Share

6. Bulan Madu?

Penulis: Alpha Arietis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-15 22:00:33

Davis berdiri di hadapan jendela besar, menatap langit yang masih berwarna kelabu. Di tangannya, cangkir kopi yang masih menguap perlahan-lahan memancarkan aroma yang menggoda. Pria itu baru saja selesai mandi, tubuhnya masih terasa segar dengan kulit yang sedikit mengkilap akibat kelembaban. Jubah mandi putih yang dikenakannya melambai ringan mengikuti setiap gerakannya.

Tatapannya beralih dari jendela ke arah ranjang di belakangnya. Tamara, wanita yang telah mengisi malamnya dengan gairah dan intensitas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, terbaring di sana.

Wajahnya yang damai, dengan helaian rambut yang tersebar acak di atas bantal, memancarkan kelelahan yang tak terbantahkan. Davis terdiam, mengamati setiap detail dari sosok yang terlelap itu. Hati kecilnya berbisik bahwa Tamara benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah singgah di hidupnya.

Ia mengingat kembali kejadian semalam, bagaimana mereka berdua terlibat dalam permainan yang liar dan penuh gairah. Davis, yang selama ini terbiasa mengendalikan segala sesuatunya, merasa tersentuh oleh kemampuan Tamara untuk mengimbanginya. Setiap gerakan, setiap sentuhan, setiap bisikan—semuanya membuatnya semakin tertantang dan semakin tenggelam dalam hasrat yang menggebu-gebu.

Tamara adalah sosok yang mampu mengerti dan merespon dengan cara yang belum pernah ia alami sebelumnya. Ia tahu, dalam hatinya, bahwa keputusannya untuk memilih Tamara bukanlah keputusan yang keliru.

Saat Davis masih tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba ia melihat Tamara bergerak perlahan. Wanita itu mulai membuka matanya dengan ragu, lalu mengerjap beberapa kali seolah mencoba membiasakan diri dengan cahaya pagi yang masuk ke dalam kamar. Tamara meringis kecil saat ia merasakan tubuhnya yang masih terasa lelah dan sedikit nyeri akibat aktivitas semalam.

Dengan susah payah, Tamara beranjak duduk. Ia bersandar pada kepala ranjang, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih belum terkumpul sepenuhnya. "Selamat pagi, bagaimana kondisimu?" sapa Davis, mengusik keheningan pagi itu.

Tamara yang masih belum sepenuhnya sadar, tiba-tiba tersentak mendengar suara itu. Ia menoleh ke arah Davis dengan mata yang sedikit melebar. "Kenapa kau ada di sini?!"

Davis tertawa kecil melihat reaksi dari Tamara barusan. "Kita sudah menikah, ingat?" ucapnya, mencoba mengingatkan wanita itu akan kenyataan.

Tamara terdiam sejenak, pikirannya berusaha mengejar kenyataan yang baru saja disampaikan oleh Davis. Memori-memori dari pernikahan mereka yang baru kemarin terjadi, seketika mulai kembali satu per satu. Wajahnya perlahan berubah merah ketika Tamara ingat apa yang baru saja mereka lakukan semalam.

“Pergilah mandi dan bersiap-siap. Aku akan menunggumu di ruang makan.” Davis beranjak keluar kamar, memberikan waktu dan ruang bagi Tamara untuk menenangkan diri sambil bersiap.

*

Pria itu terlihat nyaman dengan setelan kasualnya, meski masih memancarkan aura dominan yang tak bisa disembunyikan. Hidangan sarapan telah tersaji dengan indah di atas meja, lengkap dengan detail-detail kecil yang jelas menunjukkan bahwa semuanya dipersiapkan dengan begitu sempurna.

Davis yang sejak tadi terlihat sibuk dengan ponselnya, mendongak saat mendengar langkah Tamara. Matanya yang tajam segera beralih padanya, memberikan tatapan intens yang selalu membuat Tamara merasa sedikit canggung. “Duduklah,” ujarnya singkat, suaranya rendah tapi tegas.

Tamara berjalan mendekat, lalu menarik kursi di seberang Davis sebelum duduk dengan hati-hati. Meskipun mereka telah menikah sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati, hubungan mereka masih terasa aneh dan asing bagi Tamara.

“Makanlah,” ucap Davis sambil mulai mengambil roti panggangnya.

