“Nah, ke mana kita akan mengirim ini?” tanya Raeli pada Anne yang menatap sekeranjang penuh pai buah dan pai daging buatannya. Juga beberapa roti lainnya.
Raeli rasa sang marquess akan muntah jika makan sebanyak ini. Tetapi, Raeli rasa cukup untuk berterima kasih. Setelah itu ia tidak akan berurusan lagi dengan salah satu pria yang mungkin berasal dari cerita dalam novel ini. Ia akan hidup sebagai Raeliana pemilik toko roti. Raeli ingin hidup tenang sekali ini.
Raeli juga menyelipkan selembar surat pendek untuk sang marquess sebagai ucapan terima kasih karena tidak membiarkan kejadian memalukan tertabrak kuda itu sampai ke koran.
“Ke istana kaisar?” Anne kembali bertanya.
Kening Raeli berkerut. Kenapa ke sana? Ia mengirimi pai itu untuk Marquess Knightdale dan bukannya baginda kaisar. Anne tidak membantu sama sekali, padahal ini idenya.
“Tuan Tristan, Marquess Knightdale adalah tangan kanan Yang Mulia Ein.”
“Ha?”
Ein? Tangan kanan Yang Mulia Ein?
Ahhhh!
Sialan, Raeli tertipu. Astaga, kenapa ia bisa melupakan orang sepenting itu di dalam novel?
Ein La Alger Easter adalah pangeran sekaligus putra mahkota kekaisaran Easter. Lalu Marquees Knightdale adalah tangan kanannya. Bagaimana mungkin Raeli bisa melupakan pria berambut pirang dengan mata biru itu? Jelas sekali di novel ciri-ciri Tristan digambarkan sebagai salah satu yang akan tertarik dengan Rose.
Sial sekali. Kenapa malah Raeli harus berurusan dengan pria itu? Di dalam novel sama sekali tidak ada hal semacam ini.
Bagaimana ini? Apa sekarang Raeli sudah masuk dalam lingkaran setan novel menyebalkan ini? Tetapi jika diingat lagi ia sudah memasukkan Rose ke toko miliknya. Dengan hal lain ia juga akan merelakan dirinya setiap hari melihat para pria terhormat datang untuk mengejar Roseline.
“Nona?” panggil Anne.
“Ya?”
“Ingin menitipkannya pada Tuan Carry?”
Raeli tersenyum lebar sampai sudut bibirnya sakit, berharap Anne bisa mengartikan apa makna dari senyumannya.
“Bagaimana kalau kita lupakan saja soal berterima kasih?”
***
Setelah mengusulkan soal melupakan terima kasih itu, Duke Servant malah muncul di toko roti dan menyeret Raeli untuk pergi ke istana kaisar. Karena tidak mungkin menolak, dengan senyum buatan ia terpaksa ikut naik ke kereta bersama Anne juga tentunya.
Ternyata pelayannya itu sudah mengatakan pada Duke Servant kalau mungkin mereka akan mengucapkan terima kasih hari ini. Kenapa Raeliana bisa punya pelayan yang licik seperti itu?
Lalu kemudian di sinilah ia berada. Di istana setelah berbicara mengenai apa yang ia bawa untuk Marquess Knightdale pada ayahnya.
Adegan ini tidak ada di dalam novel sialan itu.
Kenapa setelah meninggal di kehidupan sebelumnya ia harus hidup lagi sebagai Raeliana?
“Papa akan ikut bersamaku?” tanya Raeli setelah Duke Servant mendadak menghentikan langkahnya. “Kita akan mengucapkan terima kasih bersama 'kan?”
“Tidak. Aku masih ada urusan dengan Baginda Kaisar.”
Oh, terkutuklah kaisar Easter!
Pria tua yang rambut dan janggutnya sudah beruban itu langsung menyukai Rose ketika pertama kali bertemu. Jika seseorang bertanya kenapa Kaisar menyukai Rose, jawabannya hanya karena kue dan teh yang Rose bawa hari itu. Padahal semua yang Rose bawa adalah roti dan minuman dari toko Realiana.
Tidak adil, bukan? Maka dari itu sekaranglah saatnya untuk menentukan keadilan itu sendiri.
