“Enyah kau dari hadapanku! Kau tidak pernah diterima di sini! Kau bukan anggota Kerajaan! Ingat posisimu, kau hanya anak gundik!”
Suara seorang wanita cantik, dengan aura wajah bangsawan tampak menunjukkan keangkuhan. Mahkota berlian di atas kepalanya menandakan bahwa dia adalah seorang putri Raja. Wanita cantik itu berbicara pada sosok wanita yang bahkan jauh lebih cantik darinya. Namun, sayang wanita yang berparas jauh lebih cantik itu hanya berasal dari kalangan rendah. “Aku ke sini, karena permintaan Dad! Minggir kau!” Wanita yang jauh lebih cantik itu bernama Shakira, paras perpaduan Amerika dan Eropa, membuatnya tampak elegan meski tanpa adanya mahkota berlian di atas kepalanya. Sang wanita cantik yang memakai mahkota Kerajaan itu bernama Shula, dan menyerukan suara yang lantang, “Dad sedang tidak ada! Pergi kau! Aku muak melihatmu berada di istana!” Shakira berdecih sinis mendengar ucapan Shula, kakak tirinya yang tak pernah sedikit pun menyukainya. “Kau bohong! Jika Dad tidak ada, maka Dad tidak akan mungkin memintaku untuk datang!” “Kau—” Shula hendak menampar Shakira, tapi dengan sigap Shakira menangkap tangan kakak tirinya itu. Tampak jelas aura kemarahan di wajah Shakira terlukis jelas. “Akh—” Shula merintih kesakitan di kala Shakira mencengkeram kuat pergelangan tangannya. “L-lepaskan aku, Sialan!” Shakira tersenyum meremehkan. “Kau yang memulai ingin menamparku. Tindakanku hanya melindungi diriku dari sosok angkuh sepertimu.” Shula menjerit kesakitan di kala Shakira semakin mencengkeram pergelangan tangannya. “S-Shakira, tanganku sakit, Sialan! Lepaskan aku!” “Berhenti! Ada apa ini?!” Raja Jokum menghardik keras dua putrinya yang bertengkar. “Dad?” Shula menatap sang ayah, meminta perlindungan. Shakira menghempaskan kasar tangan Shula ke udara, dan tepat di kala cengkeraman terlepas—Shula berlari sambil memeluk ayah mereka. Tampak mata Shakira memutar malas melihat tingkah kakak tirinya. “Dad, Shakira melukaiku. Kau harus menghukumnya,” seru Shula mengadu pada sang ayah. “Oh, Sayang. Apa kau terluka?” tanya Ratu Asta membelai tangan putrinya yang merah. Shula mengangguk, dengan bibir menekuk pada sang ibu, meminta pertolongan. “Iya, Mom. Sakit sekali tanganku.” Raja Jokum menatap dingin Shakira. “Kau membuat masalah, Shakira?” Shakira melangkah anggun, tanpa sedikit pun rasa takut. “Dad, kedatanganku ke sini, karena kau yang meminta. Jadi, untuk apa aku membuat masalah? Lebih baik kau tanya putri kesayanganmu itu. Dia yang lebih dulu memulai masalah.” Raja Jokum mengembuskan napas kasar. Pria paruh baya yang tampan itu menunjukkan jelas aura kesal. Namun, dia tak ingin membuat masalah menjadi semakin kacau. Sebab, dia mengenal putrinya—Shakira—yang terkenal keras kepala, dan tak suka diatur. “Lupakan. Aku tidak ingin membahasnya. Aku memintamu datang, karena hari ini adalah hari penting untuk Shula. Keluarga kaya asal Toronto datang ke sini menemui kita. Mereka adalah keluarga Geovan yang memiliki pengaruh besar di pusat bisnis dunia. Rencananya aku akan menjodohkan Shula pada salah satu putra kaya dari Toronto itu,” ucap Raja Jokum dengan ketegasan. Shakira mendesah panjang. “Aku ini bukan anggota kerajaan. Kenapa aku harus diikut sertakan dalam hal ini? Ck, come on, Dad, aku masih memiliki urusan lebih penting daripada harus hadir di acara tidak penting ini.” “Jaga bicaramu anak gundik! Kau harusnya berterima kasih, karena sudah diundang!” seru Ratu Asta pada Shakira, dengan sorot mata tajam. Shakira mendekat pada Ratu Asta, dan nyaris ingin meninju sang ratu. “Kau yang harus jaga bicaramu. Sebelum