangannya.

Hanya ada satu orang yang begitu manusiawi memperlakukan Darren di rumah ini. Dialah Bi Asih, pembantu utama rumah ini. Wanita paruh baya itu bahkan tak sungkan menawarkan bantuan pada Darren. "Tuan, biar bibi saja. Semua ini bukan tugas Tuan, apalagi Tuan adalah menantu di rumah ini."

Darren tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Bi. Biar saya yang bereskan, ini semua memang kesalahan saya."

Darren jelas menolak. Kalau dia membiarkan Bi Asih membantu, mertuanya itu pasti akan kembali mencari perkara lain. Darren hanya tidak ingin memperparah keributan, untuk itu dia pun membereskan kekacauan pagi ini sendirian.

**

"Selamat pagi ...."

Darren selalu menyapa karyawan di tempat kerjanya dengan ramah. Dari banyaknya karyawan yang dia sapa, banyak di antaranya yang menatap miris pada pria yang jadi menantu bos, tetapi masih saja harus bekerja dengan pangkat yang rendah. Namun, Darren tidak berkecil hati. Dia tetap ingin dikenal karena pekerjaannya yang bagus, alih-alih dikenal hanya karena menantu 'terpaksa' bosnya sendiri. Seperti hari ini, Darren bertugas untuk mem-back up temannya yang sedang cuti.

“Jadi, tugas tambahan yang dimaksud?"

Sesuai instruksi manager, Darren ditugaskan untuk membersihkan beberapa ruangan, termasuk ruangan Martano, bos sekaligus mertuanya. Seperti biasa, Darren memang selalu jadi orang paling dicari jika salah salah satu rekannya cuti. Namun, ketika dia yang meminta jatah untuk cuti, manager selalu saja punya alasan untuk menolak permohonan cutinya.

Kriet!

Darren membuka pintu ruangan mertuanya, sekaligus pemilik perusahaan besar tersebut. Ini adalah kali keduanya dia masuk ke sini. Yang pertama saat diminta untuk menikahi Renata, dan keduanya adalah hari ini. Darren memperhatikan ruangan dengan aroma buah yang lembut, meja kerja yang sedikit berantakan. Beberapa kertas berserakan di atas sana, bahkan kotak sampah penuh dengan kertas bekas.

Darren dalam hatinya membatin melihat ruangan bos besar yang sekacau ini. Namun, tanpa banyak komentar, dia pun mulai menjalankan tugasnya, dimulai dari merapikan lemari file yang tampak sangat berantakan. Selesai dengan sampah dan lemari yang telah rapi, Darren pun berpindah pada hamparan file yang berserakkan di atasnya.

"Pantas saja tidak ada yang mau menggantikan Radi," ujar Darren menyebut satu temannya yang cuti. Temannya itu pasti kesulitan mengatur kekacauan file-file di ruangan ini.

Dengan hati-hati, sebelum mengelap meja, pria itu lebih dulu merapikan dan mensortir file yang ada di sana. Biarpun seorang petugas kebersihan, Darren paham jika kertas-kertas yang berserakkan di ruangan bos tentu bukan kertas sembarangan. Beberapa bahkan bisa bernilai puluhan milyar.

Tiba-tiba….

Praak!

Beberapa lembar dokumen terjatuh, dengan cepat Darren mengambil dokumen itu. Namun, tanpa sengaja dia membaca beberapa baris kata-kata yang ada di sana. Membuat tubuhnya tampak membeku dan terdiam.

[Daze Company]

Darren membaca nama perusahaan yang telah lama 'hilang' itu.

“Kenapa ada dokumen ini?" Dahinya mengerut dalam, mencoba mencari tau kemungkinan yang membuat papa mertuanya berurusan dengan perusahaan mendiang orang tua Darren. "Apa hubungannya?”

Karena penasaran, Darren akhirnya membaca dokumen itu dengan saksama. Semakin membaca lebih jauh, reaksi tubuhnya justru semakin bergetar dan rahangnya mengeras.

Sesuatu yang tidak beres sudah terjadi antara Martano dan mendiang papanya. Gegas, sebelum ada orang yang melihat Darren membaca file penting itu, dia mengeluarkan ponsel dari saku. Dia akan menyimpan salinan dokumen ini dengan hati-hati, dan berjanji untuk mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan tangan yang masih gemetaran, Darren kembali membersihkan ruangan itu. Dia tetap akan menyelesaikannya, walaupun pikirannya penuh dengan tanda tanya.

"Aku pasti akan menemukan jawabannya!"

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 143

    Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 142

    "Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 141

    "Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 140

    Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 139

    "Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 138

    “Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status