Share

Chapter 2

Author: Dedek Chan
last update Last Updated: 2021-09-09 17:17:48

"Jika kau tidak tau apa yang aku pikirkan. Berhentilah menebak, bodoh!" [Rey R. R.]

______

Sesuai janjinya kepada Mariam, hari ini Ray memutuskan untuk jalan-jalan. Ya walaupun tidak lama tapi Ray harus berusaha sebaik mungkin agar dirinya tidak dianggap boneka lagi oleh keluarga Robertson.

Ray berdecak kesal, hampir 30 menit dirinya menunggu di gerbang manshion tapi batang hidung Mariam tidak juga muncul membuat Ray semakin kesal.

"Dimana perawan tua itu." geram Ray.

Karena lelah menunggu, Ray memutuskan untuk berjalan sendirian keluar manshion.

Tidak begitu buruk tapi cukup membuat kaki Ray gemetaran. Pasalnya banyak pasang mata yang menatap aneh ke arahnya. Apanya yang salah? Dengan cepat Ray memeriksa keadaan dirinya. Baik-baik saja malahan terlihat sangat tampan.

Ray mengacuhkan semua pasang mata yang melihatnya dan memilih untuk fokus berjalan.

Sudah lama rasanya dirinya tidak keluar manshion. Terakhir kali dirinya keluar manshion saat berusia 9 tahun. Ya, bisa dibilang dirinya adalah boneka langka yang disimpan pemiliknya agar tidak disentuh oleh orang lain.

Ray terkekeh pelan, tidak mungkin. Bahkan keluarganya tidak peduli sedikitpun apa yang terjadi kepadanya.

Ray terus mengedarkan pandangannya. Sangat sejuk. Ditambah ada banyak pohon tinggi yang menghiasi tepi jalan membuat jalanan menjadi teduh dan adem.

Bukan hanya itu saja, terdapat banyak orang yang berlarian atau biasa disebut dengan lari pagi serta beberapa kedai kecil yang menjual minuman dan makanan ringan.

Senyuman mulai terukir di bibir tipis Ray. Kenapa tidak dari dulu saja dirinya keluar manshion?

Saking kagumnya, Ray tak menyadari bahwa dirinya berjalan sampai ditengah jalan membuat mobil dibelakangnya berhenti mendadak.

"Hei bocah, jangan menghalangi jalanku!"

Ray tersentak dengan cepat Ray berlari ke pinggir jalan melihat pengemudi mobil tadi menatap tidak suka ke arahnya.

"Maaf." ujar Ray.

"Lain kali pakai matamu!"

Setelah puas membentak Ray, pengemudi tadi melanjukan mobilnya meninggalkan Ray yang berusaha menenangkan detak jantungnya.

"Huhfff hampir saja." gumam Ray.

Baru saja Ray ingin melangkah, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menghampirinya. "Kakak, apa yang kau pegang itu?" tanyanya.

Ray mengerti dengan apa yang dikatakannya membuat Ray refleks menyembunyikan creepy dollnya di belakang punggungnya.

"Apa itu? Aku ingin melihatnya."

Anak kecil itu terus memutari tubuh Ray membuat Ray kewalahan, "Jangan mengangguku!" teriak Ray membuat anak kecil tadi terdiam dan menangis kencang.

Melihat hal itu membuat Ray merasa cemas. Ray takut kalau ada orang yang membencinya. Ray tidak sengaja, sungguh. Begitulah pikir Ray.

Ray melihat sekelilingnya dan benar saja sesuai dugaan Ray banyak pasang mata yang menatap tak suka ke arah dirinya membuat rasa cemas dan takut kembali menghantui Ray.

"Apa yang kau lakukan kepada anakku?"

Ray menatap ke depan, terlihat seorang wanita yang berlari ke arahnya dan memeluk anak kecil tadi.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Ibu, kakak itu memarahiku." rengek anak kecil.

Dengan cepat Ray menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak salah. Dia yang salah."

