Beranda / Romansa / The Devil's Contract / bab 1 Tawaran Tengah Malam

Share

The Devil's Contract
The Devil's Contract
Penulis: Luna

bab 1 Tawaran Tengah Malam

Penulis: Luna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-04 14:04:47

Hujan turun deras malam itu. Lampu jalan memantulkan cahaya kekuningan di aspal basah, membentuk bayangan-bayangan panjang yang tampak hidup. Di lantai 17 sebuah apartemen mewah, Alex Reynard duduk di depan jendela lebar, menatap kota yang tak pernah tidur dengan tatapan kosong. Cangkir kopi di tangannya sudah dingin sejak satu jam lalu.

Ponselnya terus berbunyi—email dari investor yang kecewa, pesan dari tim manajemen yang meminta keputusan, hingga panggilan tak terjawab dari ibunya. Semua diabaikan.

Perusahaan startup-nya, Nexotech, berada di ujung tanduk. Setelah tiga tahun bekerja siang-malam, menggali ide-ide brilian, membangun tim, membakar tabungan… hasilnya hanya utang dan keputusasaan.

"Aku sudah melakukan segalanya,” gumam Alex lirih, lebih pada dirinya sendiri.

Tepat pukul 00:00, listrik di apartemen itu tiba-tiba mati. Gelap. Hanya suara hujan yang terdengar, dan sesekali kilat menyambar langit.

Lalu, terdengar ketukan di pintu.

Satu... dua... tiga kali. Lembut, tapi ritmenya aneh. Seolah sudah ditentukan sebelumnya.

Alex ragu, tapi rasa penasaran menuntunnya untuk membuka pintu. Di depan sana berdiri seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam elegan dan senyum tenang—terlalu tenang.

“Selamat malam, Tuan Reynard,” ucapnya. Suaranya dalam dan halus, seperti sutra yang diseret di atas kaca. “Bolehkah saya masuk? Saya datang membawa tawaran.”

Alex menatapnya curiga. “Siapa kau?”

Pria itu tersenyum. “Namaku Dante. Dan aku tahu kau sedang berada di ujung tali. Satu tarikan napas lagi, dan semuanya jatuh.”

Darah Alex membeku.

“Aku tak menjual apapun,” lanjut Dante. “Tapi aku menawarkan... kemungkinan.”

Sebelum Alex bisa menutup pintu, Dante sudah ada di dalam. Seolah waktu melompat. Ia duduk santai di sofa, membuka map kulit hitam dan mengeluarkan selembar kertas bersimbol aneh.

“Kontrak ini sederhana. Tandatangani, dan dalam waktu tujuh hari, hidupmu akan berubah. Kekuasaan, kejayaan, uang—semua akan datang. Tapi sebagai gantinya, kau menyerahkan... sesuatu.”

Alex menatap kontrak itu. Tulisan-tulisannya seperti bergoyang, seakan hidup. Nafasnya tercekat. “Apa yang harus aku serahkan?”

Dante tersenyum. “Itu akan terlihat nanti. Tapi percayalah, kau tak akan menyesalinya... pada awalnya.”

Lalu Dante berdiri, menyodorkan pulpen hitam panjang dengan ukiran tengkorak di ujungnya. “Waktu hanya sebentar, Tuan Reynard. Tawaran ini... tidak datang dua kali.”

Dan di tengah kegelapan dan badai malam, dengan tangan bergetar dan pikiran kacau, Alex Reynard menandatangani kontrak itu.

Tanpa sadar... ia baru saja menjual nasibnya sendiri.

Pagi itu, Alex bangun lebih awal dari biasanya. Aneh, mengingat malam sebelumnya ia hanya tidur tiga jam setelah menandatangani kontrak aneh itu. Tapi tubuhnya terasa segar, dan kepalanya lebih jernih dari sebelumnya.

Ia berjalan ke dapur, dan yang pertama menarik perhatiannya adalah... ponselnya. Puluhan notifikasi masuk.

Bukan keluhan, bukan tekanan. Tapi kabar baik.

“Investor utama menyetujui dana tambahan.”

“Proyek yang sempat ditolak disetujui oleh pemerintah.”

“Nama Nexotech masuk dalam daftar startup potensial 2025 oleh majalah bisnis nasional.”

Alex nyaris tak bisa mempercayai matanya. Tangannya gemetar saat menggulir layar. Satu per satu pesan masuk dari orang-orang yang biasanya hanya mendiamkannya—kini memujinya, mengajaknya bertemu, bahkan menawarkan kolaborasi besar.

Dia tertawa kecil, gugup. “Gila. Ini nggak mungkin. Ini... terlalu cepat.”

Tapi semuanya nyata.

