Share

Ch. 8 Menyebalkan!

"Sampai saya dapat pacar betulan."

Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Elsa. Sampai kemudian Ken dapat pacar betulan? Gila! Berapa lama itu nanti? Yang benar saja! Bukankah dia bilang tadi dia trauma pacaran, trauma menjalin hubungan semanjak diselingi? Lantas kapan residen itu bakal dapat pacar kalau dia sendiri bilang sudah trauma? Edan benar!

"Dok, boleh tanya?" Elsa menoleh, menatap Ken yang sudah serius di balik kemudinya itu.

"Tanyalah, mau tanya apa lagi sih?" Ken menoleh, menatap Elsa yang tampak begitu penasaran itu.

"Dokter lagi dekat sama cewek?"

"Oh, itu? Tentulah, saya memang lagi deket sama cewek," jawab Ken yang sontak membuat Elsa lega.

Eh ... Tapi tunggu!

Kalau sekarang posisi Ken sedang dekat dengan cewek, kenapa malah meminta Elsa jadi pacar sewaan Ken? Kenapa tidak membawa cewek itu saja ke ulang tahun anak mantannya itu? Kenapa malah Elsa yang dia bawa?

"Kalau boleh tau siapa, Dok?" tanya Elsa takut-takut.

Ken menoleh, ia menatap Elsa dengan gemas. Membuat Elsa sedikit bingung, apa dia salah bicara? Kenapa tatapan laki-laki itu tampak kesal? Tapi bukankah tadi dia bilang sedang dekat dengan cewek? Apakah salah Elsa jika ingin tahu siapa cewek itu? Masalahnya besok dia yang diaku pacar oleh laki-laki ini, bisa gawat kan kalau nanti cewek itu salah sangka dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan?

"Kamu ini gimana sih, El? Kenapa hal kayak gitu pakai ditanyakan segala sih?" diluar duga, itulah yang keluar dari mulut Ken, membuat Elsa makin garuk-garuk kepala kebingungan.

"Kalau kamu tanya ceweknya siapa, tentu kamu lah! Besok yang mau saya bawa dan saya kenalin sebagai pacar siapa?"

"Saya." jawab Elsa polos sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Lah itu tahu, kenapa pakai tanya sih?" Ken melirik gemas ke arah Elsa.

Elsa sontak menempuk jidatnya dengan gemas. Jadi yang Ken maksud dekat dengan cewek itu dekat dengan dirinya? Astaga, ini orang otaknya kelebihan neurotransmitter dopamin atau bagaimana sih? Elsa menghela nafas panjang, mencoba menetralkan dadanya yang sesak akibat sosok satu itu.

"Kenapa?" tanya Ken yang heran melihat Elsa berkali-kali menghirup udara dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan, "Latihan melahirkan? Masih lama kamu lahirannya, hamil aja belum."

Elsa memilih diam, ia menyandarkan tubuhnya ke jok dan memejamkan matanya erat-erat. Sementara Ken hanya mengulum senyum melihat apa yang sedang Elsa lakukan itu. Sungguh Ken sendiri sedang menahan segala gejolak dan perasaan aneh yang menyergap Ken semenjak ia melihat bertapa cantik Elsa dengan dress-dress yang tadi ia pilihkan itu.

Bukan hanya cantik, kulit Elsa benar-benar mulus dan seputih porselen. Belum lagi dadanya, pantatnya ... Ah! Stop! Tidak boleh! Ken tidak boleh berpikiran terlalu jauh! Tidak!

Ia hanya butuh Elsa untuk dia jadikan asistennya saja, dan jangan lupa untuk ia bawa-bawa kemudian dia kenalkan sebagai pacar. Ia bosan dan tidak mau lagi dikira belum move on hanya karena sampai sekarang ia belum punya pacar. Untuk menjalin hubungan serius pun Ken belum berani! Ia masih begitu takut, jadilah ia kemudian punya pemikiran untuk meminta Elsa jadi pacar bohongannya sementara waktu.

Dan soal pemikiran-pemikiran kotor barusan ... Tidak! Tidak boleh! Ken tidak boleh punya pikiran demikian! Elsa cuma akan dia jadikan asisten, bukan partner tempat tidur!

'Tahan Ken, tahan! Tahan birahi mu, tahan!'

***

"Kok baru pulang?" tanya Retno menatap Elsa yang tampak kusut masai itu.

"Baru hari pertama koas ma, sudah terjun masuk OK, mana pasien nggak berhenti-henti lagi, jadilah baru pulang sekarang," jawab Elsa berbohong. Bisa gila mamanya nanti kalau status anak gadisnya ini sudah berubah menjadi pacar sewaan residen tempat dia menjalani koas.

"Lah ... Dulu yang pengen jadi dokter siapa?" tanya Retno sambil mengulum senyum.

"Elsa." Sekali lagi Elsa dengan polos menjawab sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Nah, berarti nggak boleh ngeluh. Jalani dan nikmati, itu sudah jadi pilihan hidup kamu!"

Elsa menghela nafas panjang, ia hanya mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kamar. Meninggalkan sang mama yang berdiri tegak di ruang tamu.

"Cepat mandi, terus makan!" teriak Retno sebelum anak gadisnya itu menghilang dari pandangannya.

