“Noah. Sepertinya kau memang cari mati ya? Kupikir Vilma menolakku karena dia sedang tidak ingin pacaran. Tapi lihatlah, kini kau mulai dekat-dekat dengannya.”
Saat Noah hendak memutus celotehan Besim, Vilma tiba – tiba berteriak dan menampar Besim. Suara tamparan itu terdengar cukup menyakitkan di telinga Noah dan orang – orang di sekitar yang sedang memperhatikan pertengkaran mereka.
“Apa lagi maumu, preman? Apa kau sudah lupa ya, aku menolakmu jelas-jelas kemarin. Tapi kau masih saja menggangguku, bahkan mengganggu temanku yang tidak tahu apa-apa. Lebih baik kau-“
“Diam kau... dasar perempuan kotor!! Saat ini aku tidak berurusan denganmu.”
Besim membentak Vilma dengan nada yang sangat keras ditambah suaranya yang berat menjadikan suasana di sana makin panas. Noah masih terdiam tanpa kata-kata karena dirinya sendiri mencoba melarikan diri sendirian. Namun entah kenapa, kakinya tidak dapat bergerak sama sekali.
Noah pun mencoba untuk menenangkan pertikaian mereka berdua karena sekarang sudah menjadi tontonan orang-orang sekitar. Tetapi, alih-alih tenang, telapak tangan Besim berada di atas seolah sedang mengambil ancang-ancang untuk menampar Vilma.
Sepertinya kemarahan Besim sudah tidak dapat dibendung lagi, walaupun sebenarnya sumber kemarahannya itu tidak jelas sama sekali, seperti tiada hari tanpa rasa kesal.
Namun kali ini, sasaran rasa kesal itu mulai mengarah kepada Vilma dan Noah, karena tidak terima perasaanya ditolak mentah-mentah. Noah sudah tidak dapat membendung amarahnya, karena lagi-lagi dia ditimpa masalah. Noah sudah lelah, dia tidak sanggup lagi.
Namun hal aneh tiba-tiba terjadi secara singkat. Tubuh Noah terasa panas. Urat-urat di tangannya mulai bermunculan, seolah ada suatu zat di dalam tubuhnya sedang bereaksi. Noah saat itu pun sedikit kesakitan dan kebingungan.
“Ada apa lagi ini? Kenapa tanganku panas sekali? Aghh!”
Noah melihat Besim, Vilma, dan orang sekelilingnya menjadi kaku layaknya manekin. Namun, jika dilihat dengan saksama, mereka bergerak sangat lambat. Namun hal tersebut hanya berlangsung beberapa detik saja. Keadaan sekelilingnya langsung bergerak normal seperti biasa. Namun saat itu tidak ada suara tamparan yang terdengar, karena gerakan tangan Besim memang berhenti dan terdapat tangan Noah yang menahannya.
Sempat terkejut sejenak, Noah langusung cepat-cepat melepas tangan Besim seraya mencoba menjauh. Tetapi, entah bagaimana caranya tubuh Besim tiba-tiba terpental jauh ke belakang bagaikan sehelai kertas yang dihempas oleh angin. Lumayan lama Besim terlempar di udara hingga pada akhirnya dia terjatuh di atas aspal dengan keras dan tidak sadarkan diri.
BUAAGHH..
Orang-orang sekitar yang menonton hal tidak masuk akal itu serentak terdiam dan bingung, tidak terkecuali Noah dan Vilma. Dengan cepat Noah menarik tangan Vilma dan segera meninggalkan Besim yang terkapar sambil dikerumuni oleh keramaian.
“Apa yang kau lakukan pada Besim?”
“Aku juga tidak tahu! Kau pikir aku bisa sekuat itu dalam waktu sehari setelah dihajar oleh dia?”
“Woow. Kau keren sekali Noah! Aku belum pernah melihat ada orang terlempar sejauh itu setelah ditepis tangannya. Haha.”
“Hah?” Noah terheran dengan candaan Vilma yang seperti tidak melihat situasi itu. Noah berpikir dia akan diincar lagi oleh Besim entah nanti atau besok, seharusnya dia tidak akan selamat.