kau menghina ibuku, lebih baik kau tanya suamimu kenapa dia berselingkuh darimu. Satu lagi, meski ibuku hanya selir, tapi ibuku tidak pernah menuntut apa pun. Jadi, berhenti terus menerus merendahkan ibuku!” “Kau—” Ratu Asta hendak menampar Shakira, tapi kali ini tangan sang ratu ditahan oleh sang raja. “Jaga sifatmu. Kau memberikan contoh yang tidak baik untuk anggota Kerajaan. Bagaimana jika media melihat?” Raja Jokum mengingatkan sang istri. Ratu Asta mendengkus tak suka, dan memilih mengendalikan emosinya. Raja Jokum menatap dingin Shakira. “Pelayan akan membantumu mengganti pakaian. Jangan melawan. Ini perintah dari ayahmu!” Shakira mengumpat kesal mendapatkan paksaan dari sang ayah. Meski bukan anggota Kerajaan, tapi dirinya kerap dipaksa hadir diacara-acara tertentu. Seperti contoh hari ini dirinya dipaksa hadir ke acara yang menurutnya tidak penting. “Pelayan, segera bantu putriku yang keras kepala ini untuk mendapatkan gaun terbaik,” seru Raja Jokum memberi perintah. “Baik, Yang Mulia,” jawab sang pelayan sopan, dan melangkah mendekat pada Shakira. “Nona, mari saya—” “Jangan sentuh aku! Aku bisa jalan sendiri!” tukas Shakira langsung melengos pergi meninggalkan tempat itu. Pun sang pelayan segera berlari menyusul Shakira yang sudah pergi lebih dulu. Shula menatap sang ayah. “Dad, kenapa kau harus mengundang Shakira di acara penting ini? Aku tidak nyaman dengan kehadirannya.” “Shakira memiliki potensi besar. Kau adalah calon ratu, tapi dalam bidang akademis, dan beberapa hal Shakira menunjukkan lebih unggul darimu, Shula. Aku meminta Shakira datang, karena ingin menunjukkan bahwa aku memiliki keturunan yang hebat. Lepas dari statusnya yang hanya anak selir, tapi dia tetap anak kandungku. Jadi, jangan mengeluh!” Raja Jokum menegaskan, lalu pria paruh baya itu melangkah pergi dari tempat itu. Shula berdecak tak suka seraya menoleh pada sang ibu. “Mom, aku tidak suka dengan kehadiran Shakira. Lakukan sesuatu, Mom. Anak gundik itu bisa saja memiliki rencana licik, untuk mendapatkan keturunan dari keluarga Geovan.” Ratu Asta merengkuh bahu Shula. “Keluarga Geovan adalah keluarga hebat. Mereka bukan dari kalangan sembarangan. Harta kekayaan mereka bahkan melebihi harta Kerajaan kita. Jadi, Mommy yakin pasti mereka akan memilih calon istri untuk keturunan mereka dari orang terpandang. Shakira mungkin menonjol di beberapa bidang seperti yang ayahmu katakan, tapi dia tetap hanya anak gundik. Dia bukan calon ratu. Ingat itu, Shula.” Shula mendesah panjang di kala ibunya menenangkan dirinya. “Kau benar, Mom. Keluarga Geovan tidak mungkin melirik anak seorang gundik.” *** Hal yang paling dibenci Shakira adalah pesta di Kerajaan. Wanita berparas cantik itu selalu merasa dirinya bukan bagian penting. Dia kerap menolak menghadiri pesta, tapi Raja Jokum—ayah kandungnya selalu memaksa dirinya untuk hadir di pesta. “Nona, Anda sangat cantik,” puji sang pelayan pada Shakira—yang kini sudah memakai gaun pesta berwarna maroon. “Thanks.” Shakira menjawab dengan nada dingin, dan sedikit ketus. Ya, wanita cantik itu benar-benar sangat cantik dengan balutan gaun berwana maroon. Perhiasan berlian di tubuhnya membuatnya sangat anggun. Tentu semua ini permintaan sang ayah. Sebab, jujur Shakira kurang nyaman memakai perhiasan berlebihan. Sang pelayan tersenyum hangat. “Nona, Anda bisa langsung ke tempat pesta. Raja pasti sudah menunggu Anda.” Shakira terpaksa mengangguk, lalu dia melangkah menuju ke tempat pesta. Langkahnya pelan, anggun menunjukkan dia memiliki latar belakang pendidikan yang hebat. Seluruh penjuru negeri mengenal