Home / Romansa / The Devil's Contract / bab 6 Cahaya setelah neraka

Share

bab 6 Cahaya setelah neraka

Author: Luna
last update Huling Na-update: 2025-05-04 15:56:47

Suasana di Alam Kontrak menjadi semakin gelap. Angin panas berhembus membawa jeritan-jeritan jiwa yang terikat. Sierra dan Alex berdiri di hadapan altar kuno, tempat di mana ribuan kontrak telah ditulis dengan darah, air mata, dan pengkhianatan.

Namun kali ini, mereka akan menulis sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: Kontrak yang dibentuk dari cinta.

“Jika kita lakukan ini,” kata Alex perlahan, “kita akan mematahkan hukum lama yang mengikat dunia iblis dan manusia. Aku tak tahu apa yang akan terjadi.”

Sierra menatapnya, yakin. “Aku tidak peduli. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di neraka ini lagi.”

Alex menatap Sierra seperti ingin menghafal wajahnya untuk terakhir kali. Kemudian ia mengeluarkan sebuah belati perak, artefak kuno dari masa para Penjaga Kontrak pertama. Ia memotong telapak tangannya, darah hitam mengalir dan menyatu dengan simbol di altar.

Sierra mengikutinya, namun yang mengalir dari tangannya bukan darah merah, melainkan cahaya keemasan. Simbol segel di pergelangan tangannya bersinar terang, meledak menjadi lingkaran sihir yang membungkus mereka berdua.

Dunia mulai berguncang.

Langit di alam manusia berubah menjadi merah. Gerbang-gerbang dimensi terbuka. Dante—dengan bentuk iblis sejatinya—muncul dari balik retakan langit bersama para iblis yang haus kekuasaan.

"Terlambat!” raung Dante. “Kontrak kalian tak akan menghentikan kehancuran!”

Namun saat darah dan cahaya cinta menyatu di altar, segel kuno mulai pecah. Dari dalam altar, cahaya raksasa menyembur ke langit, menusuk dimensi dunia atas. Gelombang energi menghempaskan para iblis, memaksa mereka kembali.

Sierra dan Alex melayang di udara, di tengah badai sihir yang mengamuk. Luka-luka Alex mulai menghilang, tandanya kembali menjadi manusia.

Namun, kekuatan yang membangkitkan semua ini terlalu besar. Dunia mulai tidak stabil.

Sierra gemetar. “Kita harus menutupnya, sekarang!”

Alex menariknya dalam pelukan. “Kalau kita tutup semuanya… kau tidak akan pernah kembali ke dunia manusia.”

Sierra menatap mata Alex, tersenyum lembut. “Kita mulai ini bersama. Kita akhiri juga bersama.”

Dengan satu ciuman terakhir yang membekukan waktu, mereka menyatukan tangan dan mengucapkan kalimat terakhir dari kontrak baru itu.

“Kami menolak takdir yang memisahkan. Kami tulis ulang hukum dengan cinta.”

Cahaya meledak. Dunia gelap. Sunyi.

Saat Sierra membuka mata, ia berada di tempat yang asing—ladang bunga putih di bawah langit biru yang tidak ia kenal. Di sampingnya, Alex berbaring, tertidur damai.

Ia tersenyum.

Dunia mereka telah berubah. Kontrak baru telah menciptakan dimensi baru—tanpa iblis, tanpa manusia, hanya mereka… dan awal baru.

Sierra terbangun dengan aroma manis bunga yang belum pernah ia cium sebelumnya. Kelopak putih berguguran pelan dari langit seperti salju musim semi. Ia duduk perlahan, menatap lanskap di sekelilingnya—seolah-olah surgawi, terlalu tenang untuk disebut dunia nyata.

Alex masih tertidur di sampingnya, dadanya naik turun perlahan. Tubuhnya yang dulu dikelilingi kegelapan kini bersinar lembut, seperti manusia… bukan lagi iblis, bukan lagi penjaga segel, hanya Alex—versi terbaik dari dirinya.

Sierra menyentuh wajahnya, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa… bebas.

“Apa ini surga?” gumamnya.

Suara lembut menyahut dari kejauhan, “Bukan. Ini dimensi penyeimbang. Hasil dari kontrak baru yang kalian buat. Dunia ini tak diikat oleh iblis maupun hukum manusia. Ini milik kalian.”

Sierra menoleh. Seorang wanita tua berpakaian putih berdiri di antara bunga. Matanya bening, menyiratkan ribuan tahun pengetahuan.

“Aku… siapa kau?” tanya Sierra, berjaga.

“Aku adalah roh penjaga altar pertama. Sudah lama dunia tidak menyaksikan kontrak seperti milikmu. Kau dan Alex telah menulis ulang sejarah.”

Sierra berdiri pelan. “Apa kami… bisa kembali?”