Noah mengesampingkan nasibnya terlebih dahulu. Dia sangat terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi barusan. Dia tidak pernah menjadi sekuat itu sebelumnya dan mungkin tidak akan pernah sekuat itu sampai kapan pun. Terlintas di pikiran Noah dengan kejadian yang menimpa dirinya saat berada di pabrik terbengkalai semalam. Hanya itu satu-satunya petunjuk yang bisa membantu Noah.
“Hei, apa kau memikirkan sesuatu? Kenapa melamun?”
Noah sempat lupa kalau dia sedang bersama Vilma, namun dia juga harus merahasiakan hal ini kepada siapa pun yang berada di dekatnya. Bukannya untuk berlagak menjadi pahlawan, justru dia mencoba untuk tidak terlibat masalah lagi.
“Ah, tidak apa-apa. Sepertinya aku terlalu emosi sehingga tanpa sadar kekuatanku lepas kendali. Haha.”
“Ya bagus. Kau memang harus memberikan pelajaran seperti itu kepada Besim agar dia tidak akan mengganggumu lagi.”
Sepertinya Vilma terlalu meremehkan betapa bengisnya Besim. tentunya dia tidak akan melupakan Noah begitu saja. Noah hanya perlu mencari jalan pulang yang aman agar tidak berpapasan dengan dia lagi. Noah juga perlu mencari petunjuk lain dari hal tidak masuk akal yang dialaminya, dan petunjuk itu pasti ada di pabrik itu.
Tujuh jam kemudian, kuliah berakhir dengan normal. Noah segera meninggalkan kampus, dan mengendap-endap mencari jalan yang ramai dan aman agar tidak ditemukan oleh Besim dan kawan-kawannya. Di keramaian jalanan pusat kota Kakanj, Noah berjalan dengan cepat seraya memperhatikan sekitar. Dia menghindari jalan yang jarang orang dan langsung menyusul dan mengikuti orang-orang yang berjalan secara berkelompok.
“Kenapa aku seperti sedang lari dari kejaran polisi ya, ah sialan!”
Noah mengambil ponsel miliknya di dalam tas, dan mencoba melakukan pencarian di G****e terkait pabrik obat yang terbengkalai di Papratno. Setelah 5 menit tidak mendapatkan hasil, Noah mendapat petunjuk penting salah satu akun reddit yang tidak dikenal. Akun tersebut menjelaskan bahwa pabrik di Papratno itu adalah sebuah pabrik obat yang dijalankan mulai tahun 1985 dan sudah berhenti beroperasi sejak tahun 2013 karena sebuah ledakan yang tidak diketahui penyebabnya.
Noah seketika teringat, bahwa ledakan itu terjadi sembilan tahun yang lalu, saat itu dia sempat mendengar berita bahwa ada ledakan di kota Kakanj, dan karena sesuatu beberapa informasi lainnya tidak terekspos di media pada saat itu mengakibatkan peristiwa tersebut langsung terlupakan.
“Pemerintah Bosnia berusaha membuat obat yang dapat mengubah dunia?”
Mata Noah langsung berfokus ke suatu tulisan di akun Reddit bernama ruination yang menjelaskan bahwa pemerintah diam – diam membuat suatu obat yang nantinya dapat dijadikan sebagai senjata. Apakah akan terjadi perang? Noah sendiri bertanya – tanya apakah yang dilihatnya itu dapat dipercaya atau tidak.
Sedang fokus menatap ponselnya, Noah tidak sengaja menabrak orang yang ada di depannya.
“Ah saya minta maaf karena sedang fokus menatap-“Noah terkejut saat melihat orang yang ditabraknya. Orang itu langsung menggapai tangan pemuda itu dan menahannya agar tidak pergi.
“Apa yang akan kau lakukan? Gerak-gerikmu itu terlalu mencurigakan Noah. Mau ke mana kau sebenarnya?”
Itu adalah Vilma yang ternyata curiga dengan niat Noah karena dia terlihat aneh hari ini, walaupun tiap hari anak itu memang aneh, tapi tidak ada yang lebih aneh daripada melihat orang aneh yang mengendap – endap seperti orang aneh, memang sungguh aneh bukan?
“Aku sedang dalam perjalanan pulang, kenapa kau membuntutiku hah?”
“Rumahmu kan arah sebaliknya, kenapa kau ke sini?”
“Lah! Sejak kapan kau tahu tempat tinggalku?”
