Share

BAB 2

last update Last Updated: 2022-12-14 10:03:40

“Tunggu, permisi. Biarkan aku lewat.”

Raeli agak berteriak sambil menyeruak masuk ke dalam kerumunan untuk mecapai sisi depan di mana gadis berambut merah itu meringkuk ketakutan. Setelah mencapainya, tanpa sadar Raeli memeluk gadis itu dan memberikan perlindungan.

Ah, sialan.

Raeli mengutuk tindakannya dalam hati. Kenapa ia harus ikut campur dengan ini? Seharusnya ia membiarkannya saja. Dengan begitu Reali tidak akan masuk ke dalam lingkaran cerita si penulis menyebalkan. Kalau begini, apa yang sudah Raeli lakukan benar-benar telah mencapai novel.

Di novel tersebut tertulis bahwa Raeliana menolong si tokoh utama dan membuat gadis itu jadi pekerja di toko rotinya untuk membalas budi, karena gadis itu tidak punya tempat tinggal.

Habis ini Raeli akan menyuruh gadis rambut merah ini pergi saja.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Raeli pada kerumunan orang marah itu.

Jika ingatannya benar, maka sekarang orang-orang ini sedang marah karena gadis di pelukannya itu mencuri roti dari tokonya.

“Nona, dia mencuri roti kita.”

Raeli mengangkat kepala pada orang yang berbicara. Ah, pelayan tokonya. Ia ingat seragam itu melalui ingatan Raeliana, tetapi sungguh tidak ingat namanya.

Raeli kemudian melihat pada kerumunan sambil membuat senyum palsu. “Maaf mengacaukan pagi kalian. Aku akan mengurusnya.”

“Oh, Nona Raeliana ada di sini,” kata salah satu orang pemilik toko lain.

Raeli sudah mulai pusing karena tidak bisa mengenali siapa mereka. Tidakkah otak milik Raeliana yang lama ini bisa membantu? Sepertinya otak itu juga tidak mengingat hal-hal kecil seperti nama orang-orang tidak penting.

Raeli mengangguk. “Saya sangat berterima kasih kalau kalian mau meninggalkan kami sendirian.”

***

Toko sudah kembali ke rutinitasnya. Para pekerja Raeli ada yang menyusun roti-roti, ada yang menyusun keranjang piknik dan bersih-bersih lainnya. Sedangkan Anne menyiapkan beberapa roti yang bisa dimakan dan secangkir minuman.

Raeli sendiri sedang menatap gadis di depannya yang duduk tertunduk. Penampilannya lusuh dan kelaparan. Rambutnya merah menyala. Salah satu alasan kenapa selama hidup sebagai Sheriel, ia tidak menyukai tokoh yang satu ini.

Raeli bersandar di kursi, mengembuskan napas. Entah bagaimana semua semangatnya yang ia bawa jadi meluap hilang, tinggal rasa lelah yang mendadak datang seperti angin pagi.

Raeli tidak siap bertemu peran utama. Tidak bisakah mereka bertemu setelah debutante saja?

Tetapi, tunggu dulu. Debutante?

Raeli ingat sekarang. Pada pesta debut itu, pangeran mengajak gadis berambut merah ini pada dansa pertama kedewasaannya. Jadi, memang inilah waktu Raeli bertemu si peran utama.

“Siapa namamu?” tanya Raeli. Ia sungguh tidak tahu. Atau lebih tepatnya Raeli melupakan nama tokoh yang satu ini.

“Nama saya Rose.”

Ah, ya. Namanya Roseline. Di novel digambarkan sebagai gadis mawar yang baru mekar. Tidakkah penulis itu berlebihan mendiskripsikannya? Mendadak saja Raeli jadi mual.

“Kenapa kau mencuri di tokoku?”

Tentu saja karena gadis itu lapar, Raeli bicara pada dirinya sendiri. Ia sudah tahu, sih. Tetapi apa lagi yang harus dilakukannya kalau tidak menginterogasi. Bahkan di novel saja Rose ditanyai dengan benar dan bukannya langsung ditawari pekerjaan. Lagipula, rasanya Raeli ingin membawanya bekerja di tempat lain. Namun, ia ingat Yuko pernah bilang kalau gadis ini punya masa lalu menyedihkan seperti sepupunya itu sebelum ditemukan.

Astaga, Raeli ingin kabur sekarang juga.

Anne meletakkan sepiring sarapan dan segelas susu di meja.

“Makan saja. Kupikir kau kelaparan,” kata Raeli pada Rose. Setelah makan, cepatlah pergi.

“Tapi saya tidak bisa membayar.”

Raeli mendelik. Jika saja ibunya melihat, ia akan diceramahi panjang lebar tentang tata krama kebangsawanan. Percaya saja. Selama 3 hari ini ia selalu mendengar itu.

