Share

Ch. 7 Sampai Kapan?

Elsa tertegun ketika Ken Jongkok di hadapannya sambil menyodorkan sepatu high heels lima belas centimeter itu. Ia masih memakai gaun warna peach model strapless dengan bawah mekar yang Ken sendiri juga yang memilih.

"Sa, mana kakimu, ini dicoba dulu!" Ken langsung mencubit betis Elsa dengan gemas, membuat Elsa tergagap dan tersentak dari lamunannya.

"Nggak usah pakai cubit kenapa sih, Dok? Main tangan aja dari tadi, heran saya!" gerutu Elsa yang langsung mengusap-usap betisnya yang memerah akibat cubitan Ken itu.

"Kamu sih, melamun apa memang? Sini kaki kamu, cobain dulu sepatunya!" Ken menarik kaki kiri Elsa, memasangkan sepatu itu di kaki Elsa, membuat Elsa tertegun. Residen soplak itu jongkok di hadapannya dan memakaikan sepatu itu di kaki Elsa? Bukan main!

"Kan saya bis-"

"Kamu kelamaan tahu nggak!" potong Ken cepat, membuat Elsa langsung manyun.

Tanpa banyak berkata-kata lagi, Ken memasangkan sepatu satunya di kaki Elsa, lalu bangkit dan menarik dua tangan Elsa supaya berdiri.

"Nah coba jalan!" perintah Ken sambil menatap lekat-lekat Elsa yang masih memakai dress ke tiga yang ia coba tadi. Ken rasa ini yang terbaik, tubuh indah Elsa tidak harus terekspos dan dilihat banyak orang bukan? Cukup dia tadi yang melihat betapa indah tubuh dan kulit Elsa ketika mencoba dua dress sebelumnya.

"Dok, ini serius tinggi banget! Katanya tiap inci heels yang dipakai itu akan membuat tek-"

"Ah kan cuma dipakai sebentar," potong Ken sambil menatap sepatu hitam mengkilap yang begitu serasi dan indah membungkus kaki Elsa.

Elsa menghela nafas panjang, kalau saja bapak residen itu bukan wakil direktur rumah sakit, rasanya Elsa ingin melepas sepatu itu dan meleparkan sepatu itu ke wajah Ken. Namun sayang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menurut dan mengikuti apa yang Ken mau.

Elsa mencoba berjalan perlahan-lahan dengan sepatu itu. Cukup nyaman sih, bagaimana tidak kalau harganya saja delapan ratus ribu rupiah! Dia melangkah dan berbalik hendak kembali ke tempat dimana Ken berdiri ketika kemudian ia kehilangan keseimbangannya.

Ken dengan segera menarik tubuh Elsa sebelum dia jatuh mencium lantai, mata mereka bertemu sesaat, membuat ada gelayar lain yang begitu menganggu Ken. Elsa tertegun, wajahnya memerah membuat Ken makin tidak karu-karuan dan buru-buru melepaskan Elsa perlahan-lahan setelah gadis itu memperoleh keseimbangannya kembali.

"Kamu nggak apa-apa? Kaki mu sakit?" tanya Ken begitu lembut, yang sontak membuat Elsa tertegun setengah mati. 

"Ng-nggak apa-apa, Dok. Saya baik-baik saja," Elsa sendiri sedang berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup tidak karu-karuan itu.

Ken mengangguk, ia mendudukkan Elsa di kursi, kemudian melepaskan sepatu itu dari kaki Elsa, sebuah tindakan yang membuat Elsa kembali tertegun dan terkesiap dengan sikap dan apa yang dilakukan residen obsgyn itu.

"Nyaman dipakai kan sepatunya?" Ken menatap manik mata Elsa, mata mereka saling pandang, membuat mereka tertegun sejenak.

"Nyaman kok, cuma belum terbiasa dengan tinggi haknya, Dok," jawab Elsa jujur, jangankan lima belas centi, dia sepuluh centi aja jarang pakai! Sepatu ternyaman bagi Elsa adalah flatshoes 

"Nanti dilatih di rumah, besok cuma duduk aja sama makan, paling jalan ya jalan biasa masuk ke ballroom hotel aja," guman Ken lalu duduk di sisi Elsa, memasukkan sepatu itu ke dalam dus-nya.

