Dijual dan Dipelihara oleh seorang Milyarder. Mungkin nasib terburuk bagi seorang Giavana Adeslay. Namun, dibalik semua itu ia yakin, cintanya pada teman masa kecilnya akan terbalas. Tapi nyatanya saat ia berhasil keluar dari cengkeraman sang Milyarder dan bertemu teman masa kecilnya, ia justru semakin menderita kala mengetahui fakta bahwa pria yang ia cintai telah menikah dan telah bahagia. Lain dengan seorang Don Alfonzo Renzuis, ia terobsesi pada jalang peliharaannya sendiri. Satu-satunya wanita yang menolak cinta yang ia sembunyikan jauh dari lubuk hatinya. "Hidupku sudah hancur semenjak kau datang dan merenggut segalanya." Giavana Adeslay (21) "Wanita seperti apa kau hingga menolak cintaku?!" Don Alfonzo Renzuis (27).
View More"Lepaskan aku Max!"
"Diamlah Gia, Leonardo sendiri yang memintaku untuk menemanimu."
"Lepaskan aku sialan!!"
Gia menatap sekeliling dan matanya menangkap sosok seorang pria yang tengah berjalan ke arahnya.
"HELP ME!!"
Maxime langsung membekap Gia kala wanita itu berteriak, Maxime langsung menghentakkan tubuh Gia dan mendorong wanita itu ke dalam apartemennya. Pria itu dengan teganya mencekoki Gia dengan obat tidur.
Gia perlahan mulai kehilangan kesadarannya, ia menatap sosok Maxime yang mulai membuka jas yang ia tengah pakai saat ini. Pikirannya ingin segera pergi dan berlari kala peringatan bahaya begitu kentara di depannya namun tubuh Gia melemah apalagi matanya yang terasa berat hingga akhirnya ia pun mulai memejamkan matanya.
***
Terbangun dalam keadaan telanjang membuat Gia tersentak kaget, air mata langsung terkumpul di sudut matanya saat ini, ia bahkan langsung meraih selimut putih yang ada di bawah ranjang dan membelilitkan ke tubuhnya yang polos.
Dengan tubuh yang bergetar hebat, Gia berusaha meraih ponselnya hendak menghubungi pria yang ia cintai namun saat mengingat pria itu sendiri yang membiarkan Maxime bersamanya membuat Gia mengetatkan rahangnya menahan amarah.
Menghapus air mata dengan sangat kasar dan membanting ponsel itu dengan kasar, Gia lalu menuruni ranjang dan menuju kamar mandi ia tak memperdulikan sosok pria yang tengah tertidur dengan tenang di atas ranjang, Gia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya berusaha menghapus jejak merah yang ditinggalkan si brengsek Maxime di tubuhnya.
Gia meluruhkan tubuhnya dengan air shower yang terus turun, Gia memukul dinding berkali-kali ia bahkan merutuki kelakuan bejat Maxime dan Leonardo, sungguh! Rasanya ia sangat ingin membunuh Maxime namun rasanya ia tak bisa gegabah. Ia harus bisa menahan diri.
Gia keluar dari kamar mandi dengan kain bathrobe di tubuhnya bisa ia lihat Maxime sudah bangun dari tidurnya lalu menatap Gia dengan senyum yang sangat Gia benci.
"Terimakasih Gia, tapi maafkan aku. Aku tak bisa menahan diriku."
"Kau pikir aku tak tau akal busukmu?! Kau sengaja melakukan ini semua bukan?! Kau memang tak beres! Aku akan adukan ini pada Leonardo! Dan percayalah ia akan membunuhmu Max!"
Maxime langsung mendirikan tubuhnya, ia langsung menghentakkan Gia hingga tubuh wanita itu membentur tembok dengan kencang. Maxime mencengkeram dagu Gia dengan kencang.
"Kau pikir Leonardo akan percaya padamu?!"
"Lalu apa kau pikir ia akan biarkan aku hancur di tanganmu?! Kau brengsek Max!"
"Well, aku akan bilang kau dan aku melakukan ini karena sama-sama suka. Karena sepengetahuan Leonardo kita saling mencintai."