“Kalau kau bisa membayar, kau tidak akan mungkin mencuri di sini, bukan?”

Rose menatapnya dengan terkejut.

“Kenapa? Aku memang putri Duke Servant, tapi bukan berarti aku tidak bisa bicara sesuka hatiku 'kan?”

“Maafkan saya, Nona.”

“Setelah makan cepatlah pergi dari sini. Mereka bisa melakukan sesuatu padamu.”

Raeli merasa Anne menyikut punggungnya dengan pelan. Pengusirannya terdengar sangat terang-terangan, ya?

“Ha-ah. Kau juga tidak punya tempat tinggalkan?”

Rose mengangguk dan menunduk lagi.

Astaga, Raeli akan gila kalau begini. Bagaimana bisa pangeran suka pada gadis seperti ini? Terserahlah. Ia tidak akan peduli bagaimana hal itu terjadi. Ia hanya akan menjalani hidupnya jauh dari lingkaran novel yang ada pangeran di dalamnya.

“Begini saja. Apa kau mau tempat tinggal dan pekerjaan?” tanya Raeli.

“Ha?” Anne terkejut.

“Ya?” Rose langsung mengangkat kepala.

“Tunggu, Nona.” Anne berdiri di sisi meja menghadap Raeli, memaksanya untuk melihat pelayan itu. “Anda akan mencarikannya pekerjaan?”

Raeli mengangkat bahu. Hanya jika Rose mau. Tetapi kemungkinan gadis itu akan menolak adalah nol persen. Dengan kata lain Rose akan setuju dengan tawaran Raeli.

“Saya bisa bekerja?” Senyum muncul di wajah Rose.

Oh, itu terlihat manis. Raeli pikir itulah kenapa Pangeran menyukai gadis ini. Kelembutannya.

“Aku akan memberikanmu pekerjaan di toko ini dan kau boleh tinggal bersama yang lainnya di penginapan.”

“Nona,” Anne menyelah. “Bahkan itu butuh prosedur dari Tuan Carry.”

Ah, Carry. Kakak tertua Raeliana. Orang yang menghadiahkan tempat ini untuk Raeliana beberapa tahun lalu. Secara teknis pria itu masih punya hak untuk bagian pekerja yang keluar dan masuk dari tempat ini. Karena Carry tidak mau memasukkan seorang ‘pembunuh bayaran’ ke sarang adiknya. Carry yang sering kali pergi dalam ekspedisi perang tentu saja nyaris punya musuh di mana-mana sama seperti pangeran.

“Aku akan mengurus, Carry,” kata Raeli. “Lagipula, aku tidak mau ada masalah dengan toko ini. Beberapa kali lagi pencurian, maka tempat ini akan masuk koran.”

Lalu reputasi Realiana dipertaruhkan.

“Dan aku rasa masalahnya selesai. Rose. Selamat datang di Loving Bread. Mohon bantuannya.”

Rose tersenyum lebar. “Terima kasih, Nona.”

Raeli mengangguk. “Anne, bisa kau antarkan dia ke kamarnya di atas? Dia butuh istirahat. Siapkan juga beberapa seragamnya.”

Anne hanya bisa mengembuskan napas dan melakukan perintah Raeli.

Raeli rasa tugas pertama terhadap peran utama sudah dilakukannya dengan baik. Setelahnya biarkan semua berjalan sesuai isi novel tanpa melibatkan dirinya. Raeli ingin hidup tenang di kehidupannya yang baru.

Ada rasa penyesalan, sih. Tetapi ia bisa menganggap itu sebagai bagian dari tugas seorang bangsawan. Memberikan pekerjaan untuk yang membutuhkan.

“Ah, Nona?” panggil Anne dari pangkal tangga dapur. “Pikirkanlah bagaimana Anda akan berterima kasih pada Tuan Tristan.”

Ah, dalam masalah ini Raeli tidak bisa mengingat siapa Tristan yang dimaksud oleh Anne. Apakah wanita itu tidak akan memberikan petunjuk untuknya?

“Maaf,” kata Raeli pada semua pekerjanya yang ada saat itu. “Apa kalian tahu siapa Tuan Tristan?”

Tidak disangka orang-orang malah tercengang. Lalu kemudian ada yang tersenyum dengan maklum. Raeli tebak, pasti mereka mengira ia sedang gegar otak karena kecelakaan minggu lalu.

“Beliau Marquess Knightdale.”

Knightdale?

Pria itu. Raeli harus berurusan dengan orang itu? Anggap saja marquess itu orang baik hati yang tidak membuat kejadian tertabrak kudanya masuk koran. Raeli harus memikirkan bagaimana membalas kebaikan pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Crown Prince's Fiancee   EPILOG

    Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 132

    “Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 131

    Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 130

    Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 129

    “Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 128

    “Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status