Share

9. Tunggu Aku!

Rhys Dimitri Oxley

“Apa ini?” Aku tegak berdiri saat Audrey Mika Dawson menghadangku di loby hotel tempat aku akan menghadiri pertemuan dengan salah satu rekan bisnis legalku.

“Kenangan terakhir kakakku untukmu.” Dia tersenyum manis, menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang padaku.

“Siapa yang memintamu melakukan ini?” Kutatap tajam dia dengan tujuan agar mulai detik ini, berhenti mengikutiku di setiap dia memiliki kesempatan sekecil apa pun itu.

Audrey Mika yang sangat tidak mirip dengan mantan kekasih lamaku yang sudah tiada itu, tersenyum sinis.

“Tentu saja aku melakukan apa yang tidak pernah sempat dia lakukan untukmu, Rhys. Untuk semua rasa sakit yang dia terima darimu.”

“Kau ingin balas dendam?”

“Itu rahasia.”

“Bagus. Coba saja.” Aku berjalan melewatinya. Sudah ada Lucas yang akan mengatasi Audrey untukku.

“Rhys! Aku butuh alasan kenapa kau tidak datang ke acara pelelangan buku-buku kakakku. Kau—akh! Lepas!”

Aku mendengar itu. Lucas akan menyeret dan mengusirnya ribuan kali, tapi entah bagaimana wanita itu selalu memiliki mental baja dan cara tersendiri untuk menjumpaiku disela kesibukanku.

Terlalu gigih!

Bukan suka, aku justru muak! Sama sekali tidak terkesan. Apalagi jika wajah Olive melintas. Seketika aku merasa cemas jika wanita itu justru bisa melihatku kapan saja. Meski itu mustahil. Olive atau ZeeZee, tidak akan pernah sudi kembali ke Yellowrin.

Aku tahu, itu sama saja dengan luka dan membuka kenangan buruk kembali di depan wajahnya.

Tapi aku merindukannya. Aku akan segera ke Halbur saat pertemuan ini selesai. Lucas sudah menyiapkan segalanya untukku dan bersedia menggantikan apa yang bisa dia gantikan saat aku bertemu Olive.

Sepekan. Aku berencana melepas rinduku selama satu minggu bersamanya. Itu cukup. Aku sudah mengerjakan semua pekerjaan bagianku yang utama sejak beberapa minggu lalu. Sisanya sudah kuserahkan pada Lucas dan tugas penting lainnya untuk kelima adikku juga sudah jelas.

Olive dan aku tidak saling menghubungi. Aku minta maaf untuk itu karena terus sibuk menyelesaikan semua ini agar segera bisa bertemu dengannya. Aku butuh waktu sedikit lebih lama bersama Olive.

Sebelumnya, aku hanya bisa tinggal selama dua atau tiga hari. Aku tahu Olive tidak pernah memprotes sikapku karena dia sendiri tidak bisa menjumpaiku ke Yellowrin.

Ah, baiklah. Aku bisa mengirim satu pesan singkat sembari menunggu pintu elevator terbuka.

[Hai, Sayang. Tidak merindukanku? Ayo bicara ditelepon setelah aku selesai rapat satu jam lagi]

Tersenyum senang dalam hati, satu jam tidak akan lama lagi. Aku bisa menunggu.

Benar, dua jam sudah berlalu. Jangankan membalas pesanku, ponselnya bahkan tidak bisa dihubungi. Ada apa ini? Firasat burukku segera bekerja dengan cepat. Aku tidak akan menanyai Osen Murald karena dia berteman dengan adikku, Lui. Jadi sudah saatnya meminta Jonathan Albern untuk fokus mengawasi Olive lebih serius dari sebelumnya.

“Halo, Bos.” Suara ceria Jonathan terdengar. Itu artinya uang yang kukirimkan selama dua tahun untuk tugasnya mengawasi Olive dengan pengawasan yang longgar tidaklah kurang, justru lebih.

“Bagaimana Halbur?” Basi-basi lebih dulu. Jujur saja, Jonathan tidak bisa kuanggap sebagai pesuruhku. Dia lebih seperti teman berbeda usia. Dia sepantaran dengan Ludwig dan Luigi. Ibarat Lucas, Jonathan juga sama menyenangkannya untukku.

Nyaris seperti keluarga.

“Begini-begini saja. Ayolah, Bos. Kau menghubungiku bukan untuk itu, tapi ingin tahu keadaan kekasihmu, bukan?”

Kami serentak tertawa. Tawaku yang sebenarnya berisi kegelisahan.

“Apa yang terjadi selama aku tidak berkunjung?”