"Tak akan semudah itu bodoh!"
"Lepas!" lanjut Gia dengan menyentak Maxime namun Maxime justru tertawa kencang dan jujur Gia sedikit takut dengan suara tawa Maxime.
"LEPASKAN AKU MAX!"
"Jangan marah Gia."
"AKU BERSUMPAH AKU AKAN MENGADUKAN SEMUA INI PADA LEONARDO! DAN KAU AKAN MATI DITANGANNYA!"
"Kita lihat saja nanti."
Maxime keluar dari apartemennya menyisahkan Gia dengan rahangnya yang mengetat sempurna. Sungguh Gia rasanya ingin sekali menghajar Maxime namun ia harus lebih sabar ia harus menghubungi Leonardo agar pria itu yang membalas Maxime.
Gia meraih ponsel Maxime yang tertinggal diatas nakas lalu mendeal nomor Leonardo.
"Hallo, ada apa Max?"
"Leo."
"Gia, ada apa? Kenapa suaramu serak? Kau sakitkah? Aku akan mengirimkan sup kesukaan mu pada Maxime nanti."
"Leo, Maxime dia_"
"Tak apa, aku tau dia sangat mencintaimu. Kalau begitu aku tutup dulu yah, Alexa sudah menunggu kau istirahat yang cukup agar kau tak sakit."
"Leonardo!" Gia memanggil Leonardo dengan sentakannya namun itu sama sekali tak berpengaruh karena pria itu sudah menutup sambungan teleponnya sepihak.
Gia berusaha kembali menghubungi Leonardo, namun ponsel pria itu sibuk. Baiklah, kini akhirnya ia merasa sangat sendiri.
"Aku bersumpah kalian harus membayar semua ini! Kalian harus terima akibatnya!"
Gia meraih sebotol vodka dan memecahkannya, tangannya terulur meraih pecahan kaca itu lalu mengarahkannya ke pergelangan tangan kanannya.
Gia benar-benar melukai tangannya sendiri, ia menangis sejadi-jadinya kala fakta menamparnya sangat menyakitkan. Pria yang sangat ia cintai nyatanya mencintai wanita lain, dan dalam keadaan ia yang butuh sosok Leonardo, pria itu justru bersama dengan Alexa.
Sialan sekali bukan?! Ia ingin bersama Leonardo dengan bantuan Maxime namun Leonardo menyalahartikan kedekatannya dengan Maxime bahkan Leonardo membiarkan Maxime yang tengah mabuk pergi membawanya padahal Gia sudah berulang kali menolak namun Leonardo tetap memaksa dan lihat kejadiannya.
Miris, mungkin kata itu cocok untuk digambarkan untuk seorang Giavana Adeslay, ia menangis kembali kala mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Leonardo. Artha-nya sudah mencintai orang lain dan bukan ia wanitanya.
Kesadarannya mulai terenggut dan tubuh wanita itu pun terjatuh diatas lantai dingin apartemen Maxime yang dilapisi oleh karpet bulu.
***
Kembali terbangun dengan harapan sudah berada di surga adalah keinginan Gia. Namun nyatanya saat mata itu terbuka ia menemukan dirinya berada diatas sofa dengan ruangan gelap dan lampu kecil yang berwarna-warni. Gia bangun dari baringannya dan menatap sekitar dengan penuh pertanyaan. Namun saat pendengarannya mendengar sayup-sayup suara Maxime ia langsung berdiri dan kini tangannya pun sudah diperban.
Gia mengintip dari balik pintu dan menemukan Maxime tengah berbicara dengan seorang wanita yang dandanannya sangat menor untuk dilihat, bajunya yang super ketat dan belahan dada yang sangat rendah sangat membuat Gia berdecak jijik.
Namun saat Maxime berdiri dan berjabat tangan lalu si wanita menyalami Maxime, pria itu pun pergi meninggalkan wanita menor tadi dengan senyum manisnya.
Gia yang melihat Maxime pergi langsung keluar dari persembunyiannya dan berlari mengejar Maxime, namun tangannya ditahan oleh dua orang pria bertubuh besar dan berpakaian serba hitam.