Penjaga itu menggeleng. “Dunia yang dulu tidak akan mengenalmu lagi. Tapi jika kau ingin, kau bisa mengembalikan satu hal yang penting…”

Sierra menoleh ke Alex, yang kini membuka matanya. “Kau.”

Alex tersenyum. “Jadi ini akhir kita?”

Sierra menggeleng. “Tidak, ini awal.”

Penjaga altar mengangkat tangannya, dan sebuah pintu cahaya terbuka di tengah ladang. Di baliknya, tampak dunia manusia. Gedung, kota, langit biru yang biasa.

Sierra ragu.

“Kau bisa membawa ingatan dan jiwamu ke sana,” kata si penjaga, “tapi dunia akan memperlakukanmu seperti manusia biasa. Tidak ada kekuatan. Tidak ada keabadian. Hanya… hidup.”

Alex melirik Sierra. “Kalau kau pergi, aku ikut.”

Sierra menggenggam tangannya. “Aku tak butuh sihir. Aku hanya butuh kamu.”

Dengan langkah mantap, mereka berdua melewati pintu cahaya—meninggalkan dimensi itu untuk terakhir kalinya.

Beberapa bulan kemudian…

Di sebuah kota kecil di Italia, sepasang kekasih membuka kafe sederhana bernama Luce d’Inferno—Cahaya dari Neraka. Pelanggan tak tahu cerita di baliknya. Mereka hanya tahu bahwa pasangan pemilik kafe itu tampak terlalu saling mencintai untuk dipisahkan.

Di dalam kafe, tergantung satu lukisan:

Seorang perempuan berdiri di hadapan pria yang dikelilingi api, namun tersenyum seolah tak pernah takut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Devil's Contract   bab 32 Kata yang Tak Terucap dan Danau yang Diam

    Malam mulai tenang, tapi tidak untuk hati Sierra. Ia berdiri diam di balik tenda, jantungnya berdetak tak beraturan. Telinganya masih mengingat suara Lucien dari luar tadi—suara yang terdengar seperti rencana gelap. Tapi bagian dari hatinya menolak percaya.“Lucien gak mungkin… bukan dia… kan?” Namun sejak kejadian Nerine, liontin, dan mimpi tentang ibunya… Sierra tak bisa lagi yakin pada apa pun. --- Sierra Menghadapi Lucien Pagi menjelang. Kabut masih menggantung di antara pepohonan. Sierra menghampiri Lucien, yang sedang berdiri sendirian di dekat formasi pelindung sihir yang ia pasang malam sebelumnya. “Lucien…” Suaranya datar. Lucien menoleh. Matanya lelah, tapi tetap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lebih baik?” tanyanya dengan nada khawatir. Sierra menatap tajam. “Aku dengar percakapanmu semalam. Kau bilang aku harus dipisahkan. Bahwa aku terlalu kuat. Bahwa aku… harus dikendalikan.” Lucien terdiam. “Jadi benar…?” desak Sierra. Lucien menunduk. Tangannya mengepal.

  • The Devil's Contract   bab 31 Bayangan Masa Lalu

    Udara malam masih dingin, tapi tidak lagi mencekam. Tenda penyembuhan tempat Sierra beristirahat terasa tenang. Di luar, para serigala berjaga dengan waspada. Para penyihir lunar mulai menyiapkan mantra pelindung untuk kemungkinan serangan balasan. Tapi di dalam tenda itu, dunia berjalan lebih lambat. Sierra masih pucat. Meski sudah sadar, tubuhnya terasa berat, seolah diselimuti beban tak kasatmata. Rambutnya menjuntai di sisi bantal, dan kulitnya sedikit lebih pucat dari biasanya. Lalu, suara langkah pelan terdengar. "Aku bawa sesuatu buat kamu..." Selene masuk perlahan, membawa mangkuk tanah liat yang mengepul hangat. Di dalamnya, sup herbal berwarna kehijauan menguarkan aroma menyegarkan—campuran akar bulan, daun pelipur lelah, dan tetesan elixir stamina dari bunga langka. “Ini bisa bantu pulihkan stamina kamu. Rasanya… mungkin agak pahit, tapi—” “—aku gak keberatan,” sela Sierra pelan, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih, Selene.” Selene duduk di tepi tempat tidur, me

