''Yang mau nonton sama dia siapa coba!''
Adinara menggerutu, sambil terus menatap Darren yang masuk ke mobilnya.
''Sok sibuk lagi! Nonton? Ogah banget nonton sama dia.''
Adinara berjalan cepat kekantornya. Suasana hatinya saat ini sedang tidak baik, terutama saat memikirkan kasus yang sedang ia tangani, karena sampai sekarang belum menemukan titik temu.
''Kenapa?'' tanya Laras saat tiba-tiba Adinara masuk keruangannya dengan wajah kusam.
''Darren! Masa tiba-tiba ngajak aku nonton. Dia tidak mikir apa, sampai sekarang kasus yang sedang dia tangani belum juga selesai.''Laras tersenyum tipis saat mendengar keluh kesah sahabatnya itu. Terdengar emosi, tapi di dalamnya tersimpan perasaan yang hanya Adinara yang tau.
''Emang kenapa?'' tanya Laras setelah mematikan laptopnya, kemudian menatap Adinara serius.
''Ya, seharusnya dia fokus sama kasusnya. Tidak usah memikirkan yang lain dulu.''''Nara! Darren, kamu, aku, kita bukan robot.Mobil Adinara menghantam pohon besar yang ada di pinggir jalan. Untungnya hantaman itu tidak terlalu keras, sehingga Adinara tidak terluka parah.Adinara berusaha tetap tersadar setelah mengalami benturan di kepala, Adinara berusaha tenang setelah apa yang di alaminya. Adinara bersandar ke kursi, Adinara berusaha membuka matanya lebar-lebar, setelah pandangannya tadi sempat samar.''Cepat bawa Adinara ke mobil, sebelum banyak warga yang berdatangan,'' perintah Jack. Dengan sigap, kedua anak buah Jack langsung turun dari mobil menghampiri Adinara.''Siapa kalian?'' tanya Adinara ketakutan, saat tiba-tiba ada dua orang yang membuka pintu mobilnya.''Jangan banyak tanya. Ikut kami!'' bentak salah satu pria itu.''Kalian mau apa?''Kedua orang itu diam, tidak menjawab pertanyaan yang di tanyakan oleh Adinara. Sebaliknya, kedua orang itu terus memaksa Adinara untuk keluar dari mobil. Tangan Adinara di pegang erat oleh kedua orang itu, Adinara berus
Beberapa menit kemudian, Jack kembali legi dengan membawa bungkusan plastik yang berisi obat-obatan.''Berikan obatnya!'' pinta Darren tegas, Jack kembeli tersenyum.''Tidak semudah itu!" Jack berjalan perlahan, Jack kemudian berdiri di depan Adinara yang masih terlihat lemas. ''Kau butuh obat ini? Saya juga butuh sesuatu dari Kau.''Darren menghela napas,''Apa yang kalian inginkan?" tanya Darren sambil menatap tajam Jack.Jack kembali tersenyum miring, ia melangkah perlahan mendekati Jack.''Berangkas itu? Brangkas pak Tirta . Dimana lokasi Brangkas pak Tirta di sembunyikan?''''Hahaha ....'' Darren tertawa pelan kemudian menghela napas.''Ternyata itu yang kalian inginkan. Siapa yang menyuruh kalian?''''Kau tidak perlu tau!'' Jack mengayunkan bungkusan obat di depan wajah Darren.''Kalau kau butuh obat, kau berikan informasi dimana tempat brangkas itu berada.''Darren menatap Adinara yang tergeletak di lantai, hanya beralaskan kardu
Edward sanjaya masih terus memandangi Pak Rudi yang sudah berjalan jauh, ia tersenyum miring saat mengingat ucapan Pak Rudi.''Orang itu memang selalu menyombongkan diri,'' ucap Simon yang mengagetkan Pak Edward.''Pak Simon. Maaf saya tidak melihat Pak Simon datang,'' ujar Pak Edward, sedang Simon hanya tersenyum.''Ada kabar dari Darren?'' tanya Simon serius.Edward sanjaya menggelengkan kepalanya pelan. '' Belum ada, sampai sekarang saya tidak tau Darren ada dimana.''''Pak Edward tidak usah khawatir. Saya akan mengerahkan semua anak buah saya untuk mencari Darren.''''Terima kasih Pak Simon. Sekali lagi saya merepotkan Pak Simon.''''Pak Edward jangan berbicara seperti itu. Kita sudah bersahabat sejak lama, dan Darren sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri.''''Oyah, Pak Simon pasti ada sesuatu yang penting sampai menyempatkan diri datang ke kantor saya.''''Tidak ada! Saya hanya ingin tahu kabar dari Darren.''