Ketika ia keluar apartemen, petugas keamanan menyapanya dengan ramah dan bahkan memuji jam tangan yang dipakainya—padahal itu hadiah dari perusahaan yang ia lupakan. Di jalan, taksi yang biasanya sulit didapat langsung berhenti tanpa ia acungkan tangan. Saat makan siang, seorang CEO yang pernah menghina ide bisnisnya kini duduk di meja yang sama, menawarkan kemitraan eksklusif.

Alex merasa berada dalam mimpi.

Namun, di tengah semua keberuntungan itu...

ada sesuatu yang terasa janggal.

Seorang pengemis tua yang duduk di dekat stasiun sempat menatapnya lama—terlalu lama. Matanya kosong, tapi mulutnya bergerak, seperti menggumamkan sesuatu. Saat Alex menoleh, pria itu sudah menghilang.

Di tempat lain, layar televisi di kafe yang ia lewati tiba-tiba menampilkan berita kecelakaan beruntun. Salah satu mobil di gambar itu... tampak persis seperti milik mantan co-founder-nya yang pernah mengkhianatinya.

Alex mengabaikannya. “Kebetulan,” pikirnya.

Namun, ketika malam tiba dan ia kembali ke apartemen, ia menemukan sesuatu di mejanya—map hitam dengan simbol yang sama seperti semalam.

Tak ada yang masuk ke apartemen itu. Tak ada tanda pintu dibobol. Tapi map itu ada di sana.

Di dalamnya: selembar kertas baru. Isinya hanya satu kalimat:

“Satu sudah dibayar. Enam lagi tersisa.”

Alex membeku.

Apa maksudnya? Enam apa?

Dan kenapa... perasaan tak nyaman mulai tumbuh di dadanya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Devil's Contract   bab 32 Kata yang Tak Terucap dan Danau yang Diam

    Malam mulai tenang, tapi tidak untuk hati Sierra. Ia berdiri diam di balik tenda, jantungnya berdetak tak beraturan. Telinganya masih mengingat suara Lucien dari luar tadi—suara yang terdengar seperti rencana gelap. Tapi bagian dari hatinya menolak percaya.“Lucien gak mungkin… bukan dia… kan?” Namun sejak kejadian Nerine, liontin, dan mimpi tentang ibunya… Sierra tak bisa lagi yakin pada apa pun. --- Sierra Menghadapi Lucien Pagi menjelang. Kabut masih menggantung di antara pepohonan. Sierra menghampiri Lucien, yang sedang berdiri sendirian di dekat formasi pelindung sihir yang ia pasang malam sebelumnya. “Lucien…” Suaranya datar. Lucien menoleh. Matanya lelah, tapi tetap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lebih baik?” tanyanya dengan nada khawatir. Sierra menatap tajam. “Aku dengar percakapanmu semalam. Kau bilang aku harus dipisahkan. Bahwa aku terlalu kuat. Bahwa aku… harus dikendalikan.” Lucien terdiam. “Jadi benar…?” desak Sierra. Lucien menunduk. Tangannya mengepal.

  • The Devil's Contract   bab 31 Bayangan Masa Lalu

    Udara malam masih dingin, tapi tidak lagi mencekam. Tenda penyembuhan tempat Sierra beristirahat terasa tenang. Di luar, para serigala berjaga dengan waspada. Para penyihir lunar mulai menyiapkan mantra pelindung untuk kemungkinan serangan balasan. Tapi di dalam tenda itu, dunia berjalan lebih lambat. Sierra masih pucat. Meski sudah sadar, tubuhnya terasa berat, seolah diselimuti beban tak kasatmata. Rambutnya menjuntai di sisi bantal, dan kulitnya sedikit lebih pucat dari biasanya. Lalu, suara langkah pelan terdengar. "Aku bawa sesuatu buat kamu..." Selene masuk perlahan, membawa mangkuk tanah liat yang mengepul hangat. Di dalamnya, sup herbal berwarna kehijauan menguarkan aroma menyegarkan—campuran akar bulan, daun pelipur lelah, dan tetesan elixir stamina dari bunga langka. “Ini bisa bantu pulihkan stamina kamu. Rasanya… mungkin agak pahit, tapi—” “—aku gak keberatan,” sela Sierra pelan, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih, Selene.” Selene duduk di tepi tempat tidur, me