"Acaranya di hotel, Dok?" tanya Elsa tidak percaya. Gila acara ulangtahun bocah aja di hotel? Gimana besok dia nikahnya?

"Iya lah, memang mau di mana lagi? Kalau nggak di hotel ngapain kamu harus susah-susah pakai gaun kayak gini?" tanya Ken sambil tersenyum, "Ganti baju, bawa sini gaunnya biar saya yang bayar!"

Elsa mengangguk, tanpa berkata-kata lagi ia bergegas masuk dan melepas gaun itu, menggantinya dengan celana bahan dan kemeja yang tadi ia gunakan. Setelah semua selesai, Elsa bergegas keluar, menyerahkan gaun itu kepada Ken yang tampak juga membawa dua gaun sebelumnya.

"Ini gaunnya, Dok!" guman Elsa yang sibuk menatap gaun-gaun yang ada di tangan Ken.

"Oke, sebentar saya bayar dulu!" Ken segera melangkah ke kasir, ketika kemudian Elsa menarik tangannya.

"Dok, itu mau dibayar semua?" tanya Elsa tidak percaya.

"Iya lah, orang tadi saya bilang kan mau saya bayar!" guman Ken santai.

"Lah, yang dua itu besok juga saya pakai?" gila masa acara ulang tahun bocil aja pakai ganti kostum segala sih? Konsepnya kayak gimana memangnya? Elsa tidak habis pikir.

"Cuma yang terakhir," jawab Ken lantas menyodorkan debit card miliknya ke petugas kasir.

"Lha terus yang dua dibayar buat apa?" tanya Elsa histeris, ia benar-benar tidak mengerti kenapa Ken harus membayar semua itu, mana harganya per gaun lebih dari lima ratus ribu rupiah! Elsa ingat betul, gaun merah absurb itu harganya satu juta dua ratus ribu, yang terkahir, yang hendak besok ia pakai di acara ulang tahun bocil sultan, harganya satu juta sembilan ratus, dan Ken mau membayar semua itu? Gila bener!

"Sewaktu-waktu kalau kamu harus nemenin saya acara lagi, jadi kan kita punya gaun yang lain."

Elsa melongo, jadi dia masih harus menemani sosok itu pergi ke acara lagi? Gila! Dia harus berapa lama jadi pacar sewaan residen soplak itu? Gaun-gaun itu sudah dibayar dan dimasukkan ke dalam paperbag, begitu juga dengan sepatu high heels itu. Elsa masih tertegun di tempatnya berdiri, hingga kemudian Ken menyodorkan paperbag itu kepada Elsa.

"Nih bawa!" Ken menyodorkan paperbag itu pada Elsa.

Elsa merima paperbag itu, tanpa berkata apapun. Ia menunggu Ken yang masih menyelesaikan pembayaran gaun-gaun dan sepatu itu. Pikirannya masih kemana-mana, apa yang sebenarnya Ken rencanakan?

"PIN-nya Bapak," guman sang kasir pada Ken.

Ken mengangguk, ia menekan tombol mesin EDC yang kasir itu sodorkan, lantas menunggu proses pembayaran selesai. Sementara Elsa masih membeku di tempatnya berdiri, pikirannya masih kacau, memikirkan perihal hukuman dan keharusan yang Elsa lakukan untuk residensi itu. Acara yang lain? Acara apalagi? Hanya itu yang ada di dalam pikiran Elsa.

"Terima kasih banyak, ditunggu kedatangannya kembali!" Guman kasir itu ramah sambil menyerahkan struk dan kartu debit milik Ken.

Ken hanya tersenyum dan mengangguk lalu meraih tangan Elsa dan menarik gadis itu keluar dari butik tersebut.

"Dok, boleh tanya?" Elsa akhirnya bersuara, setelah ia bosan hanya diam dan bergelut dengan segala macam pikirannya sendiri.

"Apa?" Ken belum mau melepas genggaman tangannya, ia melangkah bersisihan dengan Elsa menuju dimana mobilnya terparkir.

"Sampai kapan saya harus jadi pacar sewaan Dokter?" tanya Elsa yang masih bingung dan tidak mengerti itu.

"Sampai saya dapat pacar betulan."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nury
Dokter gesrek ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status