Share

Izmaylov

Letnan Andrea Izmaylov mencapai rumahnya menjelang tengah malam. Adiknya, Svetlana, telah meninggalkan makan malam untuknya. Mereka telah tinggal di New York sejak lahir. Orangtua mereka yang imigran telah berusaha sangat keras untuk bisa keluar dari Soviet dan menjadi warga negara Amerika.

Andrea mendapati adiknya telah tidur. Svetlana telah menumpang di rumahnya selama enam tahun sambil berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Tak disangkanya, Svetlana terbangun. Ia lalu mengambil segelas air dan menemani kakaknya menonton televisi sambil makan malam.

“Sangat mengerikan,” kata Svetlana.

“Bisa dibilang demikian,”

“Memang,”

“Andai kau ada di sana untuk melihat apa yang terjadi,”

“Kuharap tidak perlu. Menyaksikannya dari sini saja sudah cukup membuatku bermimpi buruk.”

Andrea menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa.

“Kau tidak apa-apa?” Svetlana membelai pundak kakaknya.

Andrea menceritakan tentang kejadian pagi ini, tentang kematian-kematian yang jumlahnya paling banyak dari yang pernah dilihatnya. Lalu tentang sejumlah anak yang menjadi yatim. Kemudian tentang perlakuan rekannya terhadap Rais.

“Itu sangat kurang ajar,” timpal Svetlana.

“Memang, aku ingin menonjoknya tepat di hidung.”

“Aku akan membantumu melakukannya,”

Mereka tertawa.

“Aku berpikir untuk berhenti,” lanjut Andrea.

“Maksudmu?”

“Semua kegilaan ini, kematian-kematian, pembunuhan, kadang aku merasa sudah cukup. Semuanya membuatku gila.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan?”

“Entahlah, masih banyak waktu untuk memikirkannya,”

Andrea mematikan televisi dan membereskan makan malamnya. Svetlana mengucapkan selamat malam dan mematikan lampu.

Mereka pergi ke kamar masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status