"MAXIME! MAX! TOLONG JANGAN TINGGALKAN AKU! MAX!!" Gia berteriak dengan sangat kencang namun hanya dibalas tawa kencang pula dari si wanita tadi.
Wanita itu berdiri dan dengan sangat perlahan berjalan mendekati Gia dan ia tatap Gia dari atas sampai bawah bak menelisiknya jauh.
"Kenapa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?!" sentak Gia plus dengan pertanyaannya.
"Well, kau milikku sekarang."
"Milik apa maksudmu?!"
"Kau adalah sumber uang ku sekarang sweetie."
"NO!"
"Kekasihmu itu sudah menjualmu dengan harga mahal, dan kau minimal harus bekerja disini selama dua tahun untuk membayar uangku. Jadi sebelum itu terjadi, menurutlah dan kerjalah padaku dengan baik. Kau akan aku perlakukan jadi anak emas jika menuruti perintahku dengan baik."
"AKU TAK SUDI BEKERJA UNTUKMU! LEPASKAN AKU" Gia berontak, ia menatap sang wanita dengan tangis yang menderas.
Sungguh! Gia tak menyangka Maxime akan berbuat sekejam ini padanya. Ia kira Maxime adalah pria baik namun lihatlah, setelah pria sialan itu merebut miliknya yang berharga dan kini Maxime menjualnya ke rumah penuh dosa seperti ini!
"BAWA DIA KE KAMAR DAN SIAPKAN DIA!" perintah si wanita yang langsung di laksanakan oleh anak buahnya.
Tubuh Gia dilemparkan di atas ranjang dengan kencang hingga wanita itu membentur kepala ranjang. Gia langsung berlari dan berusaha membuka pintu yang sudah dikunci oleh dua bodyguard tadi.
Gia membanting apapun yang ada di hadapannya, ia marah dan ia takut ia butuh seseorang untuk menemani dan menyelamatkannya.
Seorang wanita memasuki kamar itu dengan dua bodyguard tadi, lalu kedua bodyguard itu meraih tangan Gia dan mengunci lengannya. Gia hanya bisa menangis kala wajahnya mulai dirias dengan paksa. Wajahnya yang dulu selalu terpoles make up natural kini sudah berubah dan tampak sangat berbeda, bibir pinknya sudah diberi lipstik merah darah dan sungguh Gia tak suka dengan dandanannya saat ini.
Kedua bodyguard itu melepaskan tangan Gia lalu si wanita melemparkan sebuah baju kurang bahan dengan belahan dada rendah berwarna hitam pekat. Gia kembali menangis kala mendapat perlakuan yang sangat tak manusiawi seperti ini.
Dua bodyguard itu keluar dari kamar meninggalkan Gia dengan wanita tadi. "Ganti bajumu jika kau tak mau, aku akan menggantinya paksa."
"Kenapa kalian lakukan hal ini?"
"Jelas karena ini perintah Madam."
"Lepaskan aku ku mohon."
"Kerjakan saja perintah Madam agar kau selamat dan tak disiksa seperti ini. Aku tau perasaanmu, namun ini satu-satunya jalan untukmu. Lakukanlah agar kau tak menyesal nanti."
"Aku butuh ponsel."
"Tak ada diantara kami yang diperbolehkan menggunakan ponsel ataupun alat elektronik lainnya."
"Apa?!"
"Ini memang peraturannya."
"Sialan!"
"Ganti bajumu dan keluarlah, Madam sudah menunggu."
Gia menatap sang wanita yang keluar dari kamarnya, dengan gerakan lemas Gia mulai mengganti bajunya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Leonardo, aku butuh dirimu. Ku mohon selamatkan aku."
Pintu kembali diketuk dan Gia dengan gerakan lambat berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Astaga anak baruku sudah siap, ayo sudah ada yang ingin bertemu denganmu."
Lengan Gia ditarik paksa menuju sebuah ruangan temaram dengan diiringi dentuman musik DJ. Madam itu menarik tangan Gia dan mereka pun memasuki ruangan itu, Gia duduk disusul dengan sang Madam.
