Home / Romansa / The Devil's Contract / bab 4 Tanda yang tak terhapuskan

Share

bab 4 Tanda yang tak terhapuskan

Author: Luna
last update Last Updated: 2025-05-04 15:03:16

Jantung Alex berdetak liar saat matanya tertuju pada nama yang tertulis jelas di halaman kontrak: Leonard Alverson—ayahnya. Tepat di bawah nama itu, tercetak tanggal penandatanganan dua puluh tujuh tahun silam. Di sebelahnya, tertulis kata: "Pembuka Gerbang."

Alex melangkah mundur. “Ini… tidak mungkin. Ayahku meninggal dalam kecelakaan mobil. Ia bukan bagian dari ini.”

Malraze memejamkan mata, dan seketika ruangan itu berdenyut. Tembok di sekeliling mereka berubah menjadi layar hidup—menampilkan masa lalu seperti lukisan bergerak. Di sana, terlihat Leonard muda, duduk di meja kayu usang. Di depannya, sosok Dante—masih sama seperti sekarang—menawarkan pena dan kontrak.

"Leonard Alverson menandatangani kontrak bukan untuk kekayaan,” ujar Malraze. “Tapi untuk… perlindungan.”

Gambaran masa lalu memperlihatkan ibu Alex—yang saat itu tengah hamil besar—tergeletak di ranjang rumah sakit. Napasnya berat, nyaris padam. Dokter menggeleng, menyerah.

Leonard menandatangani kontrak. Seketika, suara monitor medis berubah: detak jantung kembali stabil. Ibu Alex dan anak di kandungannya—Alex—diselamatkan.

“Dan itulah alasan kau lahir, Alex,” kata Malraze dengan suara bergema. “Bukan sekadar putra manusia, tapi penerus warisan terkutuk. Kau adalah hasil dari kontrak.”

Alex menggenggam kepalanya. Dunia di sekelilingnya runtuh. Selama ini ia pikir semua penderitaan ini dimulai dari keputusan egoisnya… tapi ternyata ini adalah lingkaran—siklus gelap yang diwariskan.

“Kenapa tidak ada yang memberitahuku?” desis Alex.

“Karena kebenaran bukan untuk semua. Hanya mereka yang berani menantang iblis, yang layak mengetahuinya.”

Malraze lalu berjalan mendekat dan menyodorkan buku kontrak terbuka. “Tapi kini kau punya pilihan keempat. Hancurkan akar kontrak ini—tapi dengan konsekuensi berat. Kau akan menghapus keberadaan seluruh keberuntungan yang pernah kau terima. Segalanya… akan kembali ke titik nol.”

Alex membeku. Artinya: Jordan tetap koma, bisnisnya bangkrut, reputasinya hancur. Bahkan, mungkin ia tak akan pernah bertemu Sierra.

“Kalau kau memilih ini,” tambah Malraze, “kau akan menjadi manusia biasa. Tanpa bantuan setan, tanpa kutukan warisan.”

Alex menatap lembar terakhir di buku itu. Hanya ada satu instruksi: “Ludahi tinta terakhir untuk menghapus garis darah.”

Tangan Alex gemetar. Tapi perlahan ia menunduk, dan...

Sebuah suara lembut menghentikannya.

“Alex?”

Ia menoleh cepat.

Dari balik pintu bawah tanah, Sierra berdiri. Wajahnya bingung, cemas. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Alex terdiam. Dante berdiri di belakang Sierra, tersenyum puas.

“Waktu hampir habis, Alex. Pilih: musnahkan kontrak… atau jalani nasib yang sudah tertulis. Tapi ingat… setiap pilihan ada harganya.”

Alex menatap Sierra, yang berdiri di ambang batas antara dua dunia—dunia nyata dan dunia kontrak. Matanya membulat melihat ruangan gelap yang tampak seperti berasal dari neraka. Tangannya gemetar. “Apa ini, Alex?”

Alex ingin menjawab, tapi kata-katanya tercekat. Ia terlalu tenggelam dalam konflik batin—antara menyelamatkan semuanya dan kehilangan dirinya, atau menghapus semua dan kehilangan dia.

“Pergilah, Sierra. Tempat ini bukan untukmu,” katanya lirih, hampir seperti permohonan.

Tapi Sierra melangkah mendekat. “Kalau kau terluka karena sesuatu yang tidak aku tahu, aku ingin tahu. Jangan sembunyikan aku.”

Dante menyeringai dari bayang-bayang. “Lihatlah, bahkan cinta pun ingin ikut masuk neraka.”

Malraze menutup buku kontrak, lalu berkata kepada Alex, “Satu pilihan lagi: kau bisa menghapus semuanya, atau kau bisa meminta satu keajaiban akhir—melindungi dia, selamanya. Tapi dengan imbalan…”

Alex menatapnya tajam. “Imbalannya?”

“Dirimu. Jiwamu. Tapi dia akan hidup, aman, dan tak akan pernah ingat dunia ini.”

