Share

PEMILIK MU

Author: TantriMariana
last update Last Updated: 2024-07-09 00:55:04

"Dia sudah makan?" tanya Alfonzo dengan nada rendahnya pada salah satu maid dibalas gelengan oleh maid tersebut.

"Siapkan makanan, sekarang!"

"Baik Tuan."

Maid itu beringsut mundur dari hadapan Alfonzo, sedangkan pria dengan tubuh tegap itu mendirikan tubuhnya dan menganggukkan kepalanya kala maid suruhannya kembali membawa nampan berisi makanan untuk Gia. Alfonzo meraih nampan itu dengan satu tangannya lalu menjalankan kakinya menuju kamar Gia.

Pria itu menempelkan ibu jarinya pada alat finger print hingga terdengar bunyi kunci yang terbuka, Alfonzo membuka pintu kamar Gia dengan satu kakinya, ia meletakkan nampan berisi makanan tersebut tepat diatas nakas sementara pandangannya mengedar mencari sosok sang empu kamar.

"Gia?"

"Gia?!" Alfonzo berseru keras ia bahkan membuka paksa pintu kamar mandi dan menemukan tubuh Gia yang menggigil di bawah guyuran shower.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Alfonzo berteriak seraya mendesis tajam pada Gia yang justru memundurkan tubuhnya seolah menjauhi langkah Alfonzo yang mulai memasuki kamar mandi dengan membawa dua kain bathrobe sekaligus.

"Lepas," lirih Gia yang di dengar oleh Alfonzo, namun pria itu sama sekali tak mempedulikan ucapan Gia.

Alfonzo memakaikan bathrobe itu pada tubuh Gia kemudian mendirikan tubuh lemas wanita itu dan menuntunnya menuju ranjang.

"No! Aku akan berganti sendiri," larang Gia kala Alfonzo akan membuka kaitan kancing kemejanya.

Gia memegang lengan Alfonzo dengan jarinya yang dingin, pria itu menatap manik hijau Gia yang entah mengapa mampu membuat Alfonzo merinding dibuatnya.

"Gantilah bajumu, semua baju sudah aku siapkan di dalam walk in closet," ujar Alfonzo seraya berdehem pelan, sungguh ia sesak menatap manik redup Gia.

Alfonzo memundurkan langkah kakinya, pria itu menatap Gia sekilas kemudian meninggalkannya di dalam kamar besar miliknya.

Sementara di dalam kamar, Gia menangisi kehidupannya namun ia menatap ke atas seakan ia bisa menatap wajah sang ibu yang selalu menguatkannya, ia meneguhkan hatinya untuk bisa hidup berdampingan bersama pria yang sudah membelinya, Gia akan berusaha dengan ikhlas menerima Alfonzo sebagai pemiliknya, Gia akan berusaha dan beradaptasi untuk menerima kehadiran Alfonzo yang terlalu tiba-tiba dalam hidupnya.

Wanita itu berjalan menuju walk in closet kemudian membuka salah satu lemari di sana yang ternyata berisi berbagai macam pakaian wanita, mulai dari underwear sampai outer semuanya tersedia bahkan beberapa hiasan aksesoris juga tertata rapih.

Tangannya meraih salah satu dress selutut dengan warna biru laut dan ia pun mengganti bajunya dengan dress tersebut, ia menyanggul rambutnya ke atas.

Tak seberapa lama pintu kembali terbuka menimbulkan bunyi decitan yang cukup keras namun Gia sangat paham siapa si empunya karena aroma kayu-kayuan begitu tercium di indra penciumannya.

"Gia?" panggil Alfonzo dengan suara beratnya, pria itu mengetuk pintu walk in closet pelan dan disahuti oleh Gia.

"Ya, aku di dalam."

"Cepat keluar dan makanlah, malam ini temani aku ke pesta."

"Apa?!"

"Jangan berteriak, santai saja."

Gia keluar dari walk in closet dan menatap Alfonzo dari atas sampai bawah, dasi kupu-kupu yang terlepas dan kemeja putih polosnya berhasil membuat Gia terhenyak seketika, bayangan tentang Leonardo kembali menyergapnya namun wanita itu dengan cepat menguasai dirinya sendiri.