Gia menatap seorang pria yang terlihat berumur 60 atau 70 tahunan. Astaga! Gia bisa gila jika membayangkan akan di bawa oleh pria itu. Sungguh! Gia ingin kabur saat ini juga.
"So, Mr. Kleir ini adalah anak baruku. Bagaimana bukankah ia memukau, umurnya masih sangat muda."
"Ya, harus ku akui semua miliknya sangat menarik untuk dilihat dan dinikmati."
Gia spontan menatap penuh kebencian pada si pria tua yang menatapnya dengan sangat tak sopan. Gia berkali kali berusaha menutupi tubuhnya namun berkali-kali pula ia mendapat tatapan horor dari Madam tersebut.
"Jadi berapa harga yang kau inginkan dariku Madam?" tanya si pria dengan kedipan matanya pada Gia dan jujur Gia sangat benci dengan hal tersebut.
"Well, 5 juta dollar ku lepaskan."
"She's virgin?"
"No, i think no."
"Madam, itu sangat mahal kau gila atau berusaha memerasku?"
"Dia baru dan itu harga untuknya."
"Aku butuh waktu."
"Mr. Kleir ku yakin kau tak akan menyesal memelihara anak emasku ini, percayalah."
"Well, baiklah aku akan memilihnya."
"Bagus!"
Madam itu meraih tangan Gia dan melemparkan tubuh Gia pada si pria, Gia berusaha lepas dari dekapan pria hidung belang itu namun cengkeraman si pria tak bisa lepas dengan mudah.
Gia menatap sekitar pada sang Madam yang tengah bersenang-senang dengan uang yang diberikan oleh si pria hidung belang. Namun dengan kesempatan yang ada, Gia langsung menginjak kaki si pria hingga dekapan itu terlepas.
Gia berlari keluar dari ruangan itu dengan ketakutan yang mendera, Gia berlari dan sesekali bertabrakan dengan orang-orang yang meliukkan tubuhnya di lantai DJ. Gia yang mendengar teriakan bodyguard sang Madam semakin bergetar hebat tubuhnya, ia tanpa melihat ke depan langsung berlari dengan tangannya yang menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya.
Bruk!
Tubuh Gia tenggelam di dalam dekapan seorang pria dengan jas hitam licinnya. Gia mendekap semakin kencang tubuh pria itu tanpa melihat wajahnya. Ia bahkan mencengkeram lengan atas si pria saking takutnya.
"Help me please, please," lirih Gia dengan berulang-ulang.
"Lepaskan dia Sir, ini salah satu milik Madam," ucap Bodyguard itu dengan suara rendahnya.
"Please, please take me out from here. Please Sir."
"Sir, anda tak mendengar kami? Lepaskan wanita itu sekarang juga. Ia sudah ada pemiliknya."
"Please."
Bisa Gia rasakan sebuah lengan balas mendekap punggung bergetarnya semakin mengeratkan pelukannya, Gia merasa nyaman dan aman di dalam pelukan pria itu ia bahkan terus memejamkan matanya mengingat sosok pria yang ia cintai. Sungguh ia berharap dia adalah pria yang telah ia tunggu.
"Sir, anda datang?" tanya sang Madam.
"Maaf Sir, kurasa anda harus melepaskan wanita itu. Ia sudah ada pemiliknya anda bisa mencari anak buahku yang lain yang tentunya tak akan mengecewakan mu."
"Sir, anda dengar aku?"
"Please."
"Berapa harga untuknya?" ucap pria itu dengan suara rendah plus dinginnya.
Gia menengadahkan kepalanya kala suara berat itu mengalir di telinganya. Bukan, ini bukan suara Leonardo ini berbeda. Dan benar saja saat Gia sudah menatap wajah si pria ia membelalakan matanya bahkan ia hampir mendorong si pria kala melihat jelas wajahnya.
"Katakan berapa uang yang harus aku berikan untuk membawanya bersamaku."
"Sir, ia sudah dibeli."
"Katakan saja berapa, aku akan bayar dua kali bahkan tiga kali lipat."
"Sir, anda_"
"Katakan! Atau aku akan tutup bisnis mu!"
"Ia sudah dibeli 5 juta dollar."