Sierra menggenggam tangan Alex. “Jangan lakukan apa pun demi aku.”

Alex menunduk. “Terlambat. Aku sudah terlalu dalam.”

Ia menarik napas panjang, lalu berkata, “Kalau kau bisa membuat Sierra selamat, tidak ingat apa pun, dan hidup bahagia… aku akan ambil imbalannya. Ambil aku.”

Seketika dunia bergetar. Kontrak menyala merah menyilaukan. Malraze membuka halaman terakhir dan menuliskan nama Alex Alverson dengan darah. Sierra mulai pingsan, tubuhnya menghilang perlahan dari ruangan.

“Selamat tinggal,” bisik Alex, sebelum semuanya menjadi gelap.

Ketika Sierra membuka mata, ia berada di taman kampus. Udara segar menerpa wajahnya. Tak ada tanda-tanda tentang ruang bawah tanah atau Alex. Ingatannya tentang kontrak, iblis, dan dunia gelap… menguap seketika.

Namun di lubuk hatinya, ada kekosongan aneh. Seperti kehilangan sesuatu yang tak pernah ia tahu.

Lima Tahun Kemudian.

Sierra berdiri di galeri seni kecil di Prancis. Ia kini seorang pelukis sukses, hidup damai. Tapi ada satu lukisan yang selalu ia simpan di pojok studionya—lukisan seorang pria muda, berdiri di tengah api, tersenyum pahit.

Setiap kali ia melihat lukisan itu, hatinya bergetar. Ia tidak tahu siapa pria itu… tapi entah kenapa, lukisan itu terasa seperti rumah.

Dan jauh di dunia yang tak terlihat oleh manusia, di ruang tak bernama, Alex berdiri sendiri—menjadi penjaga kontrak baru.

Namun setiap malam, saat dunia sepi, ia memejamkan mata dan mengingat wajah Sierra.

Walau tak bisa bersamanya… setidaknya ia tahu: ia selamat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Devil's Contract   bab 32 Kata yang Tak Terucap dan Danau yang Diam

    Malam mulai tenang, tapi tidak untuk hati Sierra. Ia berdiri diam di balik tenda, jantungnya berdetak tak beraturan. Telinganya masih mengingat suara Lucien dari luar tadi—suara yang terdengar seperti rencana gelap. Tapi bagian dari hatinya menolak percaya.“Lucien gak mungkin… bukan dia… kan?” Namun sejak kejadian Nerine, liontin, dan mimpi tentang ibunya… Sierra tak bisa lagi yakin pada apa pun. --- Sierra Menghadapi Lucien Pagi menjelang. Kabut masih menggantung di antara pepohonan. Sierra menghampiri Lucien, yang sedang berdiri sendirian di dekat formasi pelindung sihir yang ia pasang malam sebelumnya. “Lucien…” Suaranya datar. Lucien menoleh. Matanya lelah, tapi tetap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lebih baik?” tanyanya dengan nada khawatir. Sierra menatap tajam. “Aku dengar percakapanmu semalam. Kau bilang aku harus dipisahkan. Bahwa aku terlalu kuat. Bahwa aku… harus dikendalikan.” Lucien terdiam. “Jadi benar…?” desak Sierra. Lucien menunduk. Tangannya mengepal.

  • The Devil's Contract   bab 31 Bayangan Masa Lalu

    Udara malam masih dingin, tapi tidak lagi mencekam. Tenda penyembuhan tempat Sierra beristirahat terasa tenang. Di luar, para serigala berjaga dengan waspada. Para penyihir lunar mulai menyiapkan mantra pelindung untuk kemungkinan serangan balasan. Tapi di dalam tenda itu, dunia berjalan lebih lambat. Sierra masih pucat. Meski sudah sadar, tubuhnya terasa berat, seolah diselimuti beban tak kasatmata. Rambutnya menjuntai di sisi bantal, dan kulitnya sedikit lebih pucat dari biasanya. Lalu, suara langkah pelan terdengar. "Aku bawa sesuatu buat kamu..." Selene masuk perlahan, membawa mangkuk tanah liat yang mengepul hangat. Di dalamnya, sup herbal berwarna kehijauan menguarkan aroma menyegarkan—campuran akar bulan, daun pelipur lelah, dan tetesan elixir stamina dari bunga langka. “Ini bisa bantu pulihkan stamina kamu. Rasanya… mungkin agak pahit, tapi—” “—aku gak keberatan,” sela Sierra pelan, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih, Selene.” Selene duduk di tepi tempat tidur, me

