ホーム / Romansa / The Blue Blood / Ch. 7 Sampai Kapan?

共有

Ch. 7 Sampai Kapan?

last update 最終更新日: 2021-05-18 13:51:58

Elsa tertegun ketika Ken Jongkok di hadapannya sambil menyodorkan sepatu high heels lima belas centimeter itu. Ia masih memakai gaun warna peach model strapless dengan bawah mekar yang Ken sendiri juga yang memilih.

"Sa, mana kakimu, ini dicoba dulu!" Ken langsung mencubit betis Elsa dengan gemas, membuat Elsa tergagap dan tersentak dari lamunannya.

"Nggak usah pakai cubit kenapa sih, Dok? Main tangan aja dari tadi, heran saya!" gerutu Elsa yang langsung mengusap-usap betisnya yang memerah akibat cubitan Ken itu.

"Kamu sih, melamun apa memang? Sini kaki kamu, cobain dulu sepatunya!" Ken menarik kaki kiri Elsa, memasangkan sepatu itu di kaki Elsa, membuat Elsa tertegun. Residen soplak itu jongkok di hadapannya dan memakaikan sepatu itu di kaki Elsa? Bukan main!

"Kan saya bis-"

"Kamu kelamaan tahu nggak!" potong Ken cepat, membuat Elsa langsung manyun.

Tanpa banyak berkata-kata lagi, Ken memasangkan sepatu satunya di kaki Elsa, lalu bangkit dan menarik dua tangan Elsa supaya berdiri.

"Nah coba jalan!" perintah Ken sambil menatap lekat-lekat Elsa yang masih memakai dress ke tiga yang ia coba tadi. Ken rasa ini yang terbaik, tubuh indah Elsa tidak harus terekspos dan dilihat banyak orang bukan? Cukup dia tadi yang melihat betapa indah tubuh dan kulit Elsa ketika mencoba dua dress sebelumnya.

"Dok, ini serius tinggi banget! Katanya tiap inci heels yang dipakai itu akan membuat tek-"

"Ah kan cuma dipakai sebentar," potong Ken sambil menatap sepatu hitam mengkilap yang begitu serasi dan indah membungkus kaki Elsa.

Elsa menghela nafas panjang, kalau saja bapak residen itu bukan wakil direktur rumah sakit, rasanya Elsa ingin melepas sepatu itu dan meleparkan sepatu itu ke wajah Ken. Namun sayang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menurut dan mengikuti apa yang Ken mau.

Elsa mencoba berjalan perlahan-lahan dengan sepatu itu. Cukup nyaman sih, bagaimana tidak kalau harganya saja delapan ratus ribu rupiah! Dia melangkah dan berbalik hendak kembali ke tempat dimana Ken berdiri ketika kemudian ia kehilangan keseimbangannya.

Ken dengan segera menarik tubuh Elsa sebelum dia jatuh mencium lantai, mata mereka bertemu sesaat, membuat ada gelayar lain yang begitu menganggu Ken. Elsa tertegun, wajahnya memerah membuat Ken makin tidak karu-karuan dan buru-buru melepaskan Elsa perlahan-lahan setelah gadis itu memperoleh keseimbangannya kembali.

"Kamu nggak apa-apa? Kaki mu sakit?" tanya Ken begitu lembut, yang sontak membuat Elsa tertegun setengah mati. 

"Ng-nggak apa-apa, Dok. Saya baik-baik saja," Elsa sendiri sedang berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup tidak karu-karuan itu.

Ken mengangguk, ia mendudukkan Elsa di kursi, kemudian melepaskan sepatu itu dari kaki Elsa, sebuah tindakan yang membuat Elsa kembali tertegun dan terkesiap dengan sikap dan apa yang dilakukan residen obsgyn itu.

"Nyaman dipakai kan sepatunya?" Ken menatap manik mata Elsa, mata mereka saling pandang, membuat mereka tertegun sejenak.