"Jauhi anakku dasar aneh."

Ibu anak kecil tadi dengan cepat mengendong anaknya dan membawanya pergi meninggalkan Ray sendirian yang masih terpaku di tempatnya berdiri.

Ray menyentuh dadanya merasakan debaran yang amat kencang menandai dirinya mengalami kecemasan berlebihan.

"Ray!"

Ray mengenali suara itu. Dengan cepat Ray berbalik dan terlihatlah Mariam berlari ke arahnya.

"Kenapa Anda pergi meninggalkanku. Kalau -"

Ucapan Mariam terhenti karena Ray yang tiba-tiba memeluknya dengan erat. Ray merasa sangat takut, oleh karena itulah dirinya memeluk Mariam.

Merasakan tubuh Ray yang bergetar hebat membuat Mariam mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Dengan lembut, Mariam membalas pelukan Ray dan mengecup puncak kepalanya.

"Jangan takut, ada aku di sini." bisik Mariam.

Seolah seperti sebuah sihir, membuat Ray kembali tenang dan melonggarkan pelukannya kepada Mariam.

Ray mendonggakkan kepalanya menatap wajah Mariam yang menatap lembut ke arahnya.

"Aku ingin pulang, ayo." ajak Ray.

Mendengar ajakan Ray, tangan Mariam terulur untuk mengelus wajah tampan Ray membuat pemiliknya memejamkan mata.

"Nanti saja. Kita harus jalan-jalan dulu sebentar -"

"Tapi aku takut." potong Ray.

Mariam mengerti apa yang dimaksud oleh Ray. Sangat susah untuk Ray bisa berbaur dengan lingkungan sekitar.

"Tidak akan terjadi sesuatu. Kali ini ada aku yang menemanimu." bujuk Mariam.

Ray menganggukkan kepalanya menyerah mengikuti apa yang dikatakan oleh Mariam.

"Sekarang pegang tanganku dan kita akan jalan-jalan. Mau es krim?" tanya Mariam.

Ray memegangi dagunya menimang tawaran Mariam. "Tidak buruk juga. Baiklah."

Mariam tersenyum dan membawa Ray menuju kedai es krim. Setelah mendapatkan es krim, Mariam kembali membawa Ray jalan-jalan.

Mariam melirik Ray sekilas. Terlihat sangat lucu saat Ray menjilati es krimnya. Oh ayolah, Ray sudah besar tapi ada banyak es krim yang berlepotan di ujung bibirnya membuat Mariam terkekeh geli.

Tiba-tiba Mariam merasakan perutnya kembali bergejolak. Alasan Mariam telat tadi karena perutnya sangat mulas efek memakan cabai terlalu banyak.

"Tuan muda, bisakah Anda menunggu sebentar. Aku ingin buang air besar." ujar Mariam.

Belum saja Ray menjawab Mariam sudah lari terlebih dahulu mencari toilet terdekat. Ray menghembuskan napasnya dan kembali melihat disekitarnya.

Setelah merasa semuanya aman, Ray duduk di kursi taman kembali menikmati es krimnya yang hampir saja cair.

Saat sedang asik menikmati es krimnya, mata Ray tak sengaja melihat dompet berwarna pink yang tergeletak tak berdaya di kaki kursi taman.

Karena rasa penasaran, Ray mengambil dompet tersebut dan memeriksanya. Terdapat beberapa kartu, foto dan beberapa lembar uang di dalamnya.

Ray melihat foto di dompet tersebut. Seorang wanita. Entah kenapa Ray tertarik untuk mengembalikan dompet tersebut kepada pemiliknya.

Entah sebuah keberuntungan atau hanya sekedar kebetulan, pemilik dompet tersebut berjalan melewatinya dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir sembari menoleh kesana kemari hendak mencari sesuatu.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Ray bangkit menghampiri gadis tersebut.

"Permisi nona." serunya.