"Akan ku bayar 10 juta dollar. Uangku akan datang dengan bodyguard ku setelah aku membawanya pergi. Pegang ucapanku, mereka akan datang."
"Tapi Sir."
"Ku rasa kita sudah sepakat, aku sudah membelinya jadi aku akan membawanya terimakasih atas transaksinya," ucap pria itu dan membalikan tubuh Gia menuju pintu keluar dari bangunan itu.
Benar saja setelah pria itu memasukkan Gia kedalam mobil putih bersihnya, segerombolan orang datang dengan membawa masing-masing dua koper yang Gia yakini berisi uang senilai 10 juta dollar.
Pria itu kembali memasuki mobil, ia menatap Gia dengan tatapan teduhnya lalu ia menaikkan wajah Gia dengan telunjuknya.
"Siapa namamu?"
Gia masih bungkam, ia sama sekali tak tertarik membalas ucapan pria itu.
"Baiklah, aku Don Alfonzo Renzuis. Panggil aku Alfonzo," bisiknya tepat di telinga kanan Gia.
•••
TO BE CONTINUED...
Alfonzo langsung bergegas dan meninggalkan meeting yang sedang berjalan saat mengetahui keadaan istrinya yang konon pingsan di lobby, pria itu segera bergerak dan menuju ke ruangannya untuk bertemu dengan Gia. Tapi sebelum benar-benar memasuki ruangannya, Alfonzo justru bertabrakan dengan France. "France! Apa kau tak bisa melihat dengan benar, huh?!" sentak Alfonzo yang mulai terpancing karena kepanikan yang menderanya."Sig, maaf aku tak bermaksud begitu. Tadi aku berlari karena tau jika Nyonya pingsan dan kau pasti butuh bantuan ku, jadi apa yang bisa aku bantu Sig?" tanya France begitu mengerti kondisi yang sedang berlangsung.Alfonzo mengangguk dan ia menepuk bahu France bangga. "Bagus, sekarang kau ambil flashdisk yang ada pada Gia.""Maksud mu ini, Sig? Aku menemukannya di lobby dan segera membawanya.""Ya benar, sekarang kau menggantikan ku di ruangan meeting. Semua materi ada di dalam flashdisk itu ku harap kau mengerti dengan apa yang harus kau lakukan, France.""Yes Sig." F
Five Years Later ...."Mommy! Kemarin Theo bertemu dengan Gerrardo, dia mendapatkan adik barunya, kapan Mommy akan memberikan aku adik baru seperti Gerrardo? Kata Papà-nya Gerrardo aku bisa meminta adik baru kepada Mommy dan Papà, aku takut pada Papà jadi aku meminta kepadamu, jadi kapan Mom?" tanya Theodore dengan mata yang berbinar. Sedangkan Gia sendiri seakan tak bisa mengatakan banyak hal selain merasa gugup dan juga sedih dengan pertanyaan yang diberikan oleh Theodore. Memang Gia sudah lama mengharapkan kehadiran sang anak kedua setelah kejadian lima tahun yang lalu, Theodore bahkan selalu meminta untuk mendapatkan teman yaitu sang adik, tapi Alfonzo selalu memberikan harapan, dan Gia cukup lelah sebab ia merasa sering dikecewakan. Ia sering terlambat mendapat tamu bulanannya, tapi selalu saja tak seperti apa yang di harapkan. "Theo, maafkan Mommy. Mommy juga tidak tau kapan adik kecil Theodore akan datang tapi mungkin sebentar lagi.""Mommy selalu berkata sebentar lagi terus m
"We have to stop this." Gia tersadar dan ia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alfonzo. Wanita itu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Alfonzo masih menggenggam tangan suaminya tersebut."Kau benar, ayo naik lagi." Alfonzo membalas ajakan Gia dengan senyum tipisnya, keduanya segera kembali ke lantai utama dimana kamar Theodore berada.Sesampainya di depan kamar Theodore, Alfonzo menghentikan langkahnya dan menatap Gia. "Aku harus bertemu dengan France untuk membicarakan beberapa hal, tak apa jika aku tinggal?""Tentu saja kenapa aku bermasalah dengan itu?"Alfonzo tersenyum, ia mencium kening Gia sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu untuk bertemu dengan France dan membahas mengenai dunia gelapnya. "France!" seru Alfonzo memanggil sang asisten, tak lama yang dipanggil pun akhirnya datang dan berhadapan langsung dengan sang tuan."Ada yang bisa aku lakukan untuk mu, Sig?" tanya France dengan menundukkan kepalanya penuh hormat kepada Alfonzo."Kita ke markas sekarang."