"Nyaman kok, cuma belum terbiasa dengan tinggi haknya, Dok," jawab Elsa jujur, jangankan lima belas centi, dia sepuluh centi aja jarang pakai! Sepatu ternyaman bagi Elsa adalah flatshoes 

"Nanti dilatih di rumah, besok cuma duduk aja sama makan, paling jalan ya jalan biasa masuk ke ballroom hotel aja," guman Ken lalu duduk di sisi Elsa, memasukkan sepatu itu ke dalam dus-nya.

"Acaranya di hotel, Dok?" tanya Elsa tidak percaya. Gila acara ulangtahun bocah aja di hotel? Gimana besok dia nikahnya?

"Iya lah, memang mau di mana lagi? Kalau nggak di hotel ngapain kamu harus susah-susah pakai gaun kayak gini?" tanya Ken sambil tersenyum, "Ganti baju, bawa sini gaunnya biar saya yang bayar!"

Elsa mengangguk, tanpa berkata-kata lagi ia bergegas masuk dan melepas gaun itu, menggantinya dengan celana bahan dan kemeja yang tadi ia gunakan. Setelah semua selesai, Elsa bergegas keluar, menyerahkan gaun itu kepada Ken yang tampak juga membawa dua gaun sebelumnya.

"Ini gaunnya, Dok!" guman Elsa yang sibuk menatap gaun-gaun yang ada di tangan Ken.

"Oke, sebentar saya bayar dulu!" Ken segera melangkah ke kasir, ketika kemudian Elsa menarik tangannya.

"Dok, itu mau dibayar semua?" tanya Elsa tidak percaya.

"Iya lah, orang tadi saya bilang kan mau saya bayar!" guman Ken santai.

"Lah, yang dua itu besok juga saya pakai?" gila masa acara ulang tahun bocil aja pakai ganti kostum segala sih? Konsepnya kayak gimana memangnya? Elsa tidak habis pikir.

"Cuma yang terakhir," jawab Ken lantas menyodorkan debit card miliknya ke petugas kasir.

"Lha terus yang dua dibayar buat apa?" tanya Elsa histeris, ia benar-benar tidak mengerti kenapa Ken harus membayar semua itu, mana harganya per gaun lebih dari lima ratus ribu rupiah! Elsa ingat betul, gaun merah absurb itu harganya satu juta dua ratus ribu, yang terkahir, yang hendak besok ia pakai di acara ulang tahun bocil sultan, harganya satu juta sembilan ratus, dan Ken mau membayar semua itu? Gila bener!

"Sewaktu-waktu kalau kamu harus nemenin saya acara lagi, jadi kan kita punya gaun yang lain."

Elsa melongo, jadi dia masih harus menemani sosok itu pergi ke acara lagi? Gila! Dia harus berapa lama jadi pacar sewaan residen soplak itu? Gaun-gaun itu sudah dibayar dan dimasukkan ke dalam paperbag, begitu juga dengan sepatu high heels itu. Elsa masih tertegun di tempatnya berdiri, hingga kemudian Ken menyodorkan paperbag itu kepada Elsa.

"Nih bawa!" Ken menyodorkan paperbag itu pada Elsa.

Elsa merima paperbag itu, tanpa berkata apapun. Ia menunggu Ken yang masih menyelesaikan pembayaran gaun-gaun dan sepatu itu. Pikirannya masih kemana-mana, apa yang sebenarnya Ken rencanakan?

"PIN-nya Bapak," guman sang kasir pada Ken.

Ken mengangguk, ia menekan tombol mesin EDC yang kasir itu sodorkan, lantas menunggu proses pembayaran selesai. Sementara Elsa masih membeku di tempatnya berdiri, pikirannya masih kacau, memikirkan perihal hukuman dan keharusan yang Elsa lakukan untuk residensi itu. Acara yang lain? Acara apalagi? Hanya itu yang ada di dalam pikiran Elsa.

"Terima kasih banyak, ditunggu kedatangannya kembali!" Guman kasir itu ramah sambil menyerahkan struk dan kartu debit milik Ken.