“Tidak ada, Bos. Hanya saja terakhir kali aku melihat penatu nona Olive, tidak ada lagi nona Hyra Lewis di sana. Maksudku, sepertinya kekasihmu itu kini bekerja sendirian.”

Untuk hal ini aku tidak terkejut. Olivia Finley yang berasal dari ZeeZee Dimitri Oxley adalah orang yang sama, akan selalu seperti itu. Wanita cantik keras kepala yang senang memberontak.

Terakhir yang kutahu, tidak ada kesulitan finansial yang dialami wanitaku. Seingatku juga, Olive lebih mengutamakan hidup normal dengan pendapatan seadanya.

Dia selalu mengembalikan uang yang kukirimkan padanya setiap kali dia menyadari ada tambahan dana yang masuk ke rekeningnya.

Benar-benar keras kepala!

“Apa tidak ada pria yang …” Aku tidak berniat melanjutkan tapi harus kutanyakan, “yang mendekati kekasihku?”

“Tidak, Bos. Sejauh ini tidak ada. Untuk sekedar saling menyapa, mengobrol ringan, atau hal-hal kecil seperti itu aku beberapa kali melihatnya. Namun aku yakin itu hanya bagian dari sikap ramah tamah nona Olive pada orang lain yang ada di sekitarnya.”

“Hmm, kau benar.” Aku setuju. Untuk hal itu, aku tidak merasa ada yang salah. “Tapi Jon, mulai sekarang awasi Olive lebih ketat lagi. Pantau dia setiap hari. Aku mencurigai sesuatu.”

“Oke, Bos.”

Panggilan kuakhiri. Sekarang saatnya bersiap karena aku akan berangkat menuju ke bandara. Tunggu aku, Olive.

“Tuan, nona Audrey Mika Dawson tampaknya sedang mengalami kesulitan.”

Pernyataan Lucas membuatku urung memejamkan mata. “Apa menurutmu aku harus tahu?”

“Maaf, Tuan. Sepertinya Anda harus tahu karena ini menyangkut tentang mendiang nona Megan Laura Dawson.”

“Apa itu?”

“Nona Audrey menyetujui salah satu media luar negeri untuk menyoroti kehidupan nona Megan sebagai seorang penulis novel fantasi dari masa kecil hingga akhir hayatnya. Kemungkinan besar, media itu bekerjasama dengan rumah produksi film untuk memfilmkan kisah hidup nona Megan beserta penyebab kematiannya yang dianggap masih misteri.

Nona Audrey Mika yang akan menjadi nara sumbernya. Dia menyetujui itu karena mengalami kesulitan keuangan, Tuan.” Lucas memperhatikanku lewat kaca spion bagian dalam.

Dasar wanita murahan!

Berani sekali dia.

“Atur rencana pertemuan dengan semua yang berkaitan dengan media atau rumah produksi film itu. Lakukan sekarang, Lucas.”

“Baik, Tuan. Tapi bagaimana dengan keberangkatan Anda ke Halbur?”

Aku menghela napas begitu kesal. Terus menunda untuk bertemu Olive membuatku benci pada diriku sendiri.

“Kita batalkan sampai aku bicara pada orang-orang yang berniat mempersingkat hidup mereka. Siapkan rencana lain jika orang-orang itu berulah. Seperti biasa, Lucas. Jangan segan melubangi kepala mereka jika tidak ada yang sepakat dengan apa yang kuinginkan.”

“Baik, aku mengerti.”

Sial!

Seharusnya ini tidak perlu terjadi andai aku bersikap lebih keras dan tegas lagi pada adik Megan. Entah kenapa wanita itu begitu gigih ingin menggangguku, tapi tidak dengan cara yang bisa menarik minatku sama sekali.

Kupikir itu karena ketidakmampuannya. Dia berusaha menarikku dalam permainan kecilnya yang dia pikir bisa mempengaruhiku. Tidak, sampai kapan pun tidak. Jika si jalang itu menganggap bahwa aku akan peduli padanya karena dia coba mengusikku melalui Megan, itu salah besar.

Aku tidak segan untuk menyakitinya lebih dari sekedar membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan seperti beberapa waktu lalu.

Audrey Mika Dawson. Biasanya aku tidak menyukai musuh dalam wujud seorang wanita. Sekarang, karena tingkahnya sudah melampaui batas di mana aku tidak bisa mentoleransi lagi sikapnya, dia akan kuanggap sebagai musuhku.

Jika Audrey Mika tidak bisa menjaga sikapnya, aku dengan sangat tidak segan pasti akan melenyapkan dia selamanya dari dunia ini.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status