  • The Devil's Contract   bab 30 Diantara Gelap dan Kenangan

    Langit telah hening. Markas Lingkaran Hitam telah hancur. Batu-batu yang dulu menjulang tinggi kini runtuh, terbakar oleh sisa sihir dan darah. Namun di tengah kemenangan itu, tubuh sang Ratu Serigala ambruk ke tanah. “Sierra!” Alex berteriak, tangannya menangkap tubuh Sierra sebelum menyentuh tanah. Tubuhnya hangat—terlalu hangat. Napasnya berat. Mata emasnya redup, seperti bulan yang perlahan tenggelam. Aura keperakan yang tadi mengelilinginya memudar sedikit demi sedikit, menyisakan dirinya yang rapuh, lelah… dan manusia. “Tenaganya terkuras,” gumam Lucien, suaranya genting. “Dia memanggil kekuatan penuh sebelum waktunya. Tubuhnya belum siap.” Sierra pingsan. Dan dunia menjadi senyap untuknya. --- …Dalam Mimpi Sierra terjatuh ke dalam kegelapan. Tapi ini bukan kehampaan. Ini… hangat. Ada desir angin di rambutnya. Rumput di bawah kakinya. Dan sinar lembut matahari pagi. Ia berdiri di tengah padang bunga bulan—bunga langka berwarna keperakan yang hanya mekar d

  • The Devil's Contract   bab 29 Serangan Bulan Merah

    Malam itu sunyi. Langit masih diselimuti kabut merah, dan bulan menggantung besar, seperti mata raksasa yang menyaksikan segalanya dari kejauhan. Di balik pegunungan yang mengitari lembah tersembunyi, sebuah markas batu menjulang, dikelilingi reruntuhan dan pilar-pilar tua. Itulah Markas Lingkaran Hitam—tempat Sierra disekap dan sihir jahat dipelajari secara turun-temurun. Namun malam ini, markas itu takkan lagi sunyi. Barisan Serigala dan Penyihir Dari dalam hutan, Lucien, Selene, dan Elder Fenris berdiri di depan puluhan sosok tinggi berbulu perak: Kawanan Serigala Malam. Di sisi lain, para penyihir pendukung garis lunar—penjaga tradisi kuno yang setia pada darah Moonblood—membentuk barisan. Mereka mengenakan jubah kelam dengan simbol bulan sabit menyala di dada mereka. “Kita tidak hanya bertarung untuk menyelamatkan Sierra,” seru Lucien, lantang. “Kita bertarung untuk masa depan mereka yang diburu… mereka yang hidup dalam bayang-bayang!” Fenris mengaum, dan kawanan ikut mer

  • The Devil's Contract   bab 28 Perburuan Darah dan Api

    Dari balik pohon-pohon raksasa, para pemburu Lingkaran Hitam menyebar dalam formasi setengah lingkaran, perlahan mendekat. Di tangan mereka, senjata-senjata kuno yang telah dimodifikasi dengan sihir peredam aura—dibuat khusus untuk menangkap entitas seperti Sierra.Nyxira memimpin dari depan. Tatapannya tajam, tubuhnya menyala samar karena tato pusaran yang kini berkilau ungu gelap. Dia tak tampak gentar melihat kawanan serigala raksasa itu. Justru, matanya berbinar dengan ambisi:“Dia belum sempurna… kita masih bisa membawanya sebelum perubahannya selesai…”Sinyal dikirim. Dalam sekejap, peluru-peluru mantra dilemparkan ke arah gubuk. Satu demi satu meledak di udara, menciptakan gelombang kejut yang memaksa kawanan serigala mundur. Lucien segera menegakkan perisainya, tapi tidak cukup cepat—Alex terpental ke belakang, menghantam dinding dan pingsan.Sierra meraung, suara bercampur amarah dan kesakitan. “AKU PERINGATKAN… AKU BUKAN MANGSAMU.”Namun pemburu tidak peduli. Mereka hanya b

  • The Devil's Contract   bab 27 Kebangkitan Darah Bulan

    Angin malam mengoyak dedaunan dengan liar. Bulan merah menggantung di atas hutan seperti mata iblis yang terjaga, menyaksikan segala yang terjadi dengan diam penuh ancaman. Kilasan cahaya merah dari langit turun perlahan, seperti kabut yang membakar. Tiba-tiba, Sierra terhuyung mundur. "S-Sierra?!" Lucien segera menghampirinya, tapi Sierra terjatuh berlutut, kedua tangannya mencengkeram dadanya kuat—tepat di bagian kiri. Nafasnya memburu, tubuhnya bergetar hebat. "AaaAAAGHHH!!" Jeritannya menembus sunyi hutan. Bersamaan dengan itu, lolongan panjang kembali terdengar—lebih dekat, lebih kuat, lebih menusuk ke dalam jiwa. AuuuuuuuuuUUUUUUUUUMMMM— Darah mengalir dari hidung Sierra, dan sorotan matanya berubah hitam seperti tinta, namun dengan cahaya keemasan samar di tengah pupilnya. Ada dua kekuatan yang saling bertarung dalam dirinya—yang satu menarik, yang lain menolak. "SIERRA!" Alex berlari memeluknya dari belakang, mencoba menahan tubuh istrinya yang bergetar. "Dia… panas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status