Share

Move on

Author: RIA
last update Last Updated: 2021-09-24 14:21:07

Dengan berat hati Dokter Robi menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir tipis Kayla.

“Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain! nyawa Tuan Erlan tidak dapat kami selamatkan.” Jelas dokter Robi dengan lembut.

“I-itu, t-tidak mungkin! Ayah saya masih hidup Dokter... mana mungkin dia tega meninggalkan anak beserta istrinya?” Ishak tangis Kayla menggema, Dokter Robi menepuk bahu Kayla dan pergi meninggalkan Kayla yang masih terisak mendengar kabar tersbut.

Gadis itu masih larut dalam pikirannya dia juga bingung harus berbuat apa dan harus bagaimana menghadapi ibu dan adiknya di rumah, kepala Kayla di penuhi dengan pertanyaan dan penyangkalan tentang kematian yang tiba-tiba.

 

Dalam perjalanan pulang Kayla terdiam dan termenung, hidup tanpa kehadiran sang ayah yang selalu mencintainya dengan segap jiwa dan raga, kini sampailah Kayla di kediamannya.

  

Pak Joko sang sopir pribadi ibu Kayla menelisik serius anak majikannya dari kepala sampai kaki, tampak sangat lesuh gadis itu.

''Ibu sama Tasya di mana Pak?'' Tanyanya dengan suara yang lemah dan jemarinya menyekat air mata yang berlinang.

''Nyonya ada di dalam! Non Tasya pergi sejak 2 jam yang lalu,'' Pak Joko masih mengungkapkan heran anak majikannya tersebut.

''Tolong, bukakan gerbangnya Pak!'' Kayla berlalu pergi.

  

“Apa yang sebenarnya yang terjadi?” Gumam pak Joko.

Bergegas Kayla masuk dan berteriak memanggil ibunya. Namun, sayangnya tidak ada jawaban dari Erlina yang membuat Kayla terduduk bersimpuh di lantai, kini dia menangis tiada henti di hadapan peti jenazah Erlan.

Tangan gadis itu terus menerus mengelus peti itu dengan berkata pelan. Dua perawat rumah sakit terus-terusan mendesak Kayla agar segera mengebumikan jenazah Erlan, Kayla berteriak dan sedikit meronta setelah mendengar perkataan kedua perawat tersebut yang sejak tadi melontarkan prtintah yang sama.

Kayla menolak usul tersebut karena ia menginginkan ibu dan adiknya sedikit lebih lama melihat wajah ayahnya untuk terakhir kali.

Samar-samar terdengar suara derap kaki dari pintu samping semakin jelas langkah-langkah itu memasuki ruang tamu dengan mengumpulkan Kayla berlari mengejar suara tersebut.

''Ibu... A-ayah...!'' Teriak Kayla.

''Ada apa dengan Ayah, Sayang?" Erlina menakupkan kedua tangannya di wajah Kayla.

Kayla memeluk Erlina dengan erat, dia terus menangis tanpa henti. Erlina bingung melihat sikap anaknya yang tiba-tiba menangis histeris.

''Ini ada apa ya?'' Tanya Erlina lemah.

  

''Suami Nyonya mengalami kecelakaan hari ini! kami menyarankan segera mengebumikan jenazahnya," jawaban dari salah satu perawat.

  

"Kalian jangan bercanda!" Ucap Erlina seraya menyuguhkan senyuman hambar.

"Nyonya boleh melihat jenazah Tuan!" Perawat itu membuka peti jenazahnya.

  

“Aargh... i-itu tidak benar! Ayah masih hidupkan, Sayang?” Pekik Eelina yang kini berjalan sempoyongan ke arah Kayla.

Kayla tak menjawab dia hanya menangis dan memeluk tubuh ibunya yang lemas, teriakan Erlina yang sangat kencang karna kematian suaminya.

  

Semua pelayan berlari berbondong-bondong melihat apa yang sedang terjadi, karena syok ibu jatuh pingsan, Bik Inak merawat Erlina.