sosok Shakira yang hanya anak dari simpanan Raja Denmark, tetapi seluruh penjuru negeri juga mengenal sosok Shakira yang sangat cerdas bahkan mampu menguasai lebih dari sepuluh bahasa di dunia. “Ah, aku lupa ponselku tertinggal di kamar ganti.” Shakira menepuk keningnya, di kala mengingat ponselnya tertinggal di kamar ganti. Detik itu juga dia berbalik, dan hendak menuju kamar ganti—tetapi seketika dia terkejut ada sosok pria berpostur tinggi tegap dan gagah berada di belakangnya. Tubuh Shakira tak seimbang, nyaris terjatuh. Namun, beruntung pria tampan itu menangkap tubuhnya. Andai saja pria tampan itu tak menangkap tubuhnya, sudah pasti dia akan tersungkur di lantai. Terlihat Shakira hendak melepaskan diri, tetapi mata indah dari sang pria tampan itu membuatnya terpaku. Wajah Shakira begitu dekat dengan wajah pria tampan yang menangkap tubuhnya. Pun bahkan bibir mereka berdekatan nyaris bersentuhan. Hanya satu kali gerakan saja, maka pasti bibir mereka sudah menempel. Hal tersebut yang membuat debar jantung Shakira kini mulai berpacu kencang. “Tampan sekali,” gumam Shakira tanpa sadar memuji sosok pria tampan yang berada di hadapannya.Shakira menatap jam dinding waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Seharian dia hanya berdiam diri di kamar, tidak keluar sama sekali. Dia sengaja tidak keluar, karena malas menjadi sorotan banyak orang. Berita tentangnya sedang memanas, menjadikannya pusat perhatian. Jujur, dia membenci menjadi pusat perhatian, tetapi karena dirinya ingin sengaja memancing kemarahan orang yang mencelakainya, dia terpaksa membiarkan berita ini tersebar luas di media.Tak menampik rasa bosan menghampiri. Wanita cantik itu ingin sekali keluar ke kafe lalu membaca buku. Namun, dia menahan diri untuk melakukan itu. Media telah berhasil menyorot dirinya. Dia enggan menjadi tatapan banyak orang—seolah dirinya hal yang menjijikkan. Kemarin, Shakira membuka media sosial. Hanya sebentar saja. Namun, yang dia lihat tidak sedikit orang yang menyumpahi nasib buruk menghampirinya. Meski banyak yang berkomentar baik, tetapi ada juga yang mengecam dirinya. Hal itu disebabkan semua orang beranggapan dia adalah dosa ya
Kerajaan Denmark semakin tersorot oleh media. Hal itu dikarenakan kejadian buruk yang menimpa Shakira. Sampai detik ini Raja Jokum terus mendesak pihak kepolisian untuk mengungkap motif kejahatan dua pria yang nyaris memerkosa Shakira. Namun, belum ada informasi lengkap. Informasi yang didapatkan adalah dia pria itu merupakan komplotan penjahat yang kerap meresahkan. Pun dua pria tersebut adalah warga negara asing, bukan warga Denmark.Tidak jarang publik turun prihatin akan masalah yang menimpa Shakira, dan tidak sedikit juga orang yang menyumpahi Shakira. Posisi Shakira yang merupakan anak selir Raja, tentunya membuat banyak orang yang tak menyukainya. Bahkan sekalipun Shakira berbuat baik, tetap saja tidak dipandang. Terbukti di kala masalah datang, masih ada sekumpulan orang yang menjelek-jelekkan namanya. Sementara nama Shula selalu disanjung bagaikan orang yang tak memiliki celah kekurangan sedikitpun.Pagi itu suasana kerjaaan cukup hening. Raja Jokum tidak ada di istana, karen