''Kita ada dimana?'' tanya Adinara sambil melihat kesekeliling tempat itu, setelah mereka berhasil keluar dari gudang.''Aku juga tidak tau. Sepertinya ini di puncak bogor.''''Bogor?'' tanya Adinara kaget.'' Ko bisa kita sampai disini?''''Ya bisa Nara. Buktinya kita ada disini.''''Aku serius Darren!''''Aku juga serius!''''Heuh?''Adinara mendelik sebal mendengar ucapan Darren. Kemudian berjalan perlahan mendekati batu besar dan hendak duduk.''Aku mau istrihat dulu, Darren? Capek tau,'' protes Adinara saat Darren tiba-tiba menarik tangannya.''Kalau kamu mau istirah, nanti! Kamu mau tertangkap lagi sama mereka?''''Ya, tidak mau.''''Ya makanya ayo jalan lagi,'' ajak Darren memaksa.Dengan terpaksa Adinara mengikuti Darren yang sudah berjalan di depan. Darren dan Adinara menelusuri rimbunnya pohon-pohon yang ada disana, suara kicauan aneh sering terdengar di telinga Adinara.''Darreen!!'' teriak Adinara
''Darren!!'' teriak Adinara sambil berontak. Percuma, tangan kedua orang itu lebih kuat dan Adinara di bawa semakin menjauh dari Darren.''Minggir!'' pinta Darren saat dua anak buah Jack yang lainnya menghalangi.''Kau bilang apa? Minggir, kau pikir kita sedang berjalan di jalan, di suruh minggir.''''Orang-orang ini, menyebalkan!''Wuiiis!Suara angin yang terbelah saat Darren berusaha menendang salah satu dari mereka, cukup mengangetkan kedua orang itu. Kedua orang itu berhasil menghindar, sampai kemudian mereka saling berbalas serangan.Plak!Satu orang terjatuh.Plak!Disusul satu orang lainnya.Akh!Akh!Darren terus menyerang kedua orang itu, sampai kedua orang itu terkapar tidak berdaya.Dengan cepat Darren berlari sekencang mungkin untuk menyusul Adinara. Darren tidak mau terjadi apa-apa sama Adinara. Darren bersyukur, ia berhasil menemukan Adinara. Darren melihat Adinara berus
Darren berjalan cepat begitu melihat Adinara keluar dari mobilnya. Tanpa menunggu aba-aba, Darren langsung menggandeng tangan Adinara di basement itu. Mata Adinara terbelalak, ia manatap Darren yang berjalan di sampingnya sembari tersenyum.''Darren lepas!'' pinta Adinara, tapi Darren malah cuek .'' Darreen, Lepas! kalau ada yang melihat giamana?''Darren sekali lagi cuek, Darren malah semakin mempererat genggaman tangannya.''Darreeen!"'''Biarin kenapa sih. Kalau mereka melihat memang kenapa?'' tanya Darren santai kemudian tersenyum saat melihat Adinara cemberut sambil menatap Darren tajam.''Kamu bilang kenapa? Kalau laras melihat gimana? Kalau Papaku melihat gimana?''''Darren lepas!''''Tidak mau.''''Darreen!''Darren berhenti, ia menatap Adinara serius.''Kalau aku tidak mau lepas gimana? Kamu mau nampar aku seperti di hutan. Atau kamu mau meluk aku lagi seperti di hutan waktu itu.''Nara, kamu harus beran
Adinara turun dari mobil kemudian melihat jam yang melingkar di tangannya, jam 20.00 gumamnya. Mata Adinara terfokus ke mobil yang ada di garasi rumahnya, di dalam rumah terdengar suara obrolan yang begitu hangat, yang terdengar di indra pendengaran gadis cantik itu.''Tok ... tok ... tok!''''Selamat malam,'' ucap Adinara, yang menarik perhatian orang-orang yang ada di dalam rumah. Tapi kemudian gadis cantik berambut sebahu itu terpana, saat melihat Salman sahabat semasa SMAnya ada di situ.''Nara, tepat sekali kamu datang.Hampir saja Om Frans dan Tante Desi pamit pulang,'' kata Pak Rudi Ayahnya Adinara.''Iya Papa, Nara tadi baru pulang dari kantor polisi,'' jawab Adinara, sambil menatap Salman yang tersenyum kepadanya.''Hebat yah Adinara ini, benar-benar wanita super sibuk, jam segini baru pulang,'' puji Pak Frans.''Yah, begitulah dia. Dia seperti aku waktu masih muda,'' sahut Pak Rudi.''Nara, kamu duduk sebentar. Kita sudah lam
Pagi hari yang cerah, Darren berlari santai di lingkungan kompleknya. Hari ini hari libur, jadi Darren memanfaatkannya untuk merenggangkan otot-ototnya sejenak dengan berolaraga.Dengan tinggi 180 cm, Darren benar-benar idola kaum hawa, apalagi di tambah dengan tubuhnya atletis dan wajah setengah bulenya, Darren layak menjadi seorang play boy kalau dia mau.Tapi entah kenapa sampai umurnya menginjak 26 Tahun, Darren seperti sulit untuk mendapatkan kekasih.''Darren!'' panggil sang Papa setelah Darren tiba di rumah dan hendak naik ke tangga.''Iya Pa,'' sahut Darren.''Kamu cepat mandi setelah itu ganti baju. Nanti jam delapan kamu ikut Papa, Papa mau mengajak kamu mengunjungi sahabat lama Papa,'' kata Pak Edward, sembari melihat jam yang melingkar di lengannya.''Darren harus ikut?''''Iya, kamu juga!''''Apa urusannya sama Darren?'' tanya Darren penasaran.''Nanti kamu akan tahu sendiri,'' jawab Pak Edward sambil berlalu meninggalk