Reali mau menangis rasanya untuk Realiana, si pemeran figuran yang perannya sangat besar. Sedih karena tidak bisa menjadi peran utama.
“Kau ingin Papa meminta Carry menemanimu?” tanya Duke Servant.
“Carry mau?”
Sepertinya ide bagus. Kalau ada Carry pasti akan cepat selesai.
“Dia tidak sibuk?” tanya Raeli lagi.
Raeli bersumpah. Sekarang ia seakan sedang merengek karena tidak mau ditinggal sendirian. Ia hampir 18 tahun, kenapa harus takut? Baiklah, bukan itu maksudnya.
Yang akan Raeli hadapi kali ini adalah Marquess Knightdale. Coba ingat-ingat lagi bagaimana karakter pria itu di dalam novel. Tampan, salah satu pria yang paling ingin dijebak skandal oleh lady-lady se-kekaisaran Easter untuk dijadikan suami. Pentingnya lagi, pria itu termasuk dari 5 monster berdarah dingin yang melindungi punggung putra mahkota.
Raeli yakin, jika ia mengejutkan Marquess Knightdale, maka ia akan pulang dengan kepala terpisah dari lehernya.
“Oh, Duke Servant?”
Mereka semua berbalik pada panggilan itu. Raeli langsung tahu dan tubuhnya seketika bereaksi untuk membungkuk memberi hormat sembari tangannya yang lain memegang keranjang pai.
Tempat ini penuh kutukan!
Raeli mau pulang secepatnya. Kenapa di hari yang sama ia bisa bertemu dengan 2 tokoh utama sekaligus? Seharusnya ia akan bertemu tokoh utama pria pada saat debutante 2 bulan lagi, jika mengikuti isi novel.
“Berkat Easter untuk Yang Mulia Pangeran," kata Duke Servant mewakili mereka bertiga.
Ein La Alger Easter. Pangeran dan putra mahkota kekaisaran Easter. Memiliki julukan Malaikat kematian, orang yang tidak pernah terluka di medan perang. Teman belajar masa kecil Raeliana. Sejauh ini hanya Ein yang Raeli kenal dan yang tertulis di novel memiliki rambut hitam dan mata merah gelap.
“Apa yang membawa Anda kemari, Tuan Duke?” tanya Pangeran Ein.
Raeli berusaha santai dan mengalihkan pandangannya dari pria itu. Tetapi tetap saja kelihatan bahwa pangeran mencuri lihat padanya.
“Ada sesuatu yang harus diurus bersama baginda kaisar.”
Ein mengangguk. “Silakan, aku tidak akan membuang waktumu di sini. Dan ....”
Sekarang Pangeran Ein terang-terangan menatap Raeli. Kapan terakhir mereka bertemu? Di novel bilang mereka bertemu terakhir saat Raeliana usia 8 tahun. Kira-kira sekitar 10 tahun lalu.
“Raeliana De Servant, Yang Mulia.” Raeli membungkuk sekali lagi untuk memperkenalkan dirinya.
Sialan, tidak bisakah ia lolos sekarang? Raeli hanya ingin bertemu dengan Marquess Knightdale dan mengucapkan terima kasih. Kemudian tidak muncul lagi di istana ini sampai acara debutante.
Cepatlah pergi, Raeli mengumpat dalam hati. Pergi kau!
“Oh.”
Raeli menggenggam erat keranjangnya. Melihat senyum culas Pangeran Ein dan tatapan tajamnya. Seakan pria itu sedang mengejeknya habis-habisan. Sayang saja pria itu putra mahkota dan Raeli bisa dijatuhi hukuman mati jika memukulkan keranjang pada kepalanya. Seandainya ini dunia di mana Sheriel hidup, ia akan memukulkan tas kuat-kuat ke kepala pria itu, lalu kabur.
“Bagaimana kabarmu, Nona? Carry bilang kau sering mengalami mimpi buruk setelah tertabrak, ya ....”
“Kuda,” sambung Raeli tanpa selera.
Pangeran menyeringai kecil. “Kau gegar otak?”
“Oh, terima kasih atas perhatian Anda, Yang Mulia. Tapi saya baik-baik saja, selain rasa malu karena tertabrak kuda yang dirasa sangat konyol.”
Raeli kesal sekali. Setahunya Pangeran Ein di novel itu sangat menjaga martabat, apalagi di hadapan Rose.