Tamara mengangguk pelan, mengambil potongan pancake dan mulai memakannya dalam diam. Setelah beberapa menit yang hening, Davis meneguk kopi hitamnya sebelum akhirnya memulai pembicaraan. “Kita sudah menikah, dan aku ingin mengingatkanmu tentang kontrak kita. Sesuai dengan kontrak, aku akan memberikan apapun yang kau mau. Tapi dengan catatan, kau juga harus memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri, seperti yang sudah tertulis di dalamnya.”

Tamara merespons dengan anggukan kecil. Dia tahu aturan itu dengan baik. Bagaimanapun juga, pernikahan mereka bukanlah pernikahan biasa—itu lebih seperti transaksi bisnis yang disamarkan di balik janji suci.

Davis lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam yang mengkilap dan menyerahkannya kepada Tamara. “Karena sekarang kau sudah menjadi istriku, maka gunakanlah kartu ini sebaik mungkin.”

Tamara terdiam sejenak, memandang kartu itu dengan ragu. Kartu yang terkesan sederhana tapi memiliki arti besar. Dia tahu bahwa dengan menerima kartu itu, dia sepenuhnya akan masuk lebih dalam ke dalam kehidupan Davis. Namun, apa yang dikatakan oleh Davis ada benarnya. Seperti yang tertulis di kontrak, Davis memang memiliki kewajiban untuk memenuhi semua keinginannya. Jadi tidak ada salahnya Tamara menerima kartu itu dan menggunakannya untuk memenuhi semua yang diperlukannya.

“Baiklah, aku akan menerimanya,” jawab Tamara akhirnya.

“Aku juga ingin memberitahumu satu hal lagi,” katanya, matanya berkilat penuh maksud tertentu. “Aku sudah mempersiapkan jet pribadiku untuk rencana perjalanan kita. Besok pagi, kita akan berangkat ke Aqualuna Isles untuk bulan madu di sana. Tidak akan lama, hanya sekitar dua minggu, dan setelah itu, kau bisa mulai bekerja di kantor.”

Tamara terperanjat mendengarnya. Dia tidak menyangka akan mendengar kalimat itu terlontar dari mulutnya. “Bulan madu?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The CEO's Baby Project   75. Kembali

    Bellatrix menghela napas dalam-dalam. Udara malam yang begitu dingin terasa begitu menusuk hingga membuatnya tidak tahan berlama-lama di luar. Wanita paruh baya itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung tempat dimana biasa anak-anak buahnya berkumpul. Tiba di sana, kedatangannya langsung disambut oleh Ollie yang sudah menunggunya sejak tadi.“Selamat malam, nyonya.”“Tidak perlu basa-basi. Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Langsung antarkan saja aku pada mereka!” ucap Bellatrix tanpa menoleh sama sekali. Wanita berpakaian serba hitam itu kini berjalan dengan tergesa-gesa dengan Ollie yang mencoba mengimbangi langkahnya.“Mereka sudah menunggu di ruang biasa, nyonya. Begitu tiba, aku langsung meminta mereka berkumpul di sana sesuai dengan permintaan anda.”“Bagus! Lalu bagaimana dengan tugas lain yang aku berikan padamu?”“Saya sudah berhasil mendapatkan informasi yang anda minta. Hanya saja…, ada beberapa hal, nyonya,” gumam Ollie dengan kepala tertunduk. Bellatrix yang mendeng

  • The CEO's Baby Project   74. Antara Janji Dan Perasaan

    “Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku, sayang?” Bellatrix menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini memasang ekspresi serius seperti ini.“Kau sudah tahu kalau dia kembali, kan?” Hailey melontarkan pertanyaan retoris. Bellatrix sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Akan tetapi, walau terlihat begitu jelas, dia masih tetap berusaha untuk tenang seolah tidak mengerti dengan maksud dari perkataannya.“Apa maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku. Orang yang selama ini menjadi penghalang! Kau sudah tahu dia kembali, kan? Maka dari itu, kau meneleponku kemarin, ya kan?” Hailey menatap wajah Bellatrix intens. Dugaannya tidak akan mungkin salah. Bellatrix pasti sudah bertemu dengan Serena. Itulah kenapa dia meneleponnya kemarin.“I-Itu…, darimana kau tahu? Apakah jangan-jangan kau…”“Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Sekarang aku mengerti alasan kenapa kau menghubungiku kemarin. Itu pasti karena kau suda