"Ekhm, ya kenapa?"

"Duduklah," ujar Alfonzo dengan memasukkan satu tangannya di saku celana.

Gia menuruti ucapan Alfonzo dan mendudukkan tubuhnya tepat di sofa yang berhadapan dengan Alfonzo yang tengah memamerkan wajah datar plus dinginnya.

"Kenapa?" Gia mengulang pertanyaannya, jujur saja ia harap ia salah dengar dengan kata 'pesta' yang diucapkan Alfonzo. Hell! Dia baru pertama keli ke Roma dan ia tak mengerti bahasa Italia!

Alfonzo mendudukkan tubuhnya di sofa single yang menghadap tempat tidur yang sudah ditempati oleh Gia. Pria itu meraih sebuah dokumen kemudian memberikannya pada Gia.

"Itu adalah biodatamu, kau dan semua orang yang kau sayangi berada di genggamanku, katakan aku iblis karena mengurungmu di mansion besarku, namun harus kau tau nyatanya kau sudah memiliki pemilik, dan itu adalah aku, I’m your owner."

"Aku mengerti," ucap Gia lemas, mau bagaimana lagi bukan? Nyatanya apa yang diucapkan oleh Alfonzo tak ada yang salah, Gia saat ini sudah milik pria itu dan seberapa banyaknya cara Gia untuk lepas dari Alfonzo lagi dan lagi ia akan kalah.

"Jadi aku harus apa?" tanya Gia lemas.

"Dengarkan aku, sekarang makanlah dan desainer akan datang untuk mendandanimu, kita akan ke ulang tahun perusahaan milik klien ku."

Gia menghembuskan napasnya pelan kemudian mengangguk setuju. "Baiklah."

"Makanlah."

Gia memakan makanan yang sudah tersedia tepat di tengah meja, wanita itu memakan risotto dengan sesekali melirik pada Alfonzo yang terlihat sekali tengah mengawasinya.

"Bisakah kau hentikan menatapku seperti itu? Aku risih dengan tatapanmu, tampak sekali tak sopan," ucap Gia dengan mengunyah makanannya.

Alfonzo tertawa pelan kala tebakan wanita itu tepat sasaran, ia menyatukan tangannya dan menatap Gia tajam.

"Katakan siapa Artha?"

Gia membeku ditempatnya kala nama itu disebut oleh Alfonzo, ia menatap Alfonzo takut-takut kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau pemilikku bukan? Kalau begitu bisakah kita jalani hidup kita untuk saat ini? Aku tak ingin membahas masa lalu. Lagi pula tak ada satu hal pun dari masa lalu ku yang ingin aku bagi denganmu, karena kau hanya seseorang yang datang tanpa diundang di dalam hidupku, dan tentunya kau tak aku harapkan sama sekali," ucap Gia berani menatap manik Alfonzo tajam, sungguh menghadapi sifat dingin Leonardo berhasil melatih Gia menjadi wanita yang bisa menaklukkan pria dingin sejenis Leonardo ataupun Alfonzo sekalipun.

"Ya, baiklah. Lanjutkan makanmu," Alfonzo mendirikan tubuhnya ia pun meraih ponselnya kemudian menggeser ikon hijau kala salah satu orang kepercayaannya di The Devil menghubunginya.

"Ya, katakan ada apa?"

"Begini Tuan, beberapa pengirim senapan untuk kita berhenti secara mendadak. Aku tak tau ada masalah apa, tapi yang jelas kita kekurangan senjata."

"Aku kesana sekarang."

"Baik Tuan."

Alfonzo melangkahkan kakinya menjauhi posisi Gia dan membuka pintu kamar Gia dan mengunci pintu wanita itu lagi namun sebelum itu ia samar-samar mendengar teriakan Gia.

"No!! JANGAN KUNCI LAGI! KU MOHON AKU INGIN BEBAS SETIDAKNYA DARI KAMAR INI, AKU INGIN HIDUP SELAYAKNYA MANUSIA, ALFONZO, AKU INGIN HIDUP SEPERTI MANUSIA BUKAN HEWAN PELIHARAAN MU! YA WALAUPUN KAU SUDAH MEMBELIKU TAPI AKU TETAP MANUSIA YANG MEMILIKI KEBEBASAN!" teriak Gia lantang seraya menggedor pintu.