  • The Devil's Contract   bab 30 Diantara Gelap dan Kenangan

    Langit telah hening. Markas Lingkaran Hitam telah hancur. Batu-batu yang dulu menjulang tinggi kini runtuh, terbakar oleh sisa sihir dan darah. Namun di tengah kemenangan itu, tubuh sang Ratu Serigala ambruk ke tanah. “Sierra!” Alex berteriak, tangannya menangkap tubuh Sierra sebelum menyentuh tanah. Tubuhnya hangat—terlalu hangat. Napasnya berat. Mata emasnya redup, seperti bulan yang perlahan tenggelam. Aura keperakan yang tadi mengelilinginya memudar sedikit demi sedikit, menyisakan dirinya yang rapuh, lelah… dan manusia. “Tenaganya terkuras,” gumam Lucien, suaranya genting. “Dia memanggil kekuatan penuh sebelum waktunya. Tubuhnya belum siap.” Sierra pingsan. Dan dunia menjadi senyap untuknya. --- …Dalam Mimpi Sierra terjatuh ke dalam kegelapan. Tapi ini bukan kehampaan. Ini… hangat. Ada desir angin di rambutnya. Rumput di bawah kakinya. Dan sinar lembut matahari pagi. Ia berdiri di tengah padang bunga bulan—bunga langka berwarna keperakan yang hanya mekar d

  • The Devil's Contract   bab 29 Serangan Bulan Merah

    Malam itu sunyi. Langit masih diselimuti kabut merah, dan bulan menggantung besar, seperti mata raksasa yang menyaksikan segalanya dari kejauhan. Di balik pegunungan yang mengitari lembah tersembunyi, sebuah markas batu menjulang, dikelilingi reruntuhan dan pilar-pilar tua. Itulah Markas Lingkaran Hitam—tempat Sierra disekap dan sihir jahat dipelajari secara turun-temurun. Namun malam ini, markas itu takkan lagi sunyi. Barisan Serigala dan Penyihir Dari dalam hutan, Lucien, Selene, dan Elder Fenris berdiri di depan puluhan sosok tinggi berbulu perak: Kawanan Serigala Malam. Di sisi lain, para penyihir pendukung garis lunar—penjaga tradisi kuno yang setia pada darah Moonblood—membentuk barisan. Mereka mengenakan jubah kelam dengan simbol bulan sabit menyala di dada mereka. “Kita tidak hanya bertarung untuk menyelamatkan Sierra,” seru Lucien, lantang. “Kita bertarung untuk masa depan mereka yang diburu… mereka yang hidup dalam bayang-bayang!” Fenris mengaum, dan kawanan ikut mer

  • The Devil's Contract   bab 28 Perburuan Darah dan Api

    Dari balik pohon-pohon raksasa, para pemburu Lingkaran Hitam menyebar dalam formasi setengah lingkaran, perlahan mendekat. Di tangan mereka, senjata-senjata kuno yang telah dimodifikasi dengan sihir peredam aura—dibuat khusus untuk menangkap entitas seperti Sierra.Nyxira memimpin dari depan. Tatapannya tajam, tubuhnya menyala samar karena tato pusaran yang kini berkilau ungu gelap. Dia tak tampak gentar melihat kawanan serigala raksasa itu. Justru, matanya berbinar dengan ambisi:“Dia belum sempurna… kita masih bisa membawanya sebelum perubahannya selesai…”Sinyal dikirim. Dalam sekejap, peluru-peluru mantra dilemparkan ke arah gubuk. Satu demi satu meledak di udara, menciptakan gelombang kejut yang memaksa kawanan serigala mundur. Lucien segera menegakkan perisainya, tapi tidak cukup cepat—Alex terpental ke belakang, menghantam dinding dan pingsan.Sierra meraung, suara bercampur amarah dan kesakitan. “AKU PERINGATKAN… AKU BUKAN MANGSAMU.”Namun pemburu tidak peduli. Mereka hanya b

  • The Devil's Contract   bab 27 Kebangkitan Darah Bulan

    Angin malam mengoyak dedaunan dengan liar. Bulan merah menggantung di atas hutan seperti mata iblis yang terjaga, menyaksikan segala yang terjadi dengan diam penuh ancaman. Kilasan cahaya merah dari langit turun perlahan, seperti kabut yang membakar. Tiba-tiba, Sierra terhuyung mundur. "S-Sierra?!" Lucien segera menghampirinya, tapi Sierra terjatuh berlutut, kedua tangannya mencengkeram dadanya kuat—tepat di bagian kiri. Nafasnya memburu, tubuhnya bergetar hebat. "AaaAAAGHHH!!" Jeritannya menembus sunyi hutan. Bersamaan dengan itu, lolongan panjang kembali terdengar—lebih dekat, lebih kuat, lebih menusuk ke dalam jiwa. AuuuuuuuuuUUUUUUUUUMMMM— Darah mengalir dari hidung Sierra, dan sorotan matanya berubah hitam seperti tinta, namun dengan cahaya keemasan samar di tengah pupilnya. Ada dua kekuatan yang saling bertarung dalam dirinya—yang satu menarik, yang lain menolak. "SIERRA!" Alex berlari memeluknya dari belakang, mencoba menahan tubuh istrinya yang bergetar. "Dia… panas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status