“Raeliana?” tegur Duke Servant.
Raeli mengembuskan napas, kemudian tersenyum kecil. “Maafkan saya, Yang Mulia. Terkadang saya tidak sopan.”
“Tidak apa,” balas Pangeran Ein masih dengan senyuman yang sama dan itu membuat Raeli ingin melayangkan pukulan tepat ke wajah pria itu.
“Oh, bukannya ini Nona Raeliana?”
Raeli melihat ke balik tubuh pangeran. Pria berambut pirang sedang menghampiri mereka dengan senyum manis. Marquess Knightdale atau orang yang bernama Tristan Gale Raven. Pria yang di novel dikatakan jarang sekali bicara ternyata bisa senyum selebar itu.
Apa bibirnya tidak sakit?
“Bagaimana kabarmu?” tanya Marquess Knightdale setelah mencapai tempat mereka. “Selamat siang, Duke Servant?”
“Selamat siang kembali, Tuan Tristan.”
“Apa yang membuat Nona Realiana sampai datang kemari setelah sekian lama?”
Sepertinya Marquess Knightdale lebih bisa diajak bicara daripada pangeran. Sedikit catatan yang bisa Raeli ingat dari novel, pria itu juga salah satu teman pangeran sejak kecil, mungkin lebih tepatnya sudah menjadi pangawal pangeran saat masih sangat muda. Bisa dikatakan, Raeliana kecil dan orang itu pernah bertemu.
Raeli menunduk sedikit, kemudian memberikan keranjang berisi pai. “Saya datang untuk mengucapkan terima kasih.”
“Terima kasih?” Marquess Knightdale melirik pada Duke Servant dan pangeran. “Anda mengantar Nona Raeliana?”
Duke Servant mengangguk. “Saya ada urusan dengan baginda kaisar.”
“Baiklah. Kalau begitu saya tidak akan menghambat.” Marquess Knightdale menerima keranjang Raeli.
Syukurlah. Jadi, Raeli sudah bisa pergi selamanya dari tempat ini, bukan?
“Kami sangat khawatir saat itu, Nona Raeliana. Tapi Carry bilang Anda baik-baik saja.”
“Saya baik-baik saja, terima kasih. Berkat Anda,” jawab Raeli sebagai basa-basi. Takjub karena saat mengucapkan hal itu ia tidak menggigit lidahnya.
Apa ini masih lama?
“Apa isinya?”
“Hanya beberapa kue buatan saya.”
Sebenarnya kue berkat keahlian Raeliana. Sungguh, Raeli bersyukur Marquess Knightdale punya hati untuk menyelamatkan tubuh Raeliana yang mungkin saja bisa hancur karena diinjak oleh kuda.
“Oh, baiklah. Terima kasih.”
“Kalau begitu saya akan pamit,” kata Raeli.
“Secepat ini? Saya pikir tidak apa untuk minum teh bersama. Benar, Yang Mulia?" Marquess Knightdale melirik pangeran.
Sial. Apakah tempat ini dipenuhi dengan jebakan?
Tidak, terima kasih. Raeli tidak berniat terjebak begitu lama dengan para tokoh utama novel ini.
“Saya sangat menyesal, Tuan Tristan. Tapi saya harus segera kembali ke toko.”
“Ah, ya. Carry bilang Anda punya toko kue, bisa saya mampir kapan-kapan?”
“Ya?”
“Boleh saya melihat-lihat toko kue?”
Tidak boleh, sialan! Aku tidak akan menerima tamu seperti kalian yang akan merayu Rose di tempat kerjaku! Lupakan soal bertamu.
Raeli tersenyum lebar pada Marquess Knightdale. Apa pria itu bisa mengerti makna dari senyumannya?
“Kurasa nanti saja saat Anda tidak sibuk, Nona Realiana.”
“Ah, terima kasih. Kalau begitu saya permisi.”
Raeli memegang sisi gaunnya dan memberikan hormat pada Marquess Knightdale dan Pangeran Ein.
“Berkat Easter untuk Anda, Yang Mulia Pangeran.” Raeli memberikan senyum paksa. Kemudian berbalik pada ayahnya. “Sampai bertemu di rumah, Papa.”
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra