The Line Between Us

The Line Between Us

last updateLast Updated : 2021-07-02
By:  Risna PramestiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
19Chapters
2.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Terinspirasi dari kisah nyata, tentang cinta pertama yang begitu manis antara guru dan murid. Serta akan membawamu bernostalgia ke enam belas tahun silam dengan segala keterbatasannya kala itu.

View More

Chapter 1

01

Fatmawti-Jakarta Selatan, 2004

Mia nyaris menangis. Pipinya terasa panas dan dia tahu, pasti juga berawana merah padam. Tangannya terlihat gemetar sibuk mencari satu dokumen fotokopi yang hilang. Di sudut Sekolah Menangah Atas itu, gadis yang bernama lengkap Hanamia Kagumi dibantu ibunya membolak-balik kertas lain dan hasilnya masih nihil.

"Kan, Mama udah bilang. Sekolah yang deket-deket rumah aja. Gak nurut, sih!" Ibunya Mia, terus mengomel sedari tadi. Sedangkan anak gadisnya hanya bisa menunduk tak bisa menjawab, karena sadar bahwa ini memang kesalahannya.

Sebulan yang lalu Mia baru lulus SMP. Tapi hingga kini dia belum mendaftar sekolah. Padahal pendaftaran tahun ajaran baru sudah hampir habis dan minggu depan kegiatan belajar mengajar akan dimulai. Semua itu karena ada negosiasi alot anatara Mia dengan orang tuanya. Mia anak bungsu dari dua bersaudara itu, ingin sekolah di Jakarta. Dia ingin mandiri katanya. Sedangkan orangtua mia bersikukuh tak mengijinkan. Bagi mereka, jarak anatar Pamulang dan Jakarta Selatan yang paling dekat, itu sudah terlalu jauh. Dengan berat hati Mia mengalah. Akan tetapi semua sudah terlambat. Rasanya semua sekolah di daerah Pamulang-Ciputat sudah ditelusuri Mia bersama orang tua dan ternyata semua sudah tutup pendaftaran.

Pilihan pun jatuh pada SMA BAKTI NUSA yang berlokasi di Fatmawati. Alasannya bukan karena lebih dekat ke rumah, melainkan karena dekat dengan kantor tempat ayah Mia bekerja. Jadi Mia tak perlu naik angkutan umum untuk pergi dan pulang sekolah. Mereka akhirnya meraih kata sepakat. Untung saja pihak sekolah masih membuka pendaftaran.

Sayangnya Mia kembali dalam masalah. Dia terancam untuk tidak bisa melanjutkan sekolah karena hari ini terakhir pendaftaran. Sedangkan fotokopi ijazah SMP Mia hilang entah kemana! Padahal seingat Ibu Yenny, kertas itu selalu ada di dalam plastik bersama dokumen lain. Ibu dan anak itu makin panik mencari dikumen yang hilang.

"Coba kalau dari awal nurut! gak bakal nih, kaya begini! Sekarang kalo gak ketemu gimana? Balik ke rumah dulu, kan, gak mungkin!" Mamanya Mia terus mengomel. 

Karena kesal dan panik yang makin menjadi, Mia akhirnya berdiri. Dia menunduk ke bawah bangku kayu tempat mereka duduk. Lalu celingak-celinguk dan melempar pendangan sejauh mungkin, berharap melihat seonggok kertas entah di ujung yang mana. Tapi sepanjang penglihatan Mia, semua lantainya bersih. Akhirnya dengan berat hati Mia harus mengetari sekolah. Mia yakin ibunya tak lupa membawa semua dokumen. 

Mia mulai berjalan meninggalkan ibunya. Sesekali dia masih menengok, karena Si Anak Manja ini jelas takut mengitari tempat asing yang terbilang sepi. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Masa dia jadi putus sekolah hanya karena fotokopi ijazah yang hilang. Jika perlu dia juga akan mencari ke luar sekolah. Bisa saja terjatuh saat mereka baru tiba tadi, bukan?

Sepanjang pencarian Mia berusaha untuk tidak nangis agar bisa fokus. Namun tetap saja dia panik hingga tangan kakinya terasa dingin. Dia bahkan tak peduli dengan seorang pria yang duduk di bangku kayu di depan sebuah ruangan. Jika laki-laki yang Mia duga seorang guru itu melihat muka paniknya saat ini dia juga tak peduli. Mia terus saja berjalan  sambil mengigit bibir bawah. Laki-laki itu nampak berdiri setelah Mia melewatinya, lalu dia masuk ke dalam sebuah ruangan.

Mia terus berjalan hingga mulai merasa capek. "Kayanya gak mungkin kertas itu ada di lantai atas," gumam Mia yang ngos-ngosan setelah mengitari sekolah hingga sudut paling gelap sekalipun. Akhirnya Mia memutuskan untuk balik arah dan mencarinya di luar pagar sekolah. 

Belum lama berjalan, Mia melihat laki-laki yang tadi. Kebetulan tatapan mereka bertemu. Kali ini pria tersebut langsung menghampir Mia. Sedangkan Mia yang merasa aneh, terus saja melangkah.

"Ini gak beres! Ngapain dia ngikutin??" Mia mulai ketakutan saat menyadari pria yang mengenakan kemeja cokelat dengan lengan digulung setengah itu mengikutinya. 

Langkah Mia kian cepat untuk menghindari Si Pria saat akan melewati lorong kelas yang sepi. Tapi dia terus mengikui Mia. 

"Hanamia!" seru lelaki itu, "kamu Hanamia, kan?"

Mia menoleh entah untuk ke berapa kali. Tapi yang sekarang membuat Mia makin ketakutan. "Darimana dia tau namaku?"

"Tunggu! Ini ijazahmu, kan?"

Mia langsung berhenti dan berbalik badan. "Kok?" Hanya itu yang keluar dari mulut Mia.

Pria itu menghampiri Mia yang diam mematung sambil membawa kertas di ke dua tangannya.

"Hanamia Kagumi." Dia membaca nama Mia pelan-pelan, persis di hadapan Mia.

"Nama yang bagus. Punyamu, kan?" Pria itu menyodorkan sebuah kertas.

Mia melirik kertas itu sebelum mengambilnya. Benar, itu fotokopi ijazah Mia yang hilang. Apakah Mia harus senang? Dia tidak tahu pasti. Perasaannya begitu campur aduk. Setelah dibuat panik mencari kertas, sedetik yang lalu dia ketakutan setengah mati karena diikuti oleh pria asing.

"Tadi, ada OB yang menemukannya. Terus dia kasih ke saya." Pria itu menjelaskan. Sementara Mia diam saja memandangi ijazah di tangannya. "saya cari di data komputer, ternyata gak ada."

Mia masih diam memandangi kertas di tangannya. Dia seoalh tidak menganggap lelaki di hadapoannya itu ada. Tak lama air mata Mia mulai menggenang.

"Lho, kamu, kok, nangis?" Laki-laki yang berusia tujuh tahun lebih tua dari Mia agak kaget.

"HUAAAAA..." Tangis Mia tiba-tiba pecah seiring dengan tangannya yang turun.

"Eh, lho. Jangan nangis!" Laki-laki itu mulai panik sambil celingukan. Khawatir ada yang melihat dan terjadi salah paham.Tapi Mia tak juga meredakan tangisnya.

Mia masih tersedu, sampai penjaga sekolah yang ruangannya ada di paling ujung lorong sana--tepat di depan kantin, memunculkan kepalanya dari dalam. Pak Seno, nama penjaga sekolah itu langsung menghampiri. Sedangkan Si Pria, sudah pasrah dengan apapun yang Pak Seno pikirkan.

"Kenapa, Pak?" Tanya Pak Seno dengan santai. Tapi sesantai-santainya, tetap saja membuat pria itu gusar melihat sosoknya.

"I-ini. Tadi OB nemuin kertas fotokopi legalisir ijazah SMP punya dia. Terus saya kasih, eh, dia malah nangis." Pria tersebut menjelaskan panjang lebar.

"Lho, kenapa nangis?" Pak Seno bertanya pada Mia.

"Soalnya, hari ini terakhir pendaftaran. Kalo gak ketemu, saya bisa gak sekolah. Minggu depan kan udah mulai belajar," jawab Mia sesegukan.

"Oooalaahh." Ke dua pria merespon bersamaan.

"Ya, udah. Kan, sekarang udah ketemu. Yuk, saya antar," Ujar laki-laki bertubuh tinggi dan kurus itu.