Gadis muda tersebut menoleh dan mendapati Ray menatap ragu ke arahnya.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya.

Ray meneguk salivanya dengan kasar dan menyodorkan sebuah dompet berwarna pink ke arah gadis tadi membuatnya terpekik senang.

"Kau menemukan dompetku? Terima kasih."

Tanpa gadis itu sadari, sebuah senyuman yang sangat langka terukir di bibir tipis Ray. Entah kenapa Ray merasa senang. Ray merasa ini pertama kalinya ada orang asing yang berterima kasih kepadanya.

"Dimana kau menemukannya? Oh Tuhan aku sangat beruntung sekali. Kalau tidak ada kau, entah bagaimana nasib dompetku sekarang."

Bukannya menjawab, Ray malah semakin mengembangkan senyumannya menghiraukan es krimnya yang mulai cair di tangannya.

Melihat hal itu, gadis itu tertawa pelan dan meraih tisu untuk membersihkan sisa es krim di bibir Ray.

"Kau seperti anak kecil saja. Nah, sekarang sudah bersih." ujarnya.

Mendapatkan perlakuan aneh, Ray merasa malu. Entah kenapa, Ray merasakan kedua pipinya terasa panas. Ingin rasanya Ray menyembunyikan wajahnya.

Sekali lagi, gadis itu tertawa melihat reaksi Ray yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Kau lucu sekali. Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanyanya.

Ray menundukkan pandangannya tak berani menatap mata indah itu, "Ray." jawab Ray singkat.

"Namamu bagus. Tidak ada nama belakang?" tanyanya.

Ray ingin mengatakannya tapi Ray tak ingin orang lain tau siapa dirinya mengingat ayahnya yang menyembunyikan identitasnya di publik.

Dengan pelan, Ray menggelengkan kepalanya sembari memeluk creepy dollnya erat.

Gadis itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti, "Begitu. Baiklah giliranku. Namaku Elvara Viandra. Panggil saja Vara." ujarnya sembari mengulurkan tangannya kepada Ray.

Dengan ragu, Ray menyambut ukuran tangan tersebut. Terasa sangat hangat berbeda dengan tangannya yang terasa sangat dingin.

"Tanganmu dingin sekali." ujar gadis itu, Vara.

"Ah iya memang seperti itu." balas Ray sembari melepaskan pengutan tangannya karena merasa tak enak.

"Baiklah kalau begitu. Aku harus pergi, semoga kita bertemu lagi."

Vara berjalan melewati tubuh Ray yang terasa membeku. Ray merasa tak terima. Ray ingin mengobrol lebih lama lagi dengan Vara, tapi...

Dengan cepat Ray berbalik menatap punggung Vara yang mulai menjauh.

"Vara ya. Tidak buruk." gumam Ray.

"Siapa itu?"

Ray terkejut setengah mati mendengar bisikan Mariam. Bukannya meminta maaf, Mariam malah tertawa terbahak-bahak membuat Ray kesal dibuatnya.

"Siapa yang Anda lihat, Tuan muda?" tanya Mariam diikuti kedipan matanya yang menjijikan menurut Ray.

"Bukan urusanmu." balas Ray dengan malas.

Mariam tersenyum penuh makna membuat Ray semakin kesal. "Ayo pulang. Aku sudah lelah." elak Ray.

Mariam berusaha menyembunyikan senyumannya karena sedari awal Mariam melihat bagaimana interaksi Ray dengan gadis cantik tadi.

"Aku harap Tuan muda mulai terbiasa." gumam Mariam yang tentu saja hanya dirinya yang dapat mendengarnya.

********

Setelah kejadian itu, Ray merasa matanya tak mengantuk lagi. Lebih tepatnya pikiran Ray selalu terarahkan kepada gadis yang ditemuinya tadi pagi.

Vara. Nama yang sangat bagus. Bahkan lebih bagus dari pada namanya.

"Jangan mudah percaya kepada orang lain, pengecut."

