Mikaila menunggu di depan sebuah taman, bersama Marry. Tadi dia segera berteleportasi ke ruangan Marry dan membawa pelayannya itu segera pergi dari sana. Tak lupa, dia juga mengabari Xavier mengunakan alat sihir yang diciptakan oleh Anhard waktu itu, agar tempat pertemuan mereka pindah.
Cukup lama Mikaila menunggu, tak lama Xavier datang menggunakan kereta kudanya.
Pria tampan itu segera turun dari kereta, rambut peraknya terlihat begitu indah saat terkena sinar matahari Sore. Dengan langkah cepat, dia segera menghampiri Mikaila.
"Maaf sudah membuat anda menunggu, mari kita pergi Lady," ajak Xavier tanpa basa-basi lebih lanjut.
Tatapan mata Xavier tanpa sadar memperhatikan Mikaila dari atas sampai bawah.
Saat ini, Mikaila mengenakan gaun yang cukup terbuka, sehingga dibagian atas dadanya sedikit terlihat. Karena dia buru-buru pergi dari rumah, dan terlanjur emosi, Mikaila tidak memperdulikan gaun yang saat ini ia kenakan. Ya
Mikaila telah selesai membereskan semua barang-barang bersama Marry. Dia sedikit lelah, kemudian dia memutuskan untuk bersandar di sebuah kursi. Tatapan mata Mikaila tanpa sadar menatap sebuah boneka kain yang menggambarkan seorang perempuan berambut merah. Dia tersenyum sinis. Kemudian mengambil boneka itu dengan tatapan penuh kebencian."Ini tidak akan lama, kehancuranmu sudah berada di depan mata. Bersenang-senanglah, sebelum kau jatuh sampai ke dasar jurang," ucapnya sambil meremas boneka tersebut kuat. Seolah boneka yang ada di genggamannya itu adalah orang nyata, lalu kemudian Mikaila membuang boneka itu begitu saja, seolah dia tidak berharga.+++"Yang Mulia, kondisi rakyat saat ini makin terancam. Para pengikut kegelapan semakin lama, semakin meresahkan. Jika kita tidak segera bertindak, kemungkinan besar rakyat akan kehilangan kepercayaan pada pihak kerajaan." Marques Deorwine berkata dengan lantang. Semua orang yang memiliki gelar bangsawan
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, membuat Mikaila yang tengah bersantai sambil membaca buku merasa sedikit terganggu. Saat dia ingin menyuruh Marry untuk membuka pintu, dia baru ingat bahwa Marry sedang ke pasar untuk membeli bahan makanan.Dengan terpaksa, Mikaila turun dari sofa malas, dan pergi membuka pintu.Ketika pintu terbuka betapa terkejutnya dia saat melihat empat pria tampan berdiri tepat di depan rumahnya.Siapa lagi memangnya kalau bukan, Anhard, Xavier, Casis dan Leonard.Anhard datang dengan senyum ramahnya.Xavier dengan wajah datar seperti biasanya.Casis dengan senyum imut, dan menatap Mikaila dengan tatapan menggoda.Dan Leonard datang dengan ekspektasi tenang.Tapi ... tunggu, ada yang aneh. Perasaan tadi, ia hanya menyuruh Anhard dan Leonard, kenapa sekarang tiba-tiba ada Casis di sini? Apa yang dilakukan oleh Putra Mahkota kelainan otak di rumah barunya?
"Jika ratu adalah otak dari semua ini. Berarti cara yang harus kita lakukan pertama-tama adalah mencari tahu kelemahan ratu terlebih dahulu, jika iya kita ingin menggunakan metode membuat menderita secara perlahan." Leonard menyuarakan pendapat, dia menatap ketiga orang lainnya menunggu persetujuan.Mikaila mengangguk. "Ya, benar. Tapi tidak perlu susah-susah mencari tahu apa kelemahan ratu. Karena saya sudah tahu," ujarnya dengan nada yang terdengar misterius."Apa itu Lady? Apakah itu Carlos?" tanya Leonard lagi.Mikaila tersenyum miring, seraya menggelengkan kepalanya. "Tentu saja bukan, Irene tidak pernah menganggap Carlos, dia hanya mengganggap Carlos hanyalah alat. Irene begitu mencintai Kevlan. Otomatis kelemahan Irene adalah orang yang dicintainya tersebut.""Kita memiliki dua rencana. Rencana pertama, buat Kevlan membenci Irene, rencana kedua dengan cara ... membunuh Kevlan agar Irene menderita," lanjutnya lagi.Ketika me
Kevlan mencari-cari Mikaila di mansion keluarga Arundell bagai orang linglung. Seperti orang bodoh dia menanyai para pelayan di mana keberadaan Mikaila. Akan tetapi para pelayan tidak mengetahui keberadaan sama sekali. Anthonio dan Edward yang melihat Ayahnya seperti itu. Langsung menghampiri Ayahnya tersebut. "Ayah, ada apa? Mengapa seperti ini?" Anthonio bertanya lebih dulu. "Adik kalian, di mana?" tanya Kevlan pada kedua putranya. "Evands, ada di ruang hukuman Ayah, Ayah yang menyuruh kami untuk menghukum Kevlan," jawab Edward dengan ekspresi sedikit heran. Kevlan menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan Evands. Tapi Mikaila." Anthonio dan Edward nampak bingung. Mengapa tiba-tiba ayahnya menanyai Mikaila sampai seperti ini. Hati Kevlan merasa tak tenang, entah mengapa seperti ada seseorang yang memberikan bisikan bahwa putrinya benar-benar pergi. "Kemungkinan ... dia di kamarny
