“Ha ha ha!”
Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?
“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”
“Apa maksudmu?” tanya Xain.
Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”
“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.
Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Bukankah besok ulang tahunmu, Yuko?”Yuko hanya mengira di sanalah hidupnya. Di tengah-tengah keluarga pamannya yang terkadang tidak pernah menganggapnya ada. Satu-satunya yang mengganggap hidup Yuko penting adalah sepupunya, Sheriel. Yang menjadi teman sekaligus kakak untuknya.Tetapi Yuko tidak mengerti apa lagi yang sedang menunggunya di rumah. Terkadang diperlakukan buruk oleh orang-orang hanya karena dirinya adalah yatim piatu dari keluarga miskin.“Aku tidak bisa memberikan sesuatu yang berharga. Bagaimana jika novel kesukaanmu saja?”Yuko tertawa saat menerima bungkusan kecil transparan dari Sheriel. Itu novel kesukaannya sepanjang masa. Bahkan sepanjang 15 tahun—ulang tahunnya besok.“Tidak masalah. Aku lebih suka baca buku. Gosip tidak cocok denganku.”“Aku tahu. Kau tergila-gila dengan semua tokoh dalam novel itu. Bahkan kau mengutuk antagonis di dalamnya.” Sheriel mengingat-ingat ilustrasi salah satu tokoh yang paling berkesan yang pernah dilihatnya dalam buku milik Yuko b
“Aaahhh!!”Raeliana terbangun setelah mimpi buruk. Lagi-lagi mimpi buruk yang itu. Sebenarnya apa, sih? Kenapa ada mimpi seperti itu? Lagipula di mana mimpinya terjadi? Tempat dengan banyak lampu, gedung-gedung tinggi. Bocah 15 tahun yang terus saja memanggil namanya Sheriel bahkan setelah Raeliana merasa sudah dikuburkan dalam mimpi itu.“Nona, Anda tidak apa-apa?”Raeliana melihat ke pintu. Pelayan pribadinya Anne masuk tergesa-gesa dengan wajah cemas. Selalu saja begitu setiap kali ia terbangun sambil berteriak karena menghadapi mimpi buruk yang mengerikan.Raeli menggeleng sambil memegang kepalanya. “Tidak. Aku hanya mimpi tertabrak sesuatu.”Raeli tertabrak sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa itu.“Aduh!”Reali meringis karena ada sesuatu yang masuk ke kepalanya sampai membuat sakit. Rasanya mirip seperti disengat lebah saat ia pergi ke pelabuhan bersama papa pada umur 8 tahun.“Nona!”Tidak mungkin. Tubuh Raeli gemetar menyaksikan penglihatan itu. Kemudian langsung bangkit me
“Tunggu, permisi. Biarkan aku lewat.”Raeli agak berteriak sambil menyeruak masuk ke dalam kerumunan untuk mecapai sisi depan di mana gadis berambut merah itu meringkuk ketakutan. Setelah mencapainya, tanpa sadar Raeli memeluk gadis itu dan memberikan perlindungan.Ah, sialan.Raeli mengutuk tindakannya dalam hati. Kenapa ia harus ikut campur dengan ini? Seharusnya ia membiarkannya saja. Dengan begitu Reali tidak akan masuk ke dalam lingkaran cerita si penulis menyebalkan. Kalau begini, apa yang sudah Raeli lakukan benar-benar telah mencapai novel.Di novel tersebut tertulis bahwa Raeliana menolong si tokoh utama dan membuat gadis itu jadi pekerja di toko rotinya untuk membalas budi, karena gadis itu tidak punya tempat tinggal.Habis ini Raeli akan menyuruh gadis rambut merah ini pergi saja.“Apa yang kalian lakukan?” tanya Raeli pada kerumunan orang marah itu.Jika ingatannya benar, maka sekarang orang-orang ini sedang marah karena gadis di pelukannya itu mencuri roti dari tokonya.“