Alfonzo memutar tubuhnya dan menatap pintu yang sudah ia kunci, pria itu kembali membukanya dan menemukan Gia berdiri dengan wajah merahnya, jelas sekali kemarahan berada di manik hijau wanita itu.

"Kenapa kau berteriak?"

"Aku perlu kebebasan Al, walaupun kau mengurungku di mansion mu tapi aku ingin hidup, aku tak ingin menghabiskan sisa hidupku di kamar ini."

"Apa yang akan kau berikan padaku jika aku menuruti kemauanmu?"

"Kau memerasku?" tuduh Gia cepat namun pria itu justru mengusap dagunya pelan sekali seraya berjalan hingga berjarak lima jengkal saja dari tempat berdiri Gia saat ini.

"Aku tak memeras mu Gia, kita hanya bertukar. Kau ingin kebebasan lalu apa yang kau tawarkan untuk mendapatkan kebebasan itu?" tanya Alfonzo dengan smirk tipisnya.

"Aku ... "

"Kau tak bisa memberikan apapun untukku? Maka kau tak akan dapatkan kebebasanmu."

"No!"

"Katakan apa yang kau berikan untukku?"

Wanita itu menatap Alfonzo kemudian menghela napasnya lembut.

"Aku memberikan apa yang menjadi hak mu, dan aku memberikan apa yang menjadi tujuanmu membeliku, kau bisa melakukan apapun pada tubuhku, aku tak akan menolakmu. Kita akan hidup selayaknya orang yang hanya mengenal di kamar ini, namun diluar itu kau dan aku hidup seakan kita tak mengenal, kau bisa mengatur ku apabila aku sudah melewati batasanku, sedangkan aku bisa menegurmu apabila kau pula meleati batasanmu, bagaimana?"

"Menarik, baiklah aku setuju," ujar Alfonzo dibalas anggukan pelan dari Gia.

Alfonzo mendekati lagi tubuh Gia hingga tubuh itu terkurung tepat di antara tembok dan kedua lengan Alfonzo, tangan besar Alfonzo meraih sisi wajah Gia kemudian menciumnya lembut.

"Kau tampak berbeda Gia, kau sangat menggoda dan menantang. Aku menyukaimu," bisik Alfonzo tepat di telinga kanan Gia, tubuh wanita itu bergetar hebat deru napas Alfonzo sangat hangat menerpa tengkuknya yang tak tertutup.

"Bersiaplah." Alfonzo kembali keluar dari kamar Gia namun pria itu tak menutup atau menguncinya lagi, ia benar-benar menepati ucapannya.

Gia bernapas dengan lega, setidaknya ia bisa hidup dengan layak meskipun kini ia benar-benar menjadi jalang, namun ia tak memberikan tubuhnya pada pria lain selain Alfonzo, pemiliknya.

***

The Devil's Headquarters, Roma

"France!"

"Yes Sir."

"Apa masalahnya?" tanya Alfonzo seraya melepaskan kancing jasnya dan duduk tepat di kursi bulu berwarna hitam pekat di tengah ruangannya.

"Gudang senjata kita di Sisilia sudah mulai kekurangan senjata Tuan, banyak dari pemasok senjata kita berhenti bekerja entah karena alasan apa, tapi yang jelas mereka memutus kontrak sepihak."

"Teliti dan laporkan segera padaku mengapa mereka bisa melakukan hal ini pada Renzuis."

"Baik Sir."

"Ada lagi France?" tanya Alfonzo kembali dengan menyesap cerutunya.

France mengangguk lalu meraih peta Roma dan membuka peta tersebut tepat di depan Alfonzo dan menunjuk titik merah yang berlokasi sekitar 7 kilometer dari markas The Devil.

"Seseorang menawarkan senjatanya pada kita dan gudang senjatanya berada di sini Tuan, kita bisa memesan senjatanya jika anda mengizinkan. Semua keputusan berada di tangan anda, Sir."

"Jenisnya?"

