Home / Romansa / The CEO'S Forbidden Bride / 29. Malam Pengantin

Share

29. Malam Pengantin

Author: DF Handayani
last update Huling Na-update: 2025-06-30 09:00:32

Setelah pesta dansa usai, para tamu mulai berpamitan. Beberapa dari mereka menaiki helikopter pribadi yang telah disiapkan di helipad tersembunyi di balik bukit. Termasuk Summer yang meninggalkan mansion bersama Nick.

"Sampai bertemu lagi, Kak!" Summer berpamitan dan memeluk Sunrise seakan tak ingin berpisah.

"Jaga rahasia ini baik-baik." pesan Sunrise sungguh-sungguh Summer mengangguk patuh.

Nick memberikan kode agar Summer segera naik helikopter yang siap lepas landas. Mereka berpisah dengan berat hati.

Magnus menjadi salah satu yang terakhir meninggalkan tempat itu, tapi sebelum pergi, ia sempat menatap sekali lagi ke arah balkon utama mansion, di mana dua sosok pengantin masih berdiri, membisu dalam diam mereka sendiri.

“Permainan baru saja dimulai,” gumam Magnus pada dirinya sendiri sebelum masuk ke helikopternya.

Sunrise dan Khairen berdiri berdampingan di balkon lantai dua, menghadap danau yang tenang. Gemerlap lampu dari pesta perlahan mulai redup, me
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • The CEO'S Forbidden Bride    55. Ancaman Kedua

    Kediaman Utama Crown's. Magnus berdiri di sisi jendela ruang kerjanya. Ia menatap danau yang berada di samping ruangannya. Airnya tenang, gelap, seperti cermin jiwanya, datar, tapi penuh bahaya yang tersembunyi di kedalaman.Ada kelam di balik sorot matanya, karena ketegangan yang telah menumpuk sejak rencananya untuk menjatuhkan benteng emosi Khairen gagal total.Ia telah menyusun skenario begitu teliti, begitu lihai. Sunrise seharusnya menjadi celah. Tapi kini, celah itu justru mulai tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.Pintu berderit pelan. Langkah sepatu bergema mantap. Magnus tidak menoleh. Ia tahu siapa yang datang."Liem," gumamnya pendek.“Tuan,” Liem memberi salam singkat, lalu berdiri tegak seperti biasa. Hanya malam ini, bahunya terlihat lebih tegang. Napasnya lebih berat.“Ada kabar?” tanya Magnus tanpa menoleh, masih memandangi pantulan gelap dirinya sendiri di jendela."Ya, Tuan. Saya mendapat kabar kemarin malam, Tuan Khairen bermalam di apartemen Nona Su

  • The CEO'S Forbidden Bride    54. Salahkah Aku Mencintainya

    Wajah Paula memucat, seketika. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Seolah-olah jantungnya mendadak berhenti berdetak dan digantikan oleh gumpalan ketakutan yang membesar, menggulung dirinya dalam gejolak yang tak bisa ia kendalikan.“Lucas, jangan ulangi kalimat itu. Tarik kembali ucapan itu, Nak.” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Namun tatapan matanya menusuk tajam, penuh kengerian dan penyangkalan.Tapi Lucas tak berpaling. Ia menatap ibunya lurus dengan mantap, meski matanya berkabut, hatinya berdarah, dan nadanya penuh dengan rasa bersalah yang tidak bisa ia hindari.“Aku tahu ini salah di mata Ibu,” suaranya parau, bergetar di antara emosi yang menyesakkan. “Tapi aku lelah terus berpura-pura. Aku lelah menyimpan semuanya sendirian selama bertahun-tahun."Paula terhuyung, punggungnya membentur sandaran kursi. Seolah Lucas telah menamparnya dengan kenyataan paling kejam. Ia memejamkan mata sejenak, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Bahwa Lucas, tidak ben

  • The CEO'S Forbidden Bride    53. Sunrise yang Ingin Kunikahi

    Di sisi lain Swiss, Yayasan Kasih Ibu. Lampu-lampu bilik kamar mulai padam. Lorong-lorong yang biasa terisi suara riuh tawa riang telah sunyi oleh gelapnya malam.Mata dari anak-anak yang memiliki sejuta impian telah terpejam lelap di bawah hangatnya selimut. Napas tenang dan damai mengisi ruang.Langkah pelan menuju taman, dari wanita yang sudah puluhan tahun mengabdikan hidupnya, untuk anak-anak yang tak memiliki orang tua dan tempat tinggal. Ia Paula White, guru seni yang kini menjadi pemilik yayasan. Malaikat pelindung dan penyelamat bagi mereka.Seorang berdiri di ujung taman, menanti dengan senyum hangat. Tatapan penuh cinta dari seorang anak lelaki yang begitu menyayangi ibu dan keluarganya, Lucas Anderson."Kau sudah pulang?" ucap Paula dengan senyumnya yang damai."Ibu..." Lucas merentangkan tangannya untuk menyambut hangat sang ibu.Paula berjalan mendekat dan menerima pelukan sang putra sulung dengan penuh kasih. Lucas mengecup pucuk kepala sang ibu yang rambutnya sudah mul

  • The CEO'S Forbidden Bride    52. Bayar Seumur Hidupmu

    “Nick, berikan kuncinya!” perintah Khairen tegas.Tanpa banyak bicara, Nick mengangguk dan menyerahkan kunci mobil berwarna hitam, lengkap dengan seluruh dokumen kendaraan kepada Sunrise.“Semuanya sudah atas nama Nyonya,” ucapnya sopan.Sunrise menatap buku kecil kepemilikan kendaraan itu. Namanya tertera jelas di halaman pertama. Meski hatinya berat, ia akhirnya menerima pemberian itu dengan sorot mata tak percaya.“Aku akan menerimanya, tapi aku tetap ingin mengangsurnya. Setiap bulan, setelah menerima gaji, aku akan membayar,” ucap Sunrise mantap, menyampaikan syaratnya.Tawa ringan lolos dari bibir Khairen. “Mengangsurnya?” Ia nyaris tak percaya kalimat itu keluar dari mulut Sunrise.Sunrise mengangguk. “Ya. Aku tidak ingin menerimanya secara cuma-cuma. Bagaimanapun, kecelakaan itu bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga kurang fokus saat mengemudi. Jadi, aku akan terima mobil ini, jika kau setuju aku mencicilnya. Jika tidak, maka maaf, aku tak bisa menerimanya.”Ia hendak menyerahkan

  • The CEO'S Forbidden Bride    51. Makan Malam dan Kejutan Kecil

    Di ruangannya, Sunrise membuka laptop dan mulai merapikan berkas presentasi untuk rapat Kepala Divisi pagi ini. Tangannya cekatan menyusun laporan kinerja tim teknologi bulan ini, lengkap dengan grafik progres, kendala teknis, dan rekomendasi pengembangan berikutnya.Tak lupa ia menyelipkan juga berkas-berkas penting yang harus ditandatangani CEO. Semua ia persiapkan dengan teliti.Ia menatap bayangan dirinya di layar laptop yang memantul samar. Wajah itu masih menyimpan rona kemerahan dari kejadian semalam. Tidur bersama CEO-nya, dalam satu ranjang. Dalam pelukan di bawah selimut yang sama.Ia mendesah. “Fokus, Sunrise. Fokus!”Sepuluh menit kemudian, ia sudah duduk di ruang rapat Divisi. Semua Kepala Divisi sudah hadir, menyapanya ramah.“Pagi, Sunrise. Aku datang lebih dulu darimu" canda Kepala Divisi Keuangan yang tak pernah datang tepat waktu.“Pagi,” ia membalas pelan, mencoba tersenyum walau gugupnya tak kunjung reda.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Langkah sepatu hitam yang

  • The CEO'S Forbidden Bride    50. Salah Tingkah

    Pagi masih petang, menyisakan jejak salju tipis di atas jendela apartemen Sunrise. Di dalam kamar yang hangat, detik-detik pagi mengalir pelan di antara napas sepasang suami istri kontrak yang tertidur dalam satu ranjang, dalam satu dekap sunyi yang tak pernah direncanakan.Khairen perlahan membuka mata. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada. Bau lavender yang samar, hembusan napas hangat di dada kirinya. Berat tubuh mungil yang masih bersandar erat padanya."Sunrise." Khairen menunduk sedikit, dan mendapati wajah Sunrise terlelap dengan tenang di pelukannya."Kukira hanya mimpi." lirihnya, rambut pirang gadis itu menjuntai menutupi sebagian pipi, membuat Khairen terdiam sejenak. Dadanya berdesir pelan, ia ingin lebih lama seperti ini.Pelan-pelan, ia menyibakkan rambut Sunrise, menyentuh dahi gadis itu dengan ujung jarinya. Demamnya sudah turun. Ia merasa lega.Sekali lagi ia menatap wajah itu lama, wajah yang keras kepala, berani, dan terlalu sering me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status