Mia mengangkat kepala, lalu menatap Si Pria lekat-lekat dengan mata bulatnya yang masih berkaca-kaca. Mia menaruh curiga, karena dia tadi malah mengejarnya diam-diam bukannya langsung memanggil. Tapi, siapa sangka, tatapan itu mampu membuat hati sang guru berdesir.

"Udah, tenang aja. Saya bukan orang jahat. Ya, kali orang jahat pakai baju rapih begini di lingkungan sekolah," kata Si Pria sambil membungkukan badannya yang tinggi hingga wajahnya dekat dengan wajah Mia.

Perlakuannya itu hampir membuat jantung Mia berhenti mendadak. Belum pernah ada laki-laki yang mendekatkan wajahnya sampai sedakt ini. Apalagi kalau dilihat-lihat, dia manis juga. Eh, bukan. Tapi sangat manis.

Mia mengangguk samar, memalingkan badan dan berjalan begitu saja tanpa pamit dengan Pak Seno yang tersenyum penuh arti. Sedangkan sang guru langsung mengiringi langkah Mia.

Sepanjang perjalanan yang tak sampai satu menit itu, Mia hanya diam dan menunduk. Sedangkan laki-laki di sampingnya berjalan santai. Sebenarnya Mia ingin bilang makasih, tapi saat melihat gaya guru muda di sebalahnya yang tergolong keren, nyali Mia menciut.

Saat sudah hampir sampai ke ruang pendaftaran, Mia berhenti. Guru muda di sebelahnya pun berhenti dan memperhatikan Mia yang buru-buru menghilangkan jejak bekas dia menangis. Mamanya Mia bisa ngamuk sama laki-laki yang mengantarkan Mia kalau melihat hidung merah, dan sisa air mata di wajah Mia. Baru setelah itu Mia berani menghampiri mamanya ditemani sang guru.

"Ketemu?" Tanya ibu Mia yang langsung berdiri.

Mia mengangguk sambil menyodorkan kertas.

"Alhamdulillah," ujar mamanya Mia, "makanya nurut! Dibilangin sekolah deket rumah aja!" lanjutnya sambil mengecek ijazah.

Lelaki di sebelah Mia tersenyum simpul lalu berkata, "Ibu tenang saja. Sekolah ini adalah tempat yang tepat untuk anak ibu."

Semburat merah langsung menguar di pipi ibu Mia. "Eh, maaf, Pak. Saya kira gak ada siapa-siapa. Maksud saya jaraknya terlalu jauh kalau sekolah di sini, pak. Belum lagi tawurannya."

"Oh, Ibu tenang saja. Kami ada layanan khusus untuk melindungi anak murid kami dari tawuran. Saya yang jamin Hanamia akan aman. Saya langsung yang akan menjaganya."

Bagai balon tiup yang bocor, perasaan Mia langsung terbang ke sana kemari mendengar kalimat barusan.

"Ya udah bagus kalau begitu." Ibu Mia merasa tak enak untuk menyangkal.

"Kalau begitu silahkan langsung masuk ke pendaftaran," ujar lelaki tersebut, "saya pamit dulu, ya."

Mia ditemani mamanya masuk ruang pendaftaran, dan lelaki itu kembali ke ruangan.

Sepanjang proses mendaftar, Mia tak hentinya memikirkan laki-laki tadi. Hati kecilnya sibuk sekali bertanya, siapa dia? Apa dia guru? Tapi, masa semuda itu? Atau dia karyawan di sini? Lalu, perasaan bahagia macam apa ini?

Hanamia Kagumi, hidupmu akan berubah sebentar lagi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Naee Hava
Au jadi inget buguru cantik yang jatuh cinta padaku (halu) waktu itu. wkwk. mantap kk critanya. sukses yaw
2021-02-28 15:06:36
0
user avatar
Ayzahran
Bernostalgia zaman mos. Ah, momen tak terlupakan. Keren, Kak! 👍
2021-02-26 23:57:22
0
user avatar
Utsukushii-San
Astaga, bener bikin nostalgia cerita kakak😂 Semangat lanjut, ya kak!!🔥
2021-02-26 20:24:51
0
user avatar
ARCELYOS
Jangankan mengajari pelajaran, mengajari sebuah cinta saja seorang guru mampu aaahhh bapereu
2021-02-19 22:34:01
1
user avatar
Pixie
Konfliknya menarik. Kapan lagi ada kisah cinta guru dan murid.
2021-02-18 22:12:12
1
user avatar
Camaraderie
Update lagi dong thor... Mau baca eykeu
2021-02-17 17:14:37
1
user avatar
Puji170
bintang 5 untuk karya kakak
2021-02-17 15:17:20
1
user avatar
Puji170
Ceritanya seru kak lanjut up nya
2021-02-16 16:36:39
0
19 Chapters
01
Fatmawti-Jakarta Selatan, 2004Mia nyaris menangis. Pipinya terasa panas dan dia tahu, pasti juga berawana merah padam. Tangannya terlihat gemetar sibuk mencari satu dokumen fotokopi yang hilang. Di sudut Sekolah Menangah Atas itu, gadis yang bernama lengkap Hanamia Kagumi dibantu ibunya membolak-balik kertas lain dan hasilnya masih nihil."Kan, Mama udah bilang. Sekolah yang deket-deket rumah aja. Gak nurut, sih!" Ibunya Mia, terus mengomel sedari tadi. Sedangkan anak gadisnya hanya bisa menunduk tak bisa menjawab, karena sadar bahwa ini memang kesalahannya.Sebulan yang lalu Mia baru lulus SMP. Tapi hingga kini dia belum mendaftar sekolah. Padahal pendaftaran tahun ajaran baru sudah hampir habis dan minggu depan kegiatan belajar mengajar akan dimulai. Semua itu karena ada negosiasi alot anatara Mia dengan orang tuanya. Mia anak bungsu dari dua bersaudara itu, ingin sekolah di Jakarta. Dia ingin mandiri katanya. Sedangkan orangtua mia bersiku
last updateLast Updated : 2021-02-12
Read more
02
Tahun ajaran 2004 sudah dimulai. Kala itu Masa Orientasi Siswa atau yang dikenal dengan MOS masih menjadi ritual pembuka, setiap kali kegiatan belajar mengajar akan berlangsung setelah libur panjang.Berbeda dengan sekarang, MOS bagi siswa baru angkatan tahun dua ribu ke bawah, merupakan salah satu momok yang tak bisa dihindari. Bahkan para wali murid pun ikut merasakan kerepotan, dampak dari kegiatan tersebut. Segala hal yang berkaitan dengan MOS, mampu menjungkir balikan hidup setiap calon siswa menengah atas di mana pun ia berada. Terlebih lagi Mia, seorang anak manja, anak mami, atau apapun sebutannya. Menurut Mia, kegiatan MOS tak ubahnya perundungan yang dilakukan hampir seluruh kaka kelas dengan maksud dan tujuan yang tidak jelas. Sambil merebahkan badannya di kasur, Mia menatap nanar tumpukan barang yang akan ia bawa esok hari. Entah seperti apa wujudnya nanti dengan kaos kaki belang, dan ember rumbai-rumbai di kepalanya. Mia merasa sedikit
last updateLast Updated : 2021-02-12
Read more
03
Pagi-pagi sekali saat sang fajar belum mau menunjukan sinarnya. Bahkan sayup-sayup masih terdengar suara Iqomah untuk subuh berjamaah. Mia, gadis yang lebih cocok berambut pendek dengan poni itu sudah bersiap pergi ke sekolah barunya. Dengan bibir manyun lima senti, Mia terlihat panik sendiri. Kendati seluruh keperluannya sudah dipersiapkan Ibunda, tetap saja Mia merasa keki."Apa lagi yang harus dibawa Mia?" tanya ibu. "Coba dicek lagi, sebentar lagi sudah harus berangkat, lho."Mia tidak menjawab. Dia benar-benar nervous berat.Uughh ... Nyesel deh milih sekolah disitu. Gerutu Mia dalam hati.Mia sedikit menyesal setelah mengetahui bahwa ia harus berangkat subuh, karena akan menempuh jarak sejauh empat belas kilometer untuk tiba di sekolahnya. Mia lupa bahwa jalanan antara Tangsel dengan Jaksel selalu padat, terutama di pagi hari. Ditambah dengan dimulainya hari pertama MOS, membuat Mia semakin uring-uringan seperti sedang PMS pag