Merasa terganggu, Ray menoleh ke arah Rey. Seketika raut wajah Ray berubah kembali menjadi datar. Apa yang dikatakan Rey ada benarnya. Seharusnya dirinya tidak begitu mudah percaya kepada orang lain.

Tapi mengingat senyuman tulus dari wajah cantik Vara, Ray membuat pengecualian.

"Aku khawatir kau mulai terjebak dengan mulut manisnya."

Ray memilih bungkam, tak menghiraukan ucapan Rey yang entah kenapa rasanya benar sekali.

Ray kembali menatap Rey dengan intens, "Lalu menurutmu, apa kesanmu kepadanya?" tanya Ray.

"Kesanku? Kau bertanya sesuatu yang tidak penting nak. Tentu saja kesanku tidak baik. Aku khawatir kau mendadak menjadi pendiam lagi." balas Rey.

"Hn, kau benar. Lebih baik aku tidak mendengarnya." lirih Ray.

"Lebih baik begitu."

Lama keduanya terdiam sampai pada akhirnya suara ribut terdengar dari lantai bawah membuat Ray dan Rey saling pandang.

"Apa yang terjadi?" tanya Ray.

"Mari kita lihat."

Dengan cepat Ray turun dari king size miliknya berlari menuruni anak tangga. Ray melihat Ibunya, Nisa yang dipeluk oleh Bryan sembari menangis histeris. Entah apa yang terjadi membuat Ray bingung.

Mariam yang melihat kehadiran Ray dengan cepat membawa Ray kembali menuju kamarnya sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Tuan muda, kenapa Anda turun? Ayo, kita kembali." ajak Mariam.

Ray menghempaskan pegangan tangan Mariam dan berjalan menuju Nisa, ibunya. Tapi baru beberapa langkah, dengan cepat Mariam menyeret Ray dan membawanya menaiki anak tangga.

"Lepaskan aku Mariam. Apa yang terjadi?" tanya Ray tak sabaran.

"Tuan muda, ayo kita kembali ke kamar."

Ray terus memberontak berusaha melepaskan tarikan paksa dari Mariam sehingga sebuah teriakan berhasil membuat tubuhnya lemas.

"Roy tidak mungkin meninggal!"

DEG.

Bagaikan sebuah hantaman besar membuat Ray seketika langsung terduduk lemas, tidak berdaya. Apa yang terjadi? Apakah Ray melewatkan sesuatu? Roy meninggal? Kakaknya? Tapi, kenapa?

Creepy doll terjatuh dari pelukan Ray, merasakan sesak Ray memegangi dadanya sembari mengatur napasnya.

"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi! Roy!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 34

    "Tolong, aku tidak ingin menjadi boneka pertunjukanmu." [Ray R. R.]_______Ray memasang wajah datarnya merasa bosan dengan keempat pria di depannya. Penampilannya tentu saja menyeramkan layaknya preman tapi mereka terus berdebat layaknya anak kecil.Dilihatnya creepy dollnya yang masih duduk manis di atas tanah dekat tepi danau. Ray menganggukkan kepalanya membiarkan jiwa jahatnya beraksi malam ini.Saat keempat pria yang masih asik berdebat itu seketika berhenti berdebat saat manik mata mereka tak sengaja melihat bayangan serta perubahan yang terjadi kepada boneka yang sangat aneh menurut mereka.Creepy doll milik Ray bergerak perlahan dan mulai membesar dengan gerakan patah-patah serta wujud yang semakin menyeramkan.Sontak keempat pria itu menjerit ketakutan dan berlari terbirit-birit sembari berteriak meminta pertolongan.Sedan