Alfonzo melepaskan pelukannya dari tubuh Gia, ia menatap sang istri dengan penuh cinta lalu menggenggam tangannya erat mengecupnya begitu lembut penuh dengan kasih sayang. "Kita harus kembali ke pesta, sebelum nanti ada yang menyadari ketidakhadiran kita berdua."Gia mengangguk mengerti dengan apa yang di maksud oleh Alfonzo, ia pun segera mendirikan tubuhnya keduanya berjalan beriringan menuju ke taman dan kembali menyambung keceriaan pesta ulang tahun sang anak. Tak lama Leonardo dan Florence datang menghampiri Alfonzo dan juga Gia. "Hei aku sudah mencari kalian dari tadi tapi tak dapat menemukan kalian, dari mana kalian berdua?" tanya Florence penasaran."Well, kami hanya berbicara sesuatu hal di bagian belakang, Flo," jawab Gia diiringi senyum manisnya.Florence tersenyum manis ia mengusap bahu Gia. "Putramu sangat tampan, Gia. Dia menuruni warna mata Alfonzo," ucapnya memuji ketampanan putra Gia."Terimakasih banyak Flo, sama seperti Theodore yang mewarisi warna mata Alfonzo, put
"Mom, where is my birthday present?"Gia tersadar dari lamunannya dan ia segera mengalihkan fokusnya yang semula terpaku pada taman yang ada di depan mansion, ia tau harusnya ia tak mengalihkan fokusnya dari ulang tahun Theodore tapi memang akhir-akhir ini ia selalu saja kehilangan fokusnya tanpa sadar. "Sorry honey, Mommy tak sengaja. Sebentar, Mommy ambilkan spesial untuk mu," ucap Gia seraya mendirikan tubuhnya ia menyentuh kepala Theodore sebelum akhirnya berlalu memasuki mansion meninggalkan para tamu undangan yang tengah berbahagia di ulang tahun Theodore yang ketiga.Sementara di sisi lain Alfonzo bisa merasakan keanehan pada Gia, ia sadar sejak dua bulan yang lalu tepatnya semenjak Gia tau bahwa ia kehilangan bayinya ia berubah secara perlahan menjadi pendiam, Gia sering sekali melamun dan kehilangan fokusnya tapi Alfonzo bisa apa, sudah ribuan kali ia menghibur Gia tapi Gia tak juga bisa move on dari kejadian pahit itu. "Hei, ada apa Al? Kenapa terdiam menatap Gia seperti itu
"NO!!" Gia berteriak sesaat setelah melihat Alfonzo yang masih belum bangun dari simpuhannya tapi tetap di tendang dengan kasar oleh Xavier.Davis tak dapat berbuat banyak, pria itu sibuk membidik musuhnya hingga tak melihat kondisi Alfonzo yang benar-benar sudah berada di titik terendah. Gia menggeram marah saat kedua cekalan di tangannya semakin erat ia menatap kedua anak buah Alfonzo dengan mata merah dan penuh air matanya. "Lepas! Kau ingin Tuanmu mati disana, huh! Kau gila! Lepaskan aku!" sentak Gia tajam.Kedua The Devil itu menundukkan kepalanya ia terlalu patuh terhadap perintah Alfonzo yang akhirnya membuat ia diam tak berkutik dan hanya bisa menjaga Gia tetap aman. "Kami tak bisa lepaskan Nyonya apapun yang terjadi sesuai dengan perintah Tuan," ucap salah satu The Devil yang mencekal lengan Gia.Gia menggelengkan kepalanya. "Dasar bodoh!" sentak Gia.Sementara Alfonzo, pria itu sudah tak bisa lagi untuk fokus. Telinganya berdenging dan pandangannya memburam ia tak bisa melih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments