Lorong lantai 1101 tiba-tiba padam. Hanya cahaya ponsel yang redup dan langkah kaki panik yang mengisi kehampaan. Sunrise nyaris terhuyung. Nafasnya pendek, keringat dingin mengalir deras di pelipis. Dunia di sekitarnya berputar perlahan, seperti tak nyata. Tapi ia tetap berdiri. Ia harus tetap berdiri. Karena ia Sunrise White, dan Sunrise tidak pernah kalah. Namun tubuhnya berkata lain. Kepalanya berat, seolah beban rahasia yang ia pikul selama ini mendadak menuntut diturunkan. Suaranya tercekat. Di kejauhan, langkah kaki seseorang mendekat cepat. Ia mencoba bersiap, tapi jari-jarinya sudah gemetar tak terkendali. "Aku kalah!" ucapnya penuh sesal dan pasrah. Di saat ia hampir jatuh, tiba-tiba cahaya ponsel menyorot matanya begitu silau, memperlihatkan sosok tinggi dengan jas hitam yang begitu dikenalnya, Sunrise tahu, ini bukan bagian dari simulasi. “Sunrise!” Suara rendah itu mengoyak udara. Dan untuk pertama kalinya, tidak terdengar seperti perintah atau ancaman. Itu
Terakhir Diperbarui : 2025-05-31 Baca selengkapnya