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 33

    "Untuk apa aku takut? Bahkan saat seluruh dunia membenciku sekali pun, aku tetap tidak akan peduli." [Ray R. R.]_________Hari sudah mulai gelap, tapi tak membuat Vara berhenti untuk berpikir. Kakinya yang mulai penat karena sedari tadi mondar mandir seperti setrika pun tak dihiraukannya.Saat ini yang sedang Vara pikirkan adalah Ray. Hei tentu saja. Sebagai seorang kekasih, tentu saja Vara merasa sangat khawatir apa lagi pagi tadi Vara menamparnya. Vara yakin, Ray pasti sangat marah kepadanya padahal Ray hanya bermaksud untuk menciumnya saja.Itu sesuatu yang sering terjadi kepada sepasang kekasih bukan? Tapi masalahnya yang sedang Vara pikirkan adalah Ray sangat keterlaluan. Saat Vara sudah menerima ciuman kasarnya, Ray malah meremas salah satu gundukan kembarnya dan hal itulah yang membuat Vara marah. Jadi Vara tidak bersalah bukan?Ah entahlah. Vara meremas ram

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 32

    "Dasar kau ini. Aku hanya bercanda, kenapa kau marah sekali? Ini bukan dirimu." [Rey R. R.]_______"Kau harus berhati-hati Ray. Jangan sampai dia membuka ponselmu dan menemukan percakapanmu dengan Mios." Ujar Rey.Seketika wajah Ray menjadi dingin setelah mendengar apa yang Rey katakan, "Dia tidak akan bisa membuka ponselku. Kalau pun bisa, aku tidak akan melepaskannya."Mendengar apa yang Ray katakan membuat senyuman Rey terukir lebar seketika. Melihat senyuman lebar Rey membuat Ray ikut tersenyum dengan lebar."Ada apa dengan senyumanmu itu? Apa kau merencanakan sesuatu?" Tanya Ray.Yang ditanya hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Melihat Rey yang tertawa, Ray sudah bisa menduga kalau jiwa jahatnya itu memiliki rencana jahat. Oleh karena itu Ray harus berhati-hati kedepannya."Jangan seperti itu Ray. Aku tidak merencanakan rencana

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 31

    "Jangan melihatku seperti itu. Kalau kau ingin tertawa, silahkan." [Ray R. R.]______Dan saat itu juga...Vara terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk. Napasnya tak beraturan seperti orang sehabis lari marathon.Wajahnya terlihat sangat pucat dengan peluh yang membanjiri wajahnya yang putih. Vara masih terdiam, berusaha untuk mencerna apa yang terjadi barusan.Sinar mentari yang sangat menyilaukan pun tak mampu membuat Vara tersadar bahwa saat ini sudah pagi.Dengan terburu-buru Vara menyentuh tangannya dan memeriksanya dengan teliti. Tak hanya itu saja, Vara bahkan menyentuh wajah dan anggota tubuhnya yang lainnya. Ternyata masih utuh, batinnya.Perlahan Vara menyentuh dadanya yang jantungnya tak berhenti berdegum kencang. Kesadaran Vara belum pulih sepenuhnya, karena itulah Vara masih terdiam membisu.Vara

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 30

    "Ternyata benar. Aku hanya menjadi mainan mereka sedari awal." [Ray R. R.]_______Dan disaat itulah Vara kembali tersadar dan yakin dengan pendengarannya, karena setelah melumat bibirnya Ray kembali menyatakan perasaannya."I love you, Vara."Vara masih membeku, berusaha mencerna apa yang dikatakan Ray tadi. Perlahan senyuman terukir di bibirnya yang bengkak membuat Ray yakin kalau Vara menerimanya.Dan benar tebakan Ray, Vara akhirnya mencium Ray kembali dan kali ini Vara yang memulainya terlebih dahulu.Ciuman yang diberikan Vara adalah sebagai jawaban kalau Vara menerima untuk menjadi kekasih Ray.Pangutan keduanya lepas, Ray menatap Vara dengan tatapan sayu. Perlahan Vara memajukan wajahnya sembari berbisik, "I love you too, Ray."***

  • The Evil Soul's Twin   Pemberitahuan!