"150 senapan, 75 granat yang sudah dimodifikasi, 50 revolver dan 15 hulu ledak."

"Pasarnya?"

"Berpusat di Asia namun beberapa gudangnya berada di Eropa."

"Siapa namanya?"

"Thomas Franscholin."

"Atur pertemuanku dengannya, aku ingin bicara padanya sekarang."

"Tapi Sir."

"Lakukan France!"

"Yes Sir."

France membalikkan tubuhnya dan menghubungi Thomas, hingga akhirnya ia kembali menatap Alfonzo.

"Mr. Franscholin bersedia bertemu dengan anda sekarang Tuan, ia mengadakan pertemuannya di gudangnya."

"Siapkan kendaraan!"

"Baik."

Alfonzo melepaskan jas hitamnya menyisahkan turtleneck hitam yang melekat di tubuhnya, pria itu memasuki mobil hitam yang dikendarai oleh France dan dikawal oleh lima mobil bodyguardnya, mereka menuju gudang Thomas.

Sesampainya di gedung Thomas, Alfonzo dan beberapa bodyguard memasuki gedung yang terlihat cukup tua namun siapa sangka di dalamnya lengkap dengan rentetan senapan yang berjejer rapih di dalam etalase.

"Mr. Renzuis."

Alfonzo menatap asal suara dimana pria yang tampak gagah dengan balutan jas hitamnya berjalan menuju tempat Alfonzo berada.

"Piacere di conoscerti, Sig. Renzuis."

"Sì, piacere di conoscerti anche Mr. Franscholin."

"I heard you have a decent gun for us Mr. Franscholin, I think I'm quite interested in your weapons according to my assistant, I can see your collection Mr. Feanscholin?" ucap Alfonzo dengan senyum miringnya.

"Sure, kami memiliki beberapa senjata yang dimodifikasi hingga berbeda dengan model aslinya, mari saya tunjukkan," ucap Thomas seraya berjalan menuju sisi kiri dari area senapan.

"Ini adalah revolver dengan peluru yang bisa meledak jika sudah mengenai sasaran, anda bisa gunakan ini untuk membunuh musuh dalam satu kali tembakan," ucap Thomas seraya menunjuk revolver hitam dan memberikannya pada Alfonzo, pria itu memeriksa dan dengan sekali tembakan ia mencobanya seperti yang Thomas katakan, dan benar saja pot yang menjadi sasaran Alfonzo sudah hancur berkeping-keping.

"Aku menginginkannya tiga peti, satu peti masing-masing berisi 7 revolver apa kau bersedia Thomas?"

"Sure, aku dengan senang hati. Mari aku beri kejutan lagi."

"Tentu."

Thomas memberikan senapan berwarna coklat pada Alfonzo dan pria itu pun memeriksa senapan yang diberikan Thomas.

"Senapan itu adalah senapan hasil modifikasi kami juga Mr. Renzuis, sistemnya hampir sama dengan revolver tadi hanya saja pelurunya lebih banyak dan jika anda gunakan dari jarak yang cukup jauh tapi saya bisa pastikan sasaran anda akan meledak dalam waktu dua sampai tiga menit setelah tembakan mengenai sasaran."

"Aku tertarik aku ingin lima peti, dari jenis yang sama, Thomas."

"Baik, ada lagi?"

"No, kurasa ini sudah cukup kami akan kembali berkunjung apabila kami membutuhkan senjata lagi Mr. Franscholin."

"Tentu aku akan menerimamu dengan senang hati."

"Kalau begitu aku permisi."

"Ya, senang berbisnis dengan anda Mr. Renzuis."

"Ya, aku akan kirimkan uangku setelah barangmu aku dapatkan."

"Tentu."

Alfonzo berjalan keluar dari gudang milik Thomas kemudian memasuki mobil mereka masing-masing, Alfonzo sesekali menatap jalanan kota Roma yang penuh dan sesak ia hanya mencoba mencerna setiap permasalahan yang ia hadapi semenjak bertemu dengan Gia, tak dapat ia pungkiri perlahan sisi dirinya mulai berubah dan ia pun tak mengerti ada apa dengan dirinya kini.