"Bagaimana? Apakah kalian berhasil menemukan Mikaila?" Kevlan langsung bertanya pada Edward dan Anthonio. Yang dijawab dengan gelengan kompak dari mereka.Kemarin, Kevlan sudah mengerahkan seluruh orang suruhannya termasuk kedua putranya untuk mencari Mikaila. Akan tetapi bagai orang yang hilang ditelan bumi, Mikaila sama sekali tidak bisa ditemukan.Kevlan juga ikut mencari, bahkan semalaman ini dia tidak tidur karena terus memikirkan Mikaila. Jujur saja dia merasa khawatir, dia bertanya-tanya apakah putrinya tinggal dengan nyaman diluar sana? Kevlan merasa frustasi. Bahkan kini kantung mata terlihat jelas dibawah matanya.Padahal sebentar lagi, mereka akan pergi ke hutan dekat perbatasan untuk menyerang persembunyian makhluk kegelapan atas titah raja. Tapi dia masih sibuk pergi mencari Mikaila."Ayah, tenanglah cepat atau lambat aku akan menemukan Mikaila." Edward segera berkata menenangkan. Dia juga turut merasa bersalah a
Pagi ini, istana digaduhkan dengan sikap berubahnya Carlos. Semenjak dia terluka saat melakukan penyerangan di hutan dekat perbatasan tiga hari yang lalu, dia bersikap aneh. Setelah bangun dan sembuh pasca tak sadarkan diri itu, dia mengurungkan dirinya di kamar seharian.Karena kejadian itu juga, para rakyat dan para pejabat memuji Leonard karena dianggap sebagai sang penyelamat, tidak hanya karena dia yang memberitahukan kepada raja tempat di mana persembunyian para makhluk kegelapan, tapi juga saat penyerangan berlangsung, dia dan Xavier menjadi yang paling gagah dan memberantas semua makhluk kegelapan secara membabi buta.Mikaila yang mendengar berita ini sudah tertawa keras, dia bahagia. Pasti saat ini Carlos sedang depresi karena banyak orang-orang yang mulai kehilangan kepercayaan terhadapnya. Posisinya sebagai putra mahkota sekarang sudah mulai terancam."Hahaha, tidak saya sangka Yang Mulia Leonard begitu berguna." Mikaila tersenyum miring, rencan
Carlos menatap wajahnya di cermin, dia tidak pernah mengerti apa yang terjadi. Dia telah mati dibunuh oleh Helena dan orang yang sangat dia percaya, akan tetapi sekarang ... dia hidup kembali.Carlos tidak pernah melupakan apa yang dikatakan oleh Helena saat itu."Carlos, kau begitu bodoh. Dari awal sampai akhir aku tidak pernah mencintaimu, kau hanyalah alat. Dan sekarang tugasmu sudah selesai. Maka kau harus mati." Helena terkekeh saat melihat Carlos yang sudah tidak berdaya."Selain bodoh kau juga idiot, membunuh wanita yang mencintaimu secara tulus demi seorang wanita yang berniat membunuhmu sedari dulu."Mengingat hal itu, membuat Carlos mengepalkan kedua tangannya erat. Pancaran matanya menunjukkan dendam yang sangat dalam. Bayangan Helena yang bergelung diatas tempat tidur dengan orang yang paling dia percaya membuat dia semakin marah.Dia sungguh tidak percaya, dua orang yang sangat dia percaya ternyata adalah orang
Carlos menuju ke sebuah taman, taman itu sangat indah, dan di depan taman itu terdapat sebuah danau yang berwarna biru yang sangat cantik.Tempat ini adalah adalah tempat kesukaan Mikaila, dia mengetahui tempat ini tepat sebelum hari pengesekusian Mikaila. Mengingat dia sendiri yang menyuruh Mikaila mati dengan cara meminum racun, membuat hati Carlos lagi-lagi merasa sakit.Tanpa sadar mata Carlos menangkap sosok seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman, sambil bernyanyi. Suaranya begitu indah dan merdu, setiap lagu yang keluar dari mulut gadis itu membuat Carlos begitu tenggelam dalam rasa penyesalannya."Mikaila," panggil Carlos sambil berjalan mendekati sosok gadis itu. Pakaian Carlos yang biasa terlihat begitu rapih, kini terlihat kotor dan acak-acakan. Peluh, membasahi pipinya. Karena dia berlari begitu kuat seperti orang yang kehilangan akal.Merasa namanya dipanggil, Mikaila mengalihkan atensinya dari danau, ia kini me