    Hallo pembaca setia Ray. Selamat pagi, siang, sore, malam, kapan pun kalian baca ini lah:v Maaf ya author lama update sampai ada yang nanya-nanya lagi, "Kak up nya kapan?", " Kak jangan lama-lama dong.", "Kak langsung double up ya." Hehe maaf ya, nilai author ada yang kosong jadi harus author perbaiki dulu eakkk ya kan, namanya juga author masih pelajar, agak ribet. Tapi kalau semuanya udah kelar, author bakalan rajin update kok. Author bakalan kasi ending terindah untuk kalian, jadi tenang aja. Author ngk bakalan ngegantungin cerita tapi untuk sekarang bersabar aja ya. Tetap tungguin kelanjutan perjalanan Ray ya, jangan sampai ketinggalan:)) By Dedek Chan♥

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 29

    "Jangan seperti itu lagi. Apa kau tau? Kau membuatku sedih." [Elvara Viandra]________Sedangkan Vara hanya bisa tersenyum malu-malu dan menundukkan kepalanya karena merasa kedua pipinya terasa panas."Ayo kita makan, aku sudah lapar. Aku juga tidak sabar ingin mencicipi masakan calon menantuku." Ujar Bryan memecah keheningan.Setelah selesai makan, Ray mengantar Vara pulang kembali ke kostannya. Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya di dalam mobil sampailah saat Vara turun, Vara masih engan untuk mengucapkan terima kasih kepada Ray."Sampai jumpa." Ujar Ray.Vara mendonggakkan kepalanya. Vara dapat melihat semburat rona merah di kedua pipi Ray membuat Vara tersenyum. "Terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu." Balas Vara."Seharusnya aku yang mengatakan itu."Setelah mengatakannya, Ray menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Vara yang masih bingung, tidak mengerti dengan apa yang Ray katakan.

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 28

    "Lihatlah, aku malah berharap. Apa dia senang membuatku seperti itu?" [Elvara Viandra]______Vara mengernyitkan dahinya bingung, "Aku harus pulang, ini sudah malam Ray. Kalau aku tidak pulang, aku harus tidur dimana?" Tanya Vara."Tidurlah bersamaku.""Apa?!"Kedua mata Vara terbelalak tak percaya setelah mendengar apa yang Ray katakan. Dan yang lebih parahnya lagi, Ray mengatakannya dengan wajah tak berdosanya."Tidak! Kenapa aku harus tidur denganmu? Aku bisa pulang sendiri, kau tidak perlu khawatir." Tolak Vara.Ray meremas sedikit pergelangan tangan Vara membuat empunya meringis kesakitan. "Jangan salah faham. Ini sudah larut, tidak ada taksi yang lewat. Sopirku sedang cuti, aku juga tidak bisa mengantarmu. Dan sekarang Ayahku pasti sudah tidur. Lebih baik kau tidur di sini saja."Vara terdiam, berusaha menyima

  • The Evil Soul's Twin   Chapter 27

    "Jangan mendengar apa yang orang lain katakan padamu Ray. Ketahuilah, mereka hanya iri kepadamu." [Rey R. R.] ________ Rey berdiri disana, di air kolam yang memantulkan sinar bulan. Tersenyum hangat ke arahnya serta lambaian tangan menyapanya. Ray terpaku melihat Rey yang berdiri sembari tersenyum ke arahnya. "Hai Ray, apa kau merindukanku?" Tanya Rey. Perlahan Ray menganggukkan kepalanya dengan raut wajah yang berubah menjadi sendu. Sendu yang mengisyaratkan kalau dirinya sedih karena berpisah dari Rey. Rey hanya tersenyum melihat respon yang diberikan Ray. "Aku tau apa yang terjadi belakangan ini. Kau pasti sangat lelah." Lagi dan lagi Ray hanya bisa menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang Rey katakan. "Kemana saja kau selama ini? Apa kau tau? Aku sangat kesepian. Aku merasa seperti menjadi orang yang bodoh dan tak berdaya tanpamu." L

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status