Sedang Kayla mengurus pemakaman ayahnya, tak sedikit orang yang menggunjing pemakaman Erlan yang terbilang buru-buru.

Tampak jelas penyesalan di wajah Tasya yang tak bisa melihat wajah ayahnya untuk yang terakhir kalinya, tangisan Tasya terdengar menyayat hati. Gadis itu meronta-ronta di tempat pembaringan terakhir ayahnya.

***

Dua bulan telah berlalu namun tak ada perubahan dari sikap Kayla, dia masih menutup diri dari khalayak, gadis itu terus mengurung diri di kamar seperti orang yang hidup segan mati pun tak mau. Ibu dan adiknya terus membujuk agar dia tidak terus-terusan mengurung dan menyiksa diri sendiri seperti ini, perilaku Kayla itu membuat Erlita sangat khawatir akan kondisinya .

Tasya selalu menghibur Kayla tapi tidak ada perubahan sama sekali, kesedihan maih menyelimuti hati dan hari-hari Kayla, tak ada keceriaan yang terpancar dari wajahnya, di bulan Agustus tanggal 25 kematian ayahnya dan di hari itu juga Kayla memutuskan untuk mengambil cuti kuliah agar bisa melupakan kejadian yang menimpa ayahnya.

Ketika Kayla melihat kampusnya bayangan kecelakaan itu seketika muncul dan menimbulkan kesedihan hatinya.

  

Hari-hari berlalu Tasya membujuk Kayla untuk pergi jalan-jalan ke taman kota yang tidak begitu jauh dari rumah mereka, Kayla menolak rencana itu.

  

Mendapat penolakan tersebut Tasya tk tinggal diam dia meminta bantuanErlina untuk ikut membujuk Kayla agar pergi bersamanya ke taman kota, tetapi Kayla terus-terusan menolak pergi karena dia merasa hal itu membosankan dan tidak bermanfaat.

  

Erlina dan Tasya tak putus asa mereka masih mengotot merayu Kayla agar pergi bersama Tasya dengan wajah yang cemberut Kayla menyetujui  pergi bersama Tasya.

''Pak Joko tolong siapkan mobil!!'' Teriakan Erlina dari lantai dua.

''Baik Nyonya.'' Jawab singkat Pak Joko.

''Ya sudah, Kamu dandan yang cantik ya Sayangku!'' Senyum Eelina mereka dan dia meninggalkan kamar Kayla.

Kayla mengangguk dan tersenyum masam melihat wajah Erlina dan Pak Joko telah selesai menyiapkan mobil di depan rumah, mobil berwarna putih menunggu kedatangan dua gadis cantik kebanggaan keluarga Antawiguna.

Turunlah Kayla dari lantai dua, dia terlihat sangat cantik dan anggun memakai gaun mini berwarna biru langit dan Tasya pengaturan pengaturan rok jeans yang sangat cocok dengan kulit putihnya, Erlina terkesima melihat penampilan dua anak gadisnya yang sangat cantik.

''Ya Tuhan! Dua anak gadis Ibu tampak sangat cantik dan anggun.'' Pujian terlontar dari bibir Erlina.

“Tasya kan memang cantik dari lahir Bu!” Tasya tertawa kecil.

“Iya Kamu memang cantik, Cepat pergi nanti keburu bubar acaranya!!” Erlina mendorong pelan tubuh Tasya dan Kayla.

“Iya Bu! Ini sudah mau bergerak menuju mobil,” Kayla menggandeng tangan Tasya.

“Kami berangkat Bu...” Tasya terpesona.

Mobil pun melaju kencang menuju taman kota yang saat ini lagi penuhi pengunjung di sana ada festival ulang tahun kota tempat Kayla tinggal.

“Wow, pengunjungnya padat sekali!” Mulut Tasya melongo menatap kepadatan masyarakat yang asyk menhabiskan waktu di sana.