  • The CEO's Baby Project   73. Dilema

    Hugh terdiam memandang Serena yang kini duduk di hadapannya sambil melahap makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka. “Bagaimana? Kau menyukainya?” tanya Hugh, sambil menunggu respon darinya.Serena mengunyah makanan di mulutnya sebelum mengutarakan pendapatnya. “Ini enak. Aku menyukainya.” Serena tersenyum simpul.“Sudah aku duga kau pasti akan menyukainya!”“Darimana kau tahu ada restoran seenak ini?”“Aku tidak sengaja menemukannya ketika aku dan Shawn pergi ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Tempat ini sangat ramai, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk berkunjung ke sini. Selain itu, aku juga sempat melihat review di internet tentang restoran ini, dan ternyata memang bagus.”“Oh, begitu… tapi ini sungguh enak!” Serena kembali melahap makanannya. Sekarang ini, Serena dan Hugh sedang berada di restoran. Mereka sedang menikmati waktu makan siang bersama. Saat di rumah, Hugh melihat Serena sangat kelelahan dengan pekerjaannya, dan karena sudah saatnya jam makan siang,

  • The CEO's Baby Project   72. Tidak Akan Menyerah

    “Kalau begitu, saya permisi.” Aiden tersenyum lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Dia berniat untuk menemui putrinya sebelum meninggalkannya, dan membiarkan dia belajar bersama teman-teman barunya.Langkah Aiden mendadak terhenti saat dia melihat Rhys yang berdiri di koridor dengan wajah panik. Pria itu tampak kebingungan mencari sesuatu. Karena tidak melihat Loui bersamanya, Aiden bergegas menghampiri pria itu. “Rhys!”“Aiden, gawat!” Rhys mendekat dengan wajah cemas. “Loui hilang.”“Apa?” Aiden membelalakan mata begitu mendengar penuturannya barusan. “Tadi aku meninggalkan barangku di mobil, dan aku berniat untuk mengambilnya. Tapi Loui tidak mau dan bersikeras ingin menunggu di sini, jadi aku memintanya untuk duduk di sini sebentar sementara aku pergi. Begitu aku kembali, dia sudah tidak ada.”“Astaga, kau seharusnya tidak boleh lengah. Loui itu anak yang tidak bisa diam. Sekarang ayo cari dia sebelum dia melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya!” Aiden dan Rhys lantas

  • The CEO's Baby Project   71. Penolakan

    “Jadi maksudmu adalah wanita jalang itu tidak sendirian?” Bellatrix mengalihkan perhatiannya pada Ollie. Lelaki itu sudah menjelaskan semuanya, dan begitu Bellatrix mengetahui cerita lengkap dari Ollie, dia segera meminta Ollie pulang.“Betul, nyonya. Dan sepertinya dia yang melindunginya selama ini.”Bellatrix termangu sambil mencerna ucapan Ollie barusan. Dia sungguh tidak menyangka kalau Serena akan memiliki seorang pelindung seperti yang diceritakan Ollie. Siapa pria yang dia maksud sebenarnya? Tidak mungkin itu Rhys, kan?“Aku ingin kau terus memantau Serena! Ikuti dia secara diam-diam dan terus pantau dia. Selain itu, coba juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lelaki yang kau maksud. Cari tahu siapa namanya, bagaimana latar belakangnya, dan berikan aku seluruh detail informasi tentangnya. Pokoknya aku harus tahu semua yang tentang lelaki itu, agar aku bisa menilai apakah pria ini bisa menjadi ancaman atau tidak. Jika dia tidak menjadi ancaman, maka kita aka

  • The CEO's Baby Project   70. Pernyataan Cinta

    Ollie melirik jam di ponselnya. Sudah hampir lewat dari jam pulang kantor, dan wanita yang menjadi targetnya sama sekali belum juga terlihat. Matanya yang terus mengawasi semakin sadar bahwa pegawai kantor yang ada semakin berkurang.Ada yang aneh, sepertinya aku harus memastikannya. Ollie melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Begitu tiba di dalam, dia dapat melihat beberapa pegawai yang baru tiba di lobi dan sedang berjalan mengarah ke pintu dimana dia datang.Tepat saat matanya mengedar ke sekeliling, Ollie menangkap pemandangan tidak biasa. Matanya melihat seorang pegawai wanita yang berjalan menuju arah yang berbeda dari pegawai yang lain. Begitu diamati lebih seksama, Ollie baru sadar bahwa wanita yang dilihatnya adalah Serena. Orang yang ditunggunya sejak tadi. Sial! Sepertinya dia sudah sadar bahwa aku mengikutinya sejak tadi. Kalau sampai nyonya Bellatrix tahu, maka ini akan menjadi masalah besar. Aku harus segera mengikutinya!Ollie mempercepat langkah kakin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status