Alfonzo kembali menatap France dan berdehem pelan. "France, kembali ke mansion dan siapkan beberapa bodyguard untuk menyiapkan pengawal untukku malam ini."

"Baik Tuan."

Alfonzo menghela napasnya kala mobil yang ia tumpangi berhenti tepat di depan mansionnya. Pria itu membuka pintu mobilnya dan berjalan dengan tegas menuju mansionnya, maniknya mengedar dan ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar Gia, pria itu membuka pintu kamar Gia dan menemukan wanita itu dibalut dengan gaun merah sepaha dengan renda di bagian depannya, entah mengapa napas Alfonzo tercekat menatap Gia saat ini, bahkan pria itu lupa cara bernapas saat menatap wajah Gia yang dipoles make up yang tak terlalu menor namun menggoda.

"She's very beautiful!"

••••

TO BE CONTINUED...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FIVE

    Alfonzo langsung bergegas dan meninggalkan meeting yang sedang berjalan saat mengetahui keadaan istrinya yang konon pingsan di lobby, pria itu segera bergerak dan menuju ke ruangannya untuk bertemu dengan Gia. Tapi sebelum benar-benar memasuki ruangannya, Alfonzo justru bertabrakan dengan France. "France! Apa kau tak bisa melihat dengan benar, huh?!" sentak Alfonzo yang mulai terpancing karena kepanikan yang menderanya."Sig, maaf aku tak bermaksud begitu. Tadi aku berlari karena tau jika Nyonya pingsan dan kau pasti butuh bantuan ku, jadi apa yang bisa aku bantu Sig?" tanya France begitu mengerti kondisi yang sedang berlangsung.Alfonzo mengangguk dan ia menepuk bahu France bangga. "Bagus, sekarang kau ambil flashdisk yang ada pada Gia.""Maksud mu ini, Sig? Aku menemukannya di lobby dan segera membawanya.""Ya benar, sekarang kau menggantikan ku di ruangan meeting. Semua materi ada di dalam flashdisk itu ku harap kau mengerti dengan apa yang harus kau lakukan, France.""Yes Sig." F

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FOUR

    Five Years Later ...."Mommy! Kemarin Theo bertemu dengan Gerrardo, dia mendapatkan adik barunya, kapan Mommy akan memberikan aku adik baru seperti Gerrardo? Kata Papà-nya Gerrardo aku bisa meminta adik baru kepada Mommy dan Papà, aku takut pada Papà jadi aku meminta kepadamu, jadi kapan Mom?" tanya Theodore dengan mata yang berbinar. Sedangkan Gia sendiri seakan tak bisa mengatakan banyak hal selain merasa gugup dan juga sedih dengan pertanyaan yang diberikan oleh Theodore. Memang Gia sudah lama mengharapkan kehadiran sang anak kedua setelah kejadian lima tahun yang lalu, Theodore bahkan selalu meminta untuk mendapatkan teman yaitu sang adik, tapi Alfonzo selalu memberikan harapan, dan Gia cukup lelah sebab ia merasa sering dikecewakan. Ia sering terlambat mendapat tamu bulanannya, tapi selalu saja tak seperti apa yang di harapkan. "Theo, maafkan Mommy. Mommy juga tidak tau kapan adik kecil Theodore akan datang tapi mungkin sebentar lagi.""Mommy selalu berkata sebentar lagi terus m

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART THREE

    "We have to stop this." Gia tersadar dan ia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alfonzo. Wanita itu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Alfonzo masih menggenggam tangan suaminya tersebut."Kau benar, ayo naik lagi." Alfonzo membalas ajakan Gia dengan senyum tipisnya, keduanya segera kembali ke lantai utama dimana kamar Theodore berada.Sesampainya di depan kamar Theodore, Alfonzo menghentikan langkahnya dan menatap Gia. "Aku harus bertemu dengan France untuk membicarakan beberapa hal, tak apa jika aku tinggal?""Tentu saja kenapa aku bermasalah dengan itu?"Alfonzo tersenyum, ia mencium kening Gia sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu untuk bertemu dengan France dan membahas mengenai dunia gelapnya. "France!" seru Alfonzo memanggil sang asisten, tak lama yang dipanggil pun akhirnya datang dan berhadapan langsung dengan sang tuan."Ada yang bisa aku lakukan untuk mu, Sig?" tanya France dengan menundukkan kepalanya penuh hormat kepada Alfonzo."Kita ke markas sekarang."