“Iya dan itu membuatku semakin bosan...” Cetus Kayla.

“Nikmati keseruan ini dan lupakan semua permasalahan Kita!!” Tasya tersenyum sembari merangkul bahu Kayla.

<span;>Pak Joko pun membukakan pintu mobil untuk Kayla dan Tasya, Tasya keluar lebih dahulu melihat melambai-lambai terhanyut dengan lagu yang dimainkan oleh band terkenal saat Tasya membalik badan dia kakaknya masih duduk santai di dalam mobil segera Tasya menarik Kayla keluar dari tubuh Kayla ke tempat masyarakat. Semua orang asyik menikmati alunan musik yang sangat menyentuh hati, ketika salah satu vokalis band menyanyikan lagu jejakmu, Kayla menitikan air matanya karna kejadian yang menimpa ayah.

“Kakak baik-baik saja bukan?” Tasya mendekap wajah Kayl dengan kedua tangannya,

  

Kayla hanya terpaku melihat Tasya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Iwan Kurniawan
tambah seru
goodnovel comment avatar
Septy
Akhirnya Kayla bisa move on.. semangat author sayang ...
goodnovel comment avatar
Rozi Pashter Black Ant
Keep spirit Kayla
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • The Dark Life   Khayalan Rey

    “Terima kasih untuk tetap hidup. Saat itu dadaku terasa sesak dan akan meledak melihatmu tak sadarkan diri,” Rey mengungkapkan semua yang ia rasakan di kala Kayla tertembak. “Kenapa kau melakukan itu semua? Apa kau memiliki sembilan nyawa!?” Rey menimpali perkataannya. “A-aku....” ucapan Kayla tertahan dan jarinya tak berhenti memainkan cincin yang ia kenakan. Rey mendekatkan tubuhnya dan memeluk Kayla dengan sangat erat. “Tetaplah hidup sehat dan berdiri tegak bersamaku di sini. Aku ingin menikahimu dan memiliki anak kembar yang mirip sepertimu! Dan aku mau melihatmu dengan rambut keabuan,” Rey menatap Kayla dengan tatapan mata yang sayu. Mendengar ucapan Rey, air mata Kayla menetes dan gadis itu memeluk erat pria yang ada di hadapannya itu, tangisan Kayla semakin menjadi-jadi membuat Rey khawatir. “Apa yang kau rasakan? Apa lukanya masih sangat sakit? Kay jawab pertanyaanku ini, jangan di

  • The Dark Life   Perhatian Yang Berlebihan

    Telepon genggam Rey berdering terlihat jelas nama Tasya di layar, Rey menghela nafas panjang dan mengangkat panggilan tersebut.“Ada apa Sya?”“Benarkah? Aku segera ke sana,” Rey bergerak dengan sangat gelisah.“Apa yang terjadi Rey, kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?” tanya Bram dengan mata menyipit.“Kayla sudah siuman.”“Kenapa lift ini bekerja dengan sangat lambat!!” imbuhnya sembari menendang pintu lift.“Sabar Rey,” ujar Bram.Rey berlari kecil sesaat pintu lift terbuka, ketika berada di depan pintu pemuda itu merapikan baju dan rambutnya. Padahal baju dan rambutnya masih tertata rapi. Perlahan ia membuka pintu dengan wajah yang semringah dia menghampiri Kayla yang masih terbaring lemah di ranjang.“Bagaimana keadaanmu? Bagian tubuh mana saja yang sakit? Apa ka

