Home / Romansa / The Devil's Mistress / Longing in Sinful Destiny

Share

Longing in Sinful Destiny

last update Huling Na-update: 2021-05-11 22:07:56

Milly terus menunduk tanpa bicara sepatah kata pun. Jetro baru selesai mandi dan melihat Milly duduk di tepi pembaringan dengan sikap salah tingkah. 

Gadis itu semakin membuat Jetro terpikat. Ia tidak pernah menemui seorang wanita panggilan yang memiliki karakter yang begitu unik dan jauh dari kata liar. 

"Berapa lama kamu menjalani profesi ini?" tanya Jetro. 

Milly mengangkat wajahnya dengan tatapan tidak suka. 

"Perlukah aku menjawab?!" tanya Milly dengan nada tersinggung. Jetro tidak terganggu dengan balasan tersebut. 

"Aku sudah memesanmu untuk dua malam! Usahakan jangan keluar kamar selama aku pergi. Baju ganti nanti akan disiapkan oleh asistenku!" 

Jetro sudah rapi dengan kemeja dan celana panjang. Dengan cepat, pria itu juga memakai sepatu. 

Tanpa pamitan, Jetro meninggalkan Milly. Wanita itu terhenyak. Ini baru pukul lima pagi dan Jetro sudah siap ke kantor? 

Ini pertama kali selama menjalani profesinya, ada pelanggan yang memesan dirinya selama dua malam. 

'Seperti itukah kehidupan orang kaya?' pikir Milly. 

Dengan pikiran yang kusut dan juga tubuh lelah, akhirnya ia tertidur. 

*** 

Milly mengeliat dengan tubuh lurus dan membuka mata pelan-pelan. Kerjapan kelopaknya menajamkan pandangan yang tadinya buram. Milly beringsut dari tempat tidur dan meraih ponselnya. 

"Hah? Jam tiga sore?" pekik Milly sedikit panik. 

Tapi saat menyadari Jetro belum kembali, akhirnya ia bergegas mandi. Ketika melewati meja untuk tamu bersantap, Milly melihat tumpukan baju dengan tag baju yang masih tergantung. 

Milly menoleh kanan dan kiri untuk memastikan baju tersebut untuknya, seperti yang Jetro ucapkan tadi. Milly melihat satu persatu dan matanya terbeliak. 

Baju itu sangat indah dan modelnya kekinian. Belum lagi harga yang tertera. Semua di atas satu juta rupiah! 

Milly belum pernah mengenakan baju mahal seumur hidupnya. Sambil membayangkan dirinya mengenakan baju tersebut, Milly menguyur tubuh sementara bibirnya berdendang. 

Tidak peduli betapa ia tidak menyukai Jetro, ataupun pelanggan lainnya, tapi mendapat hadiah tersebut adalah kebahagiaan tersendiri. 

Milly jarang membeli sesuatu yang istimewa untuknya pribadi. Ia selalu mengutamakan kebutuhan ayah juga adiknya. 

Setelah mematutkan diri di cermin, Milly baru merasa lapar dan memutuskan untuk pergi ke restoran di bawah dengan takut-takut.

Ketika yakin bahwa Jetro tidak akan kembali dalam waktu dekat, langkahnya terasa ringan. Ia mengambil tempat di ujung restoran dan memesan makanan yang bisa membungkam suara cacing di perut yang mulai berteriak meminta jatah.

"Milly!" tepuk Lora dari belakang. Milly menoleh dan terkejut melihat Lora yang sudah ada di hotel seawal ini.

"Tumben kamu udah dateng? Gimana pengalaman dengan sang pangeran tampan? Jena dongkol setengah mati dan mengutuk abis-abisan!" cerocos Lora tanpa jeda. 

Milly tersenyum dan mengedikkan bahu. 

"Biasa aja. Nggak ada yang istimewa. Aku menginap di sini. Dia memesanku dua malam," jawabnya berbohong. 

Tadi malam, dini hari tepatnya, adalah momen yang begitu berkesan untuknya. 

"Nggak ada yang istimewa? Boong ih! Ini baju yang kamu pake masih baru 'kan? Masih ada tagnya lagi!" Seruan Lora menarik perhatian beberapa orang. 

"Lupa," jawab Milly singkat. 

Ia menarik tag tersebut dan menyantap makanannya yang baru datang. 

"Makan, Ra," tawar Milly pada suapan keduanya. Lora mengibaskan tangannya. 