Berita tentang Shakira nyaris menjadi korban pemerkosaan gempar ke seluruh penjuru Denmark. Meski Shakira bukan anggota kerajaan, tetapi wanita itu adalah anak dari Raja Denmark yang masih berkuasa. Berita ini menggemparkan, dan bahkan banyak orang yang tak habis-habisnya membahas tentang kejadian mengerikan yang menimpa Shakira.Kediaman tempat tinggal Shakira telah dijaga ketat oleh kepolisian. Sementara Shakira dan ibunya tinggal di tempat lain atas perintah Raja Jokum. Semua dilakukan demi keamanan Shakira dan ibunya. Menurut Raja berkuasa itu, tempat tinggal Shakira sudah tidak lagi aman. Selama ini Shakira dan ibunya memang tinggal di rumah yang bisa dikatakan bukan rumah mewah, tapi juga bukan rumah kecil. Alasan sang Raja membiarkan Shakira dan Filipa tinggal di rumah sederhana, karena itu permintaan Shakira dan Filipa. Namun, sejak kejadian buruk tempo hari, membuat Shakira dan Filipa menuruti Raja Jokum untuk pindah tempat tinggal.Ya, demi keamanan Shakira dan Filipa, sang
Lumatan demi lumatan tercipta. Gejolak di dalam diri tak mampu teratasi. Suara decapan terdengar di kala dua insan begitu panas dalam menciptakan sebuah ciuman menggelora. Lidah mereka saling menaut, mengabsen rongga mulut masing-masing. Ciuman itu telah berhasil membuat otak mereka tak berfungsi dengan baik.Sampai tiba-tiba …“Tuan!” Marlon menerobos masuk ke dalam rumah Shakira, dan dikejutkan dengan adegan di mana tuannya berciuman dengan Shakira. Perintah dari tuannya yang meminta lampu rumah Shakira harus menyala, membuatnya bertindak cepat—termasuk untuk datang. Namun, ini di luar prediksi, di mana dia harus melihat adegan di depannya ini.Ciuman terlepas tepat di kala seruan Marlon mengejutkan. Shakira langsung sedikit menjauh dan mengeratkan jaket Stanley di tubuhnya. Tampak dia menunduk malu, kepergok berciuman dengan Stanley di depan asisten pribadi pria itu.Stanley mendengkus kasar melihat Marlon datang di waktu yang tidak tepat. Tampak jelas tatapannya terhunus tajam—men
Langkah kaki Shakira berusaha kencang. Namun, dua pria berbadan besar mengejarnya dengan mudah. Dia panik dan rasa takut menguasai dirinya. Kegelapan membuatnya kesulitan. Apalagi ponsel yang di tangannya kini sudah terjatuh entah ke mana.“Kau mau lari ke mana? Tidak akan ada yang bisa menolongmu,” ucap salah satu penjahat itu seraya tertawa puas.Shakira ketakutan, sampai ketika dia mencoba melarikan diri, penjahat itu berhasil menangkapnya. Tampak dia berusaha keras untuk berontak, tapi tenaganya tidak sebanding dengan dua penjahat itu.“Lepaskan aku! Jika kalian butuh uang aku akan berikan!” teriak Shakira mencoba berontak.Salah satu penjahat itu menyeringai. “Uang kami sudah cukup banyak. Sekarang kami ingin menikmati tubuh indahmu, Nona,” ucapnya, yang langsung menarik Shakira masuk ke dalam kamar.Shakira berteriak bercampur menangis, dan dua penjahat itu menertawakan. Wanita cantik itu berusaha berontak, tapi berujung sia-sia. Tampak jelas dua penjahat itu puas melihat di man
Mobil Stanley meluncur ke kota dengan kecepatan di atas rata-rata. Tampak Shakira yang duduk di samping Stanley, memasang wajah jengkel dan kesal. Bagaimana tidak? Shakira sangat yakin bahwa tindakan Stanley tadi membuat keluarga pria itu salah paham. “Stanley, apa sebenarnya isi kepalamu itu?” tanya Shakira, dengan nada menahan emosi.Stanley demngan santai mengemudikan mobil, seakan tak terjadi masalah apa pun. “Apa maksud pertanyaanmu?” balasnya bertanya, tanpa beban.Shakira mendesah kasar. “Aku yakin kau tidak mengalami gegar otak, sampai lupa kejadian tadi. Kau tahu? Tindakanmu ini bisa membuat keluargamu salah paham. Mereka akan berpikir tidak-tidak tentang kita.”“Kau terlalu berlebihan, Shakira,” ucap Stanley dingin, dan datar. Shakira memijat keningnya di kala rasa pusing melanda. “Pertunanganmu dan Shula semakin dekat. Tolong jangan membuat masalah. Aku tidak mau ada berita macam-macam lagi di media. Hidupku sudah cukup rumit, Stanley. Tolong kau mengerti posisiku.”Sta