  • The Dark Life   Pertengkaran Yang Konyol

    “Sebaiknya kalian pergi dari sini!” usir Rey dengan nada datar.Tasya melirik pemuda itu dengan lirikan mata yang sangat tajam, namun lirikan mata Tasya tak membuat Rey takut atau pun goyah. Bahkan pemuda itu kini semakin menekankan suaranya dan dia mengulang ucapannya lebih dari empat kali hanya untuk membuat sepasang sejoli tersebut segera meninggalkan kamar Kayla.Bram berdecap, “Rey... Rey... dari dulu kok enggak berubah-berubah.”“Oh, jadi kau mau lihat aku berubah. Baiklah aku akan berubah menjadi Spiderman agar kalian bahagia,” celetuk Rey.“Hahaa, enggak lucu, Bang!” ketus Tasya dengan mata yang melirik tajam kearah Rey.Rey melangkahkan kakinya menuju pintu dan tangannya meraih gagang pintu, membuka lebar pintu tersebut seraya mengangkat kedua alisnya dan menatap ketiga orang yang masih duduk santai di sofa.“Apa yang ka

  • The Dark Life   Harapanku

    “Pasien luka tembak di dada. Sudah mendapat infus,” jelas perawat yang masih mendorong bad yang Kayla tiduri.“Luka tembak? Bawa ke ruang operasi.” Ucap Dokter Yudo.“Sudah berapa lama?” tanya Dokter Yudo dengan sorot mata serius.“Sekitar 15 menit transportasinya, kami sudah Resusitasi.” Imbuh perawat wanita itu sambil memasang oksigen. (Resusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna, mencegah kematian biologis.)“Cek organ vitalnya. Siapkan infus dan hitung darah lengkap!” pinta Dokter Yudo dengan tegas.Suasana di dalam ruangan UGD sangat tegang dan beberapa dokter dan perawat sibuk mempersiapkan alat untuk pengecekan kondisi Kayla lebih lanjut.“Tekanan darahnya 60 per 40. Saturasi darah 80.” Ungkap asisten dokter yang bertugas mem

  • The Dark Life   Di Ujung Maut

    mobil berwarna silver dari arah lain mengerem mendadak membuatnya hilang kendali dan mobil tersebut mendekat ke arah Kayla. Mata Kayla mendelik mendapati mobil itu melayang ke arahnya, untungnya gadis itu bisa segera menghindar dan berlindung di bawah mobil yang terparkir di sisi bahu jalan.Baru saja keluar dari kolong mobil Kayla suda di sambut tendangan dari bodyguard Indra, yang membuatnya tersungkur dan hidungnya mengeluarkan dara. Kayla mengusap hidungnya kasar dan dengan beringasnya Kayla melayangkan pukulan dan tendangan ke arah pria yang telah menendangnya barusan, wajah bodyguard tersebut di sodok degan sikunya hingga bercucuran darah. Tak cukup di situ Kayla kini membabi buta menyerang semua bodyguard Indra sampai dia nekat memecahkan kaca jendela mobil dan meraih serpihan kaca tersebut dan di lemparkannya ke arah lawannya.“Kay, cepat masuk!” pekik Rey di sisi jalan.Ketika Kayla hendak melangkahkan kakinya, Indra melesi

  • The Dark Life   Sahabtku adalah musuhku

    Hendra sudah tak bisa menahan emosinya, sehingga dia langsung melayangkan tendangan ke arah Indra dan semua anak buah Indra menodongkan pistol ke arah mereka semua. Rencana cadangan Rey pun gagal karna tindakan Hendra yang gegabah dan kini mereka harus berjuang dengan kemampuan yang ada dan saat ini mereka hanya memiliki beberapa anggota saja yang tersisa. “Kenapa kau melakukan ini?!” bentak Bram dengan mata melotot. “Iblis itu harus mati, Bang!!” sarkasnya penuh kebencian. Suara tembakan menggema di ruangan beberapa warga mengintip dari rumah mereka masing-masing dan salah satu tetangga Kayla melaporkan hal tersebut ke polisi. Semua kaca hancur berhamburan karna tembakkan dan jasad tergeletak di mana-mana, tak ada yang menjamin hidup atau pun keselamatan mereka. Kehancuran yang sesungguhnya kini telah di mulai. “Hai....” Pekik Indra seraya melepaskan tembakkan ke udara. “Buang semua senjata kalian ata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status