Share

[2]

Giselle menatap pria bertubuh kekar itu keluar dari ruangannya. Membiarkan Jose pergi begitu saja. Merasa direndahkan dengan kalimat terakhirnya, Giselle membuang muka merasa kesal. Dia berucap,"Cih! Jangan bertingkah seperti kau tahu semuanya, berengsek!"

~o0o~

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Giselle keluar dari kamarnya dengan gaun berwarna silver dengan atasan yang terbuka dan potongan yang tinggi di bagian bawah. Rambut panjang yang sengaja dia kuncir membuat pundak mulus dan leher jenjangnya terlihat begitu menggoda. Riasan wajah yang tipis dan pewarna bibir berwarna merah mempercantik wajah kecilnya. Giselle sudah siap untuk menghipnotis siapapun yang menoleh padanya.

Giselle menuruni tangga dan melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Setiap mata yang menoleh padanya akan berdecak kagum dengan kecantikan seorang Giselle Barclay. 

Taman belakang kediaman keluarga Barclay sudah disulap menjadi tempat yang begitu indah malam ini. Lampu hias yang disusun dengan sempurna, lilin yang menyala di setiap meja bundar untuk para tamu, dan dekorasi lainnya yang bernilai puluhan ribu dollar ikut andil memperindah tempat ini. Tidak lupa, singgasana untuk pasangan kekasih, pemeran utama pesta malam ini. Bukankah terlalu berlebihan jika pesta ini hanya disebut sebagai pesta pertunangan? 

Orang pertama yang ingin GIselle hampiri tentu saja Natalie--sang kakak. Namun belum sempat kakinya melangkah mendekat ke arah Natalie, seseorang menariknya.

"Tidak bisakah kau membiarkan Natalie bahagia malam ini tanpa kekacauan akibat ulahmu?" Selena memperingati Giselle. "Kami sudah bersusah payah menyiapkan semua ini untuk Natalie," tambahnya.

Giselle menatap tangannya yang dicengkeram begitu kuat oleh Selena--sang ibu. pandangannya kemudian beralih pada wajah ibu yang tampak sangat marah melihat kehadirannya malam ini.

"Bisakah Ibu bersikap lebih baik padaku? Tidak hanya ucapan, tetapi tindakanmu juga melukaiku." Giselle menarik kuat pergelangan tangannya, tampak warna kemerahan di kulit putihnya jejak bekas genggaman Selana.

Selena menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada tamu undangan yang memperhatikan mereka. Selena berucap dengan pelan,"Kau menarik perhatian para tamu, seolah kau adalah pemilik pesta malam ini. Aku tidak ingin Natalie sedih karena hal itu."

Giselle menarik napas dalam dan membuangnya pelan sembari memejamkan matanya erat. Terbesit suatu emosi yang tidak bisa Giselle sampaikan, mengingat bahwa wanita berdiri di depannya ini adalah ibunya. 

"Baiklah, aku pergi." Giselle tersenyum. "Tapi, ibu harus mengakui bahwa aku lebih menarik daripada Natalie, kan?" ucap Giselle berbisik tepat di daun telinga Selena. Pandangan jatuh pada wajah memerah Selena.

Selena mengepalkan tangannya, dia hendak menampar mulut anak bungsunya yang sudah melewati batas. Namun, semua itu tidak bisa dia lakukan saat ini, banyak orang yang akan memperhatikan tindakannya.

Giselle tersenyum puas mendapati raut wajah ibunya yang berubah drastis dengan amarah yang tertahan. Ibunya tidak bisa melakukan apapun pada dirinya saat ini.

"Kirimkan ucapan selamatku untuk Natalie, Ibu." Giselle mengakhiri percakapan mereka dan berlalu pergi dari hadapan Selena.

~o0o~

Pesta panjang telah usai dilaksanakan. Para tamu undangan yang hadir malam ini sudah pulang, meninggalkan aktivitas membersihkan halaman belakang oleh para pelayan. Untuk hari ini, para pelayan harus bekerja ekstra, bahkan Selena menginginkan rumahnya dalam keadaan bersih besok pagi.

Jam sudah menunjukkan jam satu malam. Suara gelak tawa masih terdengar dari ruang tamu, mereka semua tampak antusias menceritakan pesta malam ini.

Harry Barclay yang pertama kali menyadari kedatangan Giselle dari lantai dua, langsung menyapa anak bungsunya itu. Pria itu berkata, "Giselle, kemarilah!"

Giselle yang tadinya hendak keluar rumah, membelokkan langkahnya menuju ruang tamu. Ia menghampiri sang ayah yang memanggilnya.

Matanya menyapu setiap wajah yang menjadikan dirinya pusat perhatian. Sosok pria di samping Natalie selalu menarik perhatiannya. Malam ini, pria itu ditemani oleh neneknya yang masih terlihat sehat, walaupun harus duduk di kursi roda.

"Ayah tidak melihatmu di pesta. Apa kau terlalu sibuk, sehingga tidak bisa hadir di pesta pertunangan saudarimu?" tanya Harry masih memperlihatkan senyum di wajahnya.

Giselle mengalihkan pandangannya pada Selena. Ibunya itu hanya bersikap acuh tak acuh, seolah tidak terjadi apapun antara mereka saat di pesta.

"Ibu melarangku datang," ucap Giselle to the point. "Dia takut jika aku akan membuat kekacauan di pesta Natalie. Bukankah seperti itu, Ibu?" tambahnya. Seringai tipis terukir di wajah cantik Giselle saat matanya bertemu dengan pandangan Selena.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status