Noah sangat mewaspadai kemampuan Vilma sebagai penguntit. Dia terheran mengapa wanita ini tiba-tiba selalu mengikuti dirinya. Sesaat Noah mulai berkhayal ada wanita yang mulai tertarik kepadanya, lima detik kemudian khayalan itu langsung sirna seolah dirinya ditampar oleh kenyataan. Sejak kapan wanita cantik seperti Vilma menyukai pria aneh, korban perundungan, dan tidak pandai merawat diri seperti Noah ini?
Vilma pun mulai mengikuti ke mana pun Noah pergi. Noah yang sudah mulai risi kemudian berbalik seraya ikut membalikkan posisi Vilma yang berhadapan dengannya.
“Lebih baik kau pulang! aku tidak ingin kau mengikutiku dan justru menambah masalah untukku.”
Seolah tidak gentar dengan teguran Noah, Vilma justru berbalik lagi dan berkacak pinggang. Alisnya yang tebal bergerak seakan membentuk huruf V dan sorotan mata tajamnya menatap dalam mata Noah. Noah pun tertegun dengan reaksi Vilma.
“Baiklah, aku tidak akan mengikutimu setelah ini. Tapi aku akan mengadukan keanehanmu kepada ibumu. Bersiaplah!”
“...”
Noah pun berangkat menuju pabrik terbengkalai dengan membawa rekan berpetualangnya dengan sedikit rasa pasrah.
***Perawat mengambil beberapa botol kosong di atas meja pasien yang semuanya merupakan prajurit perang atau pengintaian, kecuali Noah. Dilihatnya botol kaca berwarna cokelat itu tampak seperti botol minuman keras yang dijual di toko swalayan.“Kelompok yang membuatmu koma waktu itu ... datang ke tempat ini,” bisik Noah.“Yaa ... aku sudah tahu itu. Jangan kau bicarakan lagi di depanku, lukamu saja masih belum sepenuhnya sembuh karena obat itu.”Noah berdehem, dia tidak akan menyangka kalau perkataan Mr. A itu benar. Ternyata doktrin yang dibuatnya di Reddit saat itu tidak asal-asalan. Namun jujur saja, orang itu memang menyebalkan jika ditemui secara langsung.Borris dan Morrey dengan langkah lantang di ruangan itu menghampiri Noah. Wajah keduanya tampak serius—dan tidak ada keraguan sama sekali—kemudian disusul oleh Mr. A yang Noah lihat dari postur dadanya pasti sedang serius. Tidak, dengan suasana seperti itu tidak mungkin Mr. A akan bercanda.“Kami berniat untuk melakukan investigasi
“Dialah alasan kita untuk menjadi kadet berpengalaman di organisasi militer federasi.”“Crvena Kapa?” tanya Andi tertegun melihat wajah serius Noah. Bercak darah Noah di lengannya telah mengering, begitu juga dengan bibirnya akibat angin dingin malam itu. Tepat ketika bulan menampakkan wujudnya di balik awan gelap yang sempat menjadi penghambat Andi saat ingin membersihkan luka Noah yang kotor oleh tanah.“Orang itu sudah hilang entah ke mana. Bahkan jejak darahnya sudah tidak ada lagi. seperti itukah pembunuh profesional menghilangkan jejaknya?”Noah terdiam mendengar Andi yang mengoceh sendirian. Dilihatnya luka sabetan belati dan senjata api di lengan dan kakinya. Andi berdiri di depan mayat kadet berkacamata itu, kemudian menunduk sesaat. “Cepat kita bawa ke markas. Lebih baik sembunyi-sembunyi,” ucap Andi pelan dan hampir tidak bisa didengar Noah.Mayat yang sudah terbujur kaku itu diangkat dengan sembarang oleh mereka berdua, kemudian mengambil jalan terjauh untuk menghindari te