Ken hanya tersenyum dan mengangguk lalu meraih tangan Elsa dan menarik gadis itu keluar dari butik tersebut.

"Dok, boleh tanya?" Elsa akhirnya bersuara, setelah ia bosan hanya diam dan bergelut dengan segala macam pikirannya sendiri.

"Apa?" Ken belum mau melepas genggaman tangannya, ia melangkah bersisihan dengan Elsa menuju dimana mobilnya terparkir.

"Sampai kapan saya harus jadi pacar sewaan Dokter?" tanya Elsa yang masih bingung dan tidak mengerti itu.

"Sampai saya dapat pacar betulan."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Nury
Dokter gesrek ......
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • The Blue Blood   Ch. 93 End? Masih Pantaskah?

    Ken menatap nanar pemandangan yang ada di depannya itu. Ini hari terakhir dia berada di ruangan ini. Setelah deretan pemeriksaan psikologis yang harus dia lalui, akhirnya ia lulus juga keluar dari klinik ini.Gilbert menepati janjinya. Membantu Ken sembuh sebagai permohonan maaf atas apa yang dulu dia dan Jessica lakukan. Sebuah tindakan yang lantas membuat Ken harus bertubi-tubi mengalami hal-hal tidak mengenakkan yang membuat Ken hampir kehilangan kewarasannya.Ken menghela nafas panjang, bunyi ponsel beruntun itu membuat dia sontak menoleh dan meraih benda itu. Senyum Ken merekah begitu tahu siapa yang mengirimkan dia pesan.Mama BellaItu nama yang Ken berikan untuk nomor itu. Nomor yang tak lain dan tak bukan adalah nomor milik Elsa.Tidak salah kan, Ken memberinya nama itu? Elsa memang ibu dari anaknya, anak yang harus lahir karena kegilaan Ken di masa lalu.Ken segera membuka kunci layar ponselnya, senyumnya ma

  • The Blue Blood   Ch. 92 End?

    Elsa yang tengah menulis status pasien itu melonjak kaget mendengar dering ponselnya. Elsa menatap pasiennya, yang mana langsung dibalas anggukan kepala sang pasien yang paham bahwa dokter yang tengah mengunjunginya ini harus menerima telepon.Elsa tersenyum, segera merogoh ponselnya dan sedikit bingung dengan nomor asing yang menghubunginya ini. Nomor siapa? Mantan pasien? Salah seorang anak koas? Atau siapa?"Mohon maaf saya izin sebentar, Ibu."Kembali pasien itu mengangguk, "Silahkan, Dokter."Elsa sontak melangkah keluar, tidak sopan dan tidak nyaman rasanya mengangkat panggilan di ruangan itu. Ada dua orang pasien yang harus beristirahat di sana, tentu obrolannya akan menganggu, bukan?"Halo?" sapa Elsa begitu ia sudah berada di luar kamar inap pasien."Sa, maaf kalau aku menganggu mu. Hanya memastikan bahwa nomor kamu aktif, sudah aku simpan."Suara itu... ini suara Ken! Jadi ini nomor Ken? Elsa mendadak

  • The Blue Blood   Ch. 91 Much Better

    "Kamu serius, Ken?" Darmawan duduk di depan Ken, menatap putranya itu dengan penuh air mata.Ken tersenyum, menghela nafas panjang lantas mengangguk guna menekankan bahwa apa yang tadi mereka bicarakan adalah serius, Ken tidak main-main."Ken sangat serius, Pa. Dia pantas dan layak dapat yang lebih baik. Dia berhak bahagia, Pa."Darmawan tersenyum getir, "Lantas bagaimana denganmu, Ken?""Papa jangan khawatirkan Ken, Pa. Ken baik-baik saja. Tolong kali ini hargai keputusan Ken, Pa. Biarkan Ken memilih sendiri jalan hidup yang hendak Ken ambil."Darmawan menepuk pundak Ken, tentu! Darmawan tidak ingin Ken kembali terperosok begitu jauh karena ulahnya. Dapat dia lihat bahwa Ken begitu menderita selama ini dan semua ini gara-gara Darmawan yang tidak mau mendengarkan apa yang putranya ini inginkan.Ken tidak hanya kehilangan gadis yang dia cintai, tetapi juga anak mereka. Sejenak Darmawan bersyukur jiwa Ken masih bisa diselamat