“Nah, ke mana kita akan mengirim ini?” tanya Raeli pada Anne yang menatap sekeranjang penuh pai buah dan pai daging buatannya. Juga beberapa roti lainnya.Raeli rasa sang marquess akan muntah jika makan sebanyak ini. Tetapi, Raeli rasa cukup untuk berterima kasih. Setelah itu ia tidak akan berurusan lagi dengan salah satu pria yang mungkin berasal dari cerita dalam novel ini. Ia akan hidup sebagai Raeliana pemilik toko roti. Raeli ingin hidup tenang sekali ini.Raeli juga menyelipkan selembar surat pendek untuk sang marquess sebagai ucapan terima kasih karena tidak membiarkan kejadian memalukan tertabrak kuda itu sampai ke koran.“Ke istana kaisar?” Anne kembali bertanya.Kening Raeli berkerut. Kenapa ke sana? Ia mengirimi pai itu untuk Marquess Knightdale dan bukannya baginda kaisar. Anne tidak membantu sama sekali, padahal ini idenya.“Tuan Tristan, Marquess Knightdale adalah tangan kanan Yang Mulia Ein.”“Ha?”Ein? Tangan kanan Yang Mulia Ein?Ahhhh!Sialan, Raeli tertipu. Astaga,
“Apa yang kau bawa Tristan?”Ein sudah berwajah masam sejak putri keluarga Servant itu meninggalkan istana. Berani sekali gadis itu menggunakan bahasa kasar padanya. Setelah lama tidak bertemu, ternyata putri Duke Servant tumbuh sedemikian menarik. Gadis itu punya senyuman yang bisa mengatakan apa isi kepalanya, seperti umpatan atau kutukan.Bukankah menarik?Lebih menarik lagi saat gadis itu terlihat tidak mau bertemu dengan Ein di saat dirinya menjadi perbincangan semua gadis di seluruh Easter.Raeliana De Servant.Ein pikir ketika beranjak dewasa, Raeliana akan tetap menjadi gadis pendiam yang suka membaca buku. Ternyata gadis itu perlahan punya hobi membuat kue, sampai-sampai Carry memberikan sebuah toko kue untuknya.Tetapi Ein rasa gadis itu belum berubah. Masih gadis yang lembek.Lalu kejadian Raeliana tertabrak kereta kuda itu menjadi pertemuan Ein setelah sekian lama. Benar-benar tidak menyangka Raeliana bisa merawat rambutnya jadi seperti helaian emas.“Menarik.”“Ya, Yang M
“Baik, Yang Mulia. Apa yang membuat Anda datang ke toko kecil seperti ini?”Raeli menyerang tepat pada inti kedatangan Pangeran Ein. Pasalnya, kedua pria yang menjadi tokoh utama dalam novel itu sama sekali tidak tertarik dengan Rose, sang pemeran utama perempuan.Semua cerita sudah jauh melenceng. Padahal tidak ada yang Raeli lakukan. Ia hanya menjalani hidupnya seperti biasa. Tidak terlibat dengan istana dan para peran utama. Hanya Rose yang memang bekerja padanya.“Tapi sebelum itu, Tuan Tristan?” panggil Raeli. “Anda menghabiskan kue buatan saya?”“Oh,” Marquess Knightdale tersenyum lebar dan melirik pada Pangeran Ein yang memberikan tatapan penuh ancaman dari ekor matanya.Terkutuklah pria itu jika terjadi sesuatu pada pai-pai buahnya tempo waktu itu. Apakah Pangeran Ein membuang kue-kue itu sebelum marquess memakannya?“Sungguh pai yang sangat enak,” jawab Tristan dan mata Pangeran Ein kembali menatap Raeli yang sudah memberikan pandangan ancaman.“Baguslah. Saya hanya berharap
Tiba juga hari di mana Raeli harus datang ke istana sendirian tanpa Anne. Ia datang dengan sekeranjang kue yang layak. Karena memang ini akan dimakan oleh Yang Mulia Permaisuri dan Tuan Putri Liliane.“Marquess Tristan?” panggil Raeli ketika melihat pria itu berdiri di pilar istana seperti sedang menunggu seseorang.“Ah, Nona Raeliana. Saya sedang menunggu Anda.”Pria itu tersenyum pada Raeli. “Saya akan mengantarkan Anda ke taman. Yang Mulia Permaisuri dan Putri Liliane sudah menunggu.”“Terima kasih.” Reali berjalan mengikuti Marquess Tristan.“Sepertinya Anda membawa kue yang enak, Nona.”“Oh, ya. Saya tidak mungkin memberikan seperti yang waktu itu.”Marquess Tristan tertawa. “Saya juga tidak menyangka bahwa akan sampai pada Baginda Kaisar.”“Tuan—”“Santai saja. Bisakah Anda memanggil saya Tristan saja?”“Sungguh?”Demi Dewa, Raeli senang sekali bisa menyudahi keformalitasan ini satu per satu. Cukup membosankan dengan panggilan yang sangat panjang. “Kalau begitu kau bisa memanggi