"Udah kenyang. Tapi beneran, kamu beruntung banget bisa dapetin Jetro. Dia yang pilih kamu sendiri lagi!" ucap Lora antusias. Wanita itu kagum akan keberuntungan Milly. 

"Mungkin karena mukaku yang memelas," jawab Milly asal. 

"Lha? Jangan rendah diri gitu, ah! Aku sih ikut seneng, Mill. Nggak tau yang laen. Tapi bodo amatlah, orang mau bilang apa! Yang penting, jangan lupa traktir!" Lora mengecup pipi Milly dan pamit untuk menuju lantai paling atas, Club. Milly menatap temannya dengan termenung. Betulkah seberuntung itu dirinya?

***

Milly baru saja hendak membuka pintu mansion room, tempat ia dan Jetro tidur semalam, saat panggilan dari Renzo melengking. 

Dengan hati masih menyimpan kedongkolan, Milly terpaksa menoleh. Senyum yang mirip dengan seringai serigala itu membuat Milly muak. 

"Ah! Akhirnya aku menemukan kamu, Milly! Gadis favoritku!" seru Renzo dengan keramahan yang dibuat-buat. 

"Ya, kenapa?" tanya Milly tanpa ekspresi, datar.

"Aku hanya ingin menanyakan kabar Tuan Six? Apakah dia senang? Puas?" tanya Renzo sembari sesekali melirik ke dalam celah pintu yang terbuka sedikit. 

"Tanyakan sendiri nanti! Dia lagi nggak ada!" sahut Milly ketus. Ia masih mengingat perlakuan Renzo yang jauh dari kata manusiawi padanya. 

Ketika mengetahui bahwa Jetro sedang tidak ada, Renzo mencengkeram tangan Milly kuat-kuat dan memutarnya. 

"Aduh! Sakit!" pekik Milly meringis. 

"Dengar, Pelacur Cilik! Jangan memperlakukan aku dengan tidak hormat! Aku bisa menendangmu dari hotel ini dan kamu akan berakhir jadi pelacur jalanan! Tahu?!" bentak Renzo kini terlihat bengis dengan mata merah melotot. 

Milly melepas tangan satunya dari pegangan pintu dan mencoba melepaskan diri. 

"Silahkan pecat aku, Renzo! Aku tidak peduli!" pekik Milly. 

Renzo semakin memutar tangan mungil itu hingga Milly menjerit kesakitan. 

Mendadak pintu kamar, yang tadinya sempat tertutup, kini terkuak. Jetro muncul dengan handuk dan tubuh setengah basah. 

"Hei, Milly? Apakah kau baik-baik saja, Sayang?!" seru Jetro terdengar khawatir. 

Renzo dengan gugup melepas puntiran tangannya. Milly mengelus pergelangan tangan dan menunjukkan ekspresi sakit yang jelas tergambar pada raut wajahnya.  

"Selamat sore, Tuan Six! Aku hanya menyapa Milly dan memastikan kalian berdua senang!" ucap Renzo dengan raut muka penuh kepalsuan. 

"Sore, Renzo! Milly ayolah masuk, aku sudah menunggumu!" ajak Jetro makin menunjukkan jika Milly sangat istimewa untuknya. 

Milly berjalan masuk ke kamar dengan buru-buru. Dirinya sangat ketakutan bukan disebabkan oleh intimidasi Renzo, tapi karena Jetro kembali dan memergoki dirinya keluar kamar. 

"Renzo!" panggil Jetro sebelum menutup pintu. 

Direktur yang tidak memiliki kharisma elegan sedikit pun itu mendekat. 

"Aku sangat menyukai Milly. Jika kau berani menyentuhnya lagi, aku akan mencincang tubuhmu hingga hancur. Tidak ada yang bisa menyentuh Milly selain aku. Ok? Paham?" 

Tangan Jetro menepuk pipi Renzo dengan pelan dan Renzo mengiyakan dengan gugup. 

Kalimat yang diucapkan sangat pelan dan datar. Namun mampu menimbulkan efek yang luar biasa pada Renzo. 

Pintu kembali tertutup dan Renzo yang tadinya membungkuk dengan wajah memucat, segera meninggalkan tempat tersebut sambil setengah berlari. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Devil's Mistress   The Devil Mistress

    Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil

  • The Devil's Mistress   Jetro Six is Back

    Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari

  • The Devil's Mistress   One Life Replace Another

    Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil

  • The Devil's Mistress   Roller Coaster Life

    Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya

  • The Devil's Mistress   Damn Soul Rest in Regret

    Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.

  • The Devil's Mistress   Every Creature Deserve

    Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status