"Kenyah ah, lihat air-air bayi yang menjulur panjang tadi jadi auto kenyang!" teriak Elsa kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Retno hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Menjadi dokter memang sudah menjadi cita-cita Elsa sejak kecil, meskipun orangtuanya hanya staf pabrik dan buruh pabrik sebuah perusahaan tekstil, tapi Elsa berhasil membuktikan bahwa ia mampu masuk menembus fakultas yang terkenal super mahal itu.

Elsa lulus jalur SNMPTN, lolos bidik misi sehingga ia bisa berkuliah di fakultas kedokteran universitas negeri di kota Solo itu dengan gratis-tis! Belum lagi perbulan Elsa masih mendapat biaya bantuan dari pemerintah, sungguh anak yang membanggakan bukan?

Retno meskipun bukan anak kuliahan, namun ia sudah tahu betapa berat kuliah kedokteran itu. Elsa sendiri selepas kuliah selalu bercerita perihal kegiatan dan kesibukannya di kampus. Bagaimana sistem belajar dan ujiannya, praktek laboratorium anak-anak FK dan lain sebagainya.

Sebab itulah Retno bisa memahami, bahwa anak sulungnya itu tidak hanya lelah fisik tapi juga lelah pikiran dan mental. Dan Retno bangga, Elsa sudah bisa sampai tahap ini. Tahap kepaniteraan klinik. Dimana setelah ini ia bisa disumpah dan dilantik menjadi dokter.

"Semoga kamu selalu kuat, Nak! Kamu hebat!"

Elsa merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia lelah, tapi lelah memikirkan masalahnya dengan si Ken itu! Baru satu hari saja residen itu sudah sukses membuat Elsa pusing tujuh keliling. Apalagi nanti sepuluh Minggu Stase di bagian kandungan?

Tapi bukankah tadi Ken bilang selama Elsa mengikuti semua yang Ken mau, tentu ia akan aman? Stase-nya akan lancar? Begitu kan janji Ken tadi? Terlebih bapak orang satu itu orang berpengaruh di rumah sakit, wakil direktur utama rumah sakit! Gila bener!

"Astaga, kenapa sial banget sih aku hari ini? Kejebak jadi asisten, eh merembet jadi pacar sewaan, habis ini apa lagi?" desis Elsa dengan suara lirih.

William Kendra Wijaya. Usianya sudah tiga puluh tahun. Dia residen obsgyn tahun ke dua. Menyebalkan, rese, sombong dan sok kecakepan, ya meskipun Elsa akui Ken itu juga cakep, cuma sikap menyebalkan sosok itu bikin ilfeel!

Dibalik itu dia ternyata punya kisah kelam yang sama dengan Elsa, diselingkuhi sampai hamil! Ganteng dan tajir ternyata tidak membuat wanita yang dulu menjadi pacar Ken itu betah dan setia ya?

Elsa sontak teringat sesuatu, ia bangkit dan duduk di tepi ranjang, pikirannya melayang membayangkan bagaimana sih wajah sepupu dan mantan pacar Ken itu? Apa sepupunya lebih ganteng dari Ken? Lebih kaya? Dan wanita itu apa ....

"Ah ... Bukankah besok aku akan ketemu sama mereka? Kan acara ulangtahun anak mereka yang mau aku datangi?" sekali lagi Elsa berbicara pada dirinya sendiri. Ia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Baru saja Elsa hendak memenjamkan matanya, tiba-tiba iPhone warisan dari sepupunya yang bekerja sebagai pramugari sebuah maskapai penerbangan di Dubai itu berdering, membuat Elsa sontak memaki karena kesal.

Elsa meraih totebag miliknya, mengambil benda itu dan langsung misuh-misuh begitu tahu yang meneleponnya itu adalah Ken.

"Astaga, ada apaan lagi sih, Dok?" semprot Elsa kesal, kenapa sih hari ini sosok itu selalu menganggu dirinya? Seolah tidak membiarkan Elsa tenang bareng sebentar saja.

"Cuma mau tanya, kamu bisa makeup nggak?" tanya suara itu enteng.

"Kalau cuma pakai bedak bayi sama Lipgloss saya bisa, Dok!" Jawab Elsa kesal.

"Elah, kamu nggak pernah dengar penuturan sejawat di bagian kulit-kelamin? Bedak bayi itu nggak baik buat kulit wajah, bisa menyumbat pori! Lagian bayi aja sekarang sama pediatric-nya dilarang pakai bedak kok malah bedaknya kamu pakai, buat wajah lagi!" cerocos Ken banyak lebar yang langsung membuat Elsa memijit keningnya dengan emosi.

"Intinya nggak bisa, titik!" Elsa benar-benar kesal, kenapa sih sosok itu sangat menyebalkan?

"Oke kalau begitu."

Tut!

Sambungan terputus, Elsa melongo sambil menatap layar iPhone-nya. Cuma begitu saja? Langsung asal mau tutup setelah menganggu orang yang mau tidur? Sialan! Bener-bener dokter sialan!

Elsa hendak membanting iPhone-nya, namun mengingat benda mahal ini adalah hibah dari sang sepupu, maka Elsa mengurungkan niatnya untuk membanting ponsel itu. Selain untuk menghargai orang yang memberinya benda itu, juga karena belum tentu nantinya Elsa bisa membeli lagi ponsel seharga belasan juta itu bukan?

Elsa akhirnya hanya menghirup udara banyak-banyak melepaskan perlahan-lahan guna mengurangi sesak di dadanya.

"Sabar Elsa ... Sabar ...."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nury
...............,sabar Elsa.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status