  • The Devil's Contract   bab 30 Diantara Gelap dan Kenangan

    Langit telah hening. Markas Lingkaran Hitam telah hancur. Batu-batu yang dulu menjulang tinggi kini runtuh, terbakar oleh sisa sihir dan darah. Namun di tengah kemenangan itu, tubuh sang Ratu Serigala ambruk ke tanah. “Sierra!” Alex berteriak, tangannya menangkap tubuh Sierra sebelum menyentuh tanah. Tubuhnya hangat—terlalu hangat. Napasnya berat. Mata emasnya redup, seperti bulan yang perlahan tenggelam. Aura keperakan yang tadi mengelilinginya memudar sedikit demi sedikit, menyisakan dirinya yang rapuh, lelah… dan manusia. “Tenaganya terkuras,” gumam Lucien, suaranya genting. “Dia memanggil kekuatan penuh sebelum waktunya. Tubuhnya belum siap.” Sierra pingsan. Dan dunia menjadi senyap untuknya. --- …Dalam Mimpi Sierra terjatuh ke dalam kegelapan. Tapi ini bukan kehampaan. Ini… hangat. Ada desir angin di rambutnya. Rumput di bawah kakinya. Dan sinar lembut matahari pagi. Ia berdiri di tengah padang bunga bulan—bunga langka berwarna keperakan yang hanya mekar d

  • The Devil's Contract   bab 29 Serangan Bulan Merah

    Malam itu sunyi. Langit masih diselimuti kabut merah, dan bulan menggantung besar, seperti mata raksasa yang menyaksikan segalanya dari kejauhan. Di balik pegunungan yang mengitari lembah tersembunyi, sebuah markas batu menjulang, dikelilingi reruntuhan dan pilar-pilar tua. Itulah Markas Lingkaran Hitam—tempat Sierra disekap dan sihir jahat dipelajari secara turun-temurun. Namun malam ini, markas itu takkan lagi sunyi. Barisan Serigala dan Penyihir Dari dalam hutan, Lucien, Selene, dan Elder Fenris berdiri di depan puluhan sosok tinggi berbulu perak: Kawanan Serigala Malam. Di sisi lain, para penyihir pendukung garis lunar—penjaga tradisi kuno yang setia pada darah Moonblood—membentuk barisan. Mereka mengenakan jubah kelam dengan simbol bulan sabit menyala di dada mereka. “Kita tidak hanya bertarung untuk menyelamatkan Sierra,” seru Lucien, lantang. “Kita bertarung untuk masa depan mereka yang diburu… mereka yang hidup dalam bayang-bayang!” Fenris mengaum, dan kawanan ikut mer

  • The Devil's Contract   bab 28 Perburuan Darah dan Api

    Dari balik pohon-pohon raksasa, para pemburu Lingkaran Hitam menyebar dalam formasi setengah lingkaran, perlahan mendekat. Di tangan mereka, senjata-senjata kuno yang telah dimodifikasi dengan sihir peredam aura—dibuat khusus untuk menangkap entitas seperti Sierra.Nyxira memimpin dari depan. Tatapannya tajam, tubuhnya menyala samar karena tato pusaran yang kini berkilau ungu gelap. Dia tak tampak gentar melihat kawanan serigala raksasa itu. Justru, matanya berbinar dengan ambisi:“Dia belum sempurna… kita masih bisa membawanya sebelum perubahannya selesai…”Sinyal dikirim. Dalam sekejap, peluru-peluru mantra dilemparkan ke arah gubuk. Satu demi satu meledak di udara, menciptakan gelombang kejut yang memaksa kawanan serigala mundur. Lucien segera menegakkan perisainya, tapi tidak cukup cepat—Alex terpental ke belakang, menghantam dinding dan pingsan.Sierra meraung, suara bercampur amarah dan kesakitan. “AKU PERINGATKAN… AKU BUKAN MANGSAMU.”Namun pemburu tidak peduli. Mereka hanya b

  • The Devil's Contract   bab 27 Kebangkitan Darah Bulan

    Angin malam mengoyak dedaunan dengan liar. Bulan merah menggantung di atas hutan seperti mata iblis yang terjaga, menyaksikan segala yang terjadi dengan diam penuh ancaman. Kilasan cahaya merah dari langit turun perlahan, seperti kabut yang membakar. Tiba-tiba, Sierra terhuyung mundur. "S-Sierra?!" Lucien segera menghampirinya, tapi Sierra terjatuh berlutut, kedua tangannya mencengkeram dadanya kuat—tepat di bagian kiri. Nafasnya memburu, tubuhnya bergetar hebat. "AaaAAAGHHH!!" Jeritannya menembus sunyi hutan. Bersamaan dengan itu, lolongan panjang kembali terdengar—lebih dekat, lebih kuat, lebih menusuk ke dalam jiwa. AuuuuuuuuuUUUUUUUUUMMMM— Darah mengalir dari hidung Sierra, dan sorotan matanya berubah hitam seperti tinta, namun dengan cahaya keemasan samar di tengah pupilnya. Ada dua kekuatan yang saling bertarung dalam dirinya—yang satu menarik, yang lain menolak. "SIERRA!" Alex berlari memeluknya dari belakang, mencoba menahan tubuh istrinya yang bergetar. "Dia… panas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status