last updateLast Updated : 2021-02-12
Read more
04
"Eh, 'tar dulu!" sergah seorang senior perempuan yang berhasil membuat Mia enggan hidup seketika. Dia datang dari ujung barisan kaka kelas yang menjadi panitia MOS. "Kasih hukuman dulu, lah! Enak banget. Baru juga mulai udah bikin kesalahan."Kulit Mia yang putih bersih semakin terlihat pasi, ketika senior perempuan itu berjalan pelan di depan matanya. Dia mendelik memperhatikan Mia dari atas ke bawah dengan kecepatan tinggi. Bahkan Mia sampai kepengin menadahkan kedua tangannya, karena khawatir ke dua bola mata senior itu mencuat keluar secara tiba-tiba. Beruntung Mia masih bisa menahan gejolak batin dari aksi percobaan bunuh diri itu."Siapa tadi nama lo?" tanya senior itu sok berkuasa, padahal terlihat bodoh. Jelas-jelas nama lengkap dan panggilan Mia terpampang nyata, di name tag yang ukurannya sebesar TV 14 inch.Mia menunduk, memastikan bahwa barisan huruf yang merangkai namanya tidak berceceran di rumput hingga tak terbaca oleh senior. Lagi
last updateLast Updated : 2021-02-16
Read more
05
Mia dan laki-laki itu masih berpandangan. Dunia seolah berhenti berputar di sekitar mereka. Terlebih lagi Mia yang masih tak percaya bahwa ternyata, pria yang dia cari sedari tadi justru melihat semuanya. Detik itu juga Mia sadar bahwa hidupnya tak kan lagi sama. Bukan karena perasaan cinta, melainkan perasaan malu yang akan melekat pada Mia hingga lulus sekolah."Eh, Mia! Ayo ke aula!" seru Rossa berjalan lebih dulu. Mia bersusah payah mengejar dari belakang."Jangan bengong mulu! Nanti dihukum lagi, lho." Rossa menasehati Mia yang sudah di sampingnya."Iya, Cha."Sesampainya di aula sekolah yang sangat luas dan cat tembok putih, para siswa dipersilahkan duduk bersila beralaskan karpet tipis biru tua. Di depan aula terdapat panggung setinggi setengah kaki. Beberapa senior terlihat duduk santai di pinggir panggung. Di aula inilah kegiatan MOS yang sesungguhnya akan dimulai.Ada berbagai macam kegiatan yang akan mereka lalui hingga tiga hari ke depan. Na
last updateLast Updated : 2021-02-16
Read more
06
Mata Mia mengerjap mendapat sentuhan lembut. Hatinya kini penuh sesak oleh bunga-bunga, hingga Mia tak bisa menebak mana perasaan yang sesungguhnya. Antara senang dan takut, Mia tak bisa merabanya dengan pasti. Jelas saja, karena pria itu adalah orang pertama yang menyentuh kepalanya selain ayah dan kakaknya."Perhatian! Kepada seluruh peserta MOS, harap segera kembali ke aula." Terdengar seruan senior laki-laki dari depan aula.Laki-laki dewasa yang kali ini mengenakan kemeja biru muda, menyelipkan kedua tangan ke dalam saku celana bahan berwarna abu tua. Dia tersenyum melihat wajah panik Mia yang lucu lalu berlari tanpa menoleh lagi.Langkah Mia melambat saat teringat siapa laki-laki tersebut. Mia menyesal karena tak sempat berterima kasih karena sudah memasangkan ember rumbai-rumbai ini. Mia tersipu sambil jemarinya menyusuri permukaan ember yang kini tidak terlalu konyol baginya."Mia! Sini!" seru Indira ketika melihat Mia yang celingukan di ruang aula. R
last updateLast Updated : 2021-02-17
Read more
07
Sesampainya di jalan raya, mereka harus menyeberang jalan agar bisa mengendarai angkot yang akan menuju ke terminal lebak bulus.Di antara teman-temannya, sepertinya hanya Mia yang terkesima melihat suasana Jakarta Selatan dengan lebih dekat untuk pertama kali. Meskipun ada perasaan was-was karena dia sama sekali belum pernah naik angkot sendirian dengan jarak sejauh ini. Namun, antusiasnya dengan pemandangan baru, bisa mengalihkan rasa cemasnya."