Ketika itu, malam sudah tidak lagi sunyi. Suara berisik semak dan dedaunan yang terinjak-injak—bukan, suara ringisan dua manusia yang sedang bertarung itu mengisi kesunyian malam, walaupun tidak sampai terdengar di tenda tim cokelat.Noah melancarkan serangan bertubi-tubi, selagi lawannya terdesak karena bertahan sambil memegang pistol. Lebih baik seperti itu, daripada membiarkan pria itu menodongkan pistol sekali lagi ke wajahnya.Semakin lama dia melayangkan tinju, tapi seolah Noah yang semakin terpojok. Semula dirinya mengejar pria itu dan menyerangnya, bahkan sekarang hormatnya sudah hilang karena mereka seenaknya menginjak jasad kadet berkacamata itu dengan terpaksa.“Lumayan. Tidak kusangka federasi bakal menciptakan generasi yang hebat sepertimu,” tuturnya santai sambil menangkis tinjuan Noah yang tidak sedikit pun mengenai badan pria misterius itu.Noah menggigit bibir, kemudian meningkatkan kecepatan serangannya. Kini seperti ada pertandingan tinju dunia, bahkan jika diperton
Pemuda itu melihat sepasang mata yang menatap ke arahnya dengan tatapan tajam. Bola matanya memantulkan cahaya api seolah-olah ada dua kloningan api. Dia sadar sudah salah bicara, tapi ketika mendengar sesuatu yang sepertinya familiar, otaknya langsung berfungsi dengan baik.“Di mana kau melihatnya?” tanya Noah masih dalam posisi setengah duduk. Dinginnya angin tidak bisa membuat dirinya diam beberapa saat—sangat menusuk tulang. “Sebelah barat, tidak terlalu jauh dari tenda kita, karena aku dan Elliot juga hanya mengumpulkan kayu bakar di sekitar tempat itu dan kembali,” jelas Davud.Ia mengungkapkan kalau pria itu juga muncul di tempat yang sama ketika Noah melihatnya, entah kenapa dia hanya berkeliaran di sana. “Aku akan pergi sebentar,” tegas Noah langsung bergerak dari posisinya. Tidak sampai lima detik dia sudah berada di luar gua, meninggalkan Davud yang masih setengah sadar. Dilihatnya rembulan masih tepat di atas kepala, putih bersih seolah kabut pun tak ingin menutup keindaha
Tali biru yang melingkari tangan Davud tampak begitu mengering karena berada dekat dengan api. Sekelompok kadet yang duduk dan yang sebagian lagi bersimpuh menghadap ke arah Noah yang berdiri kaku di dekat dinding gua.“Tim oranye sudah bergerak. Kita harus bertindak dan tetap waspada dengan sergapan mereka.”“Kau sudah mengatakan itu berulang kali sejak dari luar tenda,” gerutu Davud yang mengernyit heran ke arahnya. Kanvas tenda di luar sana kejatuhan oleh tetesan air dari pepohonan tinggi tepat di sebelahnya. Matthew sengaja berdiri di dekat tenda—mengawasi setiap pergerakan di sekitar.“Saat ini tim biru sudah disergap oleh tim oranye. Mereka juga tahu kalau tim biru membuat markas di atas pohon.”Noah kemudian terdiam di depan belasan pasang mata yang memperhatikannya berdiri. Hanya terdapat sedikit fakta dari kejadian tadi sore. Saat ini belum terbesit strategi apa-apa di kepalanya, hanya ada lelah yang menyerangnya sekarang.“Apa ada bagusnya jika kita tidak terlalu fokus menye
Noah menahan napasnya yang sempat tidak teratur setelah memanjat pohon besar itu seorang diri. tangannya ia usap dengan pakaian di tubuhnya dan tetap menatap kedua kadet di depannya. Tim biru yang barusan menggugurkan Vior dan dua orang lainnya itu ternyata tinggal di atas pohon. Berarti ada sekitar lima pohon lain yang mereka tempati tersebar di hutan seluas ini. “Jangan bergerak sedikit pun. Kita biarkan mereka bergerak sampai sejauh mana. Pantau dari jauh.” Davud melangkah lebih jauh, mendahului rekan-rekannya yang bertahan di balik semak besar. Selang beberapa menit saja, kedua kadet tim biru itu didatangi rekan mereka yang lain: jumlahnya tiga orang. Mereka membawa seutas tali baru yang dipikul salah satu kadet berkacamata. “Tinggalkan saja! Pindah ke pohon yang satu lagi,” tegur kadet berkacamata itu sambil menunjuk sebatang pohon lain di sebelah barat. “Tapi—“ “Kau tidak lihat sisa tali di atas itu? Bekas potongan seperti itu pasti ulah seseorang, dasar bodoh!” bentaknya se