  • The Blue Blood   Ch. 90 Lepas

    Tania tersenyum, sekali lagi –entah sudah yang keberapa kali, ia menyeka air matanya dengan jemari. Sosok itu masih menggenggam erat tangannya, dan dia juga tidak berniat menyingkirkan atau melepaskan tangan itu. Ia ingin menikmati momen ini, yang mana mungkin akan menjadi momen terakhir mereka begitu dekat macam ini.“Aku benar-benar minta maaf, Tan. Maaf aku hanya hadir untuk menyakitmu. Aku lakukan ini agar aku tidak lagi menyakitimu.” Desis Ken lirih, mungkin ini kejam, tapi Ken takut dengan tetap bersatunya mereka malah hanya akan menyakiti Tania makin dalam.“It`s okay, Ken. Aku mengerti.” Tania menghirup udara banyak-banyak, sungguh dadanya sangat sesak sekali.“Biar nanti aku yang ketemu papa, biar aku yang bilang semua sama papa. Aku siap dengan segala resikonya, Tan.”“Untuk itu, tunda lah dulu, Ken. Fokus pada kondisimu, setelah semuanya beres, baru kita bicarakan perihal ini kedepan mau bagaimana

  • The Blue Blood   Ch. 89 Bahagia?

    Sungguh, setelah kedatangan dua orang tadi, hati Ken menjadi lebih tenang. Pikirannya lebih jernih. Seolah-olah semua beban yang dia pikul selama ini melebur sudah. Dan jangan lupakan obat-obatan yang diresepkan Gilbert untuknya, konseling yang selalu Gilbert lakukan untuk perlahan-lahan menyembuhkan dirinya, semua bekerja sangat baik. Ternyata benar, ikhlas adalah kunci dari semua masalah Ken. Ken hendak memejamkan matanya ketika pintu kamarnya terbuka. Ia mengerutkan kening seraya melirik jam dinding yang tergantung di tembok. Pukul delapan malam, siapa lagi yang hendak mengunjungi dirinya? Sosok itu muncul dari balik pintu, tersenyum dengan wajah yang nampak lelah. Dia lantas melangkah mendekati ranjang Ken, duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Ken dan meletakkan bungkusan yang dia bawa di nakas meja. “Maaf, aku baru bisa mengunjungimu.” Gumamnya lirih. “Nothing, Tan. Aku tahu kamu sibuk, aku tidak mempermasalahkannya.” Tania

  • The Blue Blood   Ch. 88 Bicara Apa?

    “Kalian bicara apa, tadi?” tanya Elsa ketika dia sudah berada di dalam mobil bersama sang suami.Yosua tersenyum, membawa mobil itu bergegas pergi dari halaman klinik milik psikiater itu. Tampak isterinya itu begitu penasaran, membuat Yosua sengaja tidak menjawab apa yang sang isteri tanyakan kepadanya.“Kamu ingin tahu saja atau ingin tahu banget?” goda Yosua yang langsung mendapat gebukan gemas dari sang isteri.“Serius, Bang! Kalian nggak baku hantam lagi, kan?”Hanya itu yang Elsa khawatirkan. Mereka macam kucing dan tikus, setiap bertemu pasti baku hantam. Terlebih dengan kondisi Ken yang seperti itu, dia sangat tidak stabil emosinya, membuat Elsa khawatir laki-laki itu kembali nekat dan perkelahian itu kembali terjadi.“Apakah aku nampak seperti orang yang habis terlibat baku hantam?”Elsa kembali menatap wajah itu, memang tidak nampak, tapi tidak ada salahnya kan kalau Elsa menanyakan ha

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status