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART TWO

    Alfonzo melepaskan pelukannya dari tubuh Gia, ia menatap sang istri dengan penuh cinta lalu menggenggam tangannya erat mengecupnya begitu lembut penuh dengan kasih sayang. "Kita harus kembali ke pesta, sebelum nanti ada yang menyadari ketidakhadiran kita berdua."Gia mengangguk mengerti dengan apa yang di maksud oleh Alfonzo, ia pun segera mendirikan tubuhnya keduanya berjalan beriringan menuju ke taman dan kembali menyambung keceriaan pesta ulang tahun sang anak. Tak lama Leonardo dan Florence datang menghampiri Alfonzo dan juga Gia. "Hei aku sudah mencari kalian dari tadi tapi tak dapat menemukan kalian, dari mana kalian berdua?" tanya Florence penasaran."Well, kami hanya berbicara sesuatu hal di bagian belakang, Flo," jawab Gia diiringi senyum manisnya.Florence tersenyum manis ia mengusap bahu Gia. "Putramu sangat tampan, Gia. Dia menuruni warna mata Alfonzo," ucapnya memuji ketampanan putra Gia."Terimakasih banyak Flo, sama seperti Theodore yang mewarisi warna mata Alfonzo, put

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART ONE

    "Mom, where is my birthday present?"Gia tersadar dari lamunannya dan ia segera mengalihkan fokusnya yang semula terpaku pada taman yang ada di depan mansion, ia tau harusnya ia tak mengalihkan fokusnya dari ulang tahun Theodore tapi memang akhir-akhir ini ia selalu saja kehilangan fokusnya tanpa sadar. "Sorry honey, Mommy tak sengaja. Sebentar, Mommy ambilkan spesial untuk mu," ucap Gia seraya mendirikan tubuhnya ia menyentuh kepala Theodore sebelum akhirnya berlalu memasuki mansion meninggalkan para tamu undangan yang tengah berbahagia di ulang tahun Theodore yang ketiga.Sementara di sisi lain Alfonzo bisa merasakan keanehan pada Gia, ia sadar sejak dua bulan yang lalu tepatnya semenjak Gia tau bahwa ia kehilangan bayinya ia berubah secara perlahan menjadi pendiam, Gia sering sekali melamun dan kehilangan fokusnya tapi Alfonzo bisa apa, sudah ribuan kali ia menghibur Gia tapi Gia tak juga bisa move on dari kejadian pahit itu. "Hei, ada apa Al? Kenapa terdiam menatap Gia seperti itu

  • The Heaven Jail   BAB 50 || UNEXPECTED ENDING

    "NO!!" Gia berteriak sesaat setelah melihat Alfonzo yang masih belum bangun dari simpuhannya tapi tetap di tendang dengan kasar oleh Xavier.Davis tak dapat berbuat banyak, pria itu sibuk membidik musuhnya hingga tak melihat kondisi Alfonzo yang benar-benar sudah berada di titik terendah. Gia menggeram marah saat kedua cekalan di tangannya semakin erat ia menatap kedua anak buah Alfonzo dengan mata merah dan penuh air matanya. "Lepas! Kau ingin Tuanmu mati disana, huh! Kau gila! Lepaskan aku!" sentak Gia tajam.Kedua The Devil itu menundukkan kepalanya ia terlalu patuh terhadap perintah Alfonzo yang akhirnya membuat ia diam tak berkutik dan hanya bisa menjaga Gia tetap aman. "Kami tak bisa lepaskan Nyonya apapun yang terjadi sesuai dengan perintah Tuan," ucap salah satu The Devil yang mencekal lengan Gia.Gia menggelengkan kepalanya. "Dasar bodoh!" sentak Gia.Sementara Alfonzo, pria itu sudah tak bisa lagi untuk fokus. Telinganya berdenging dan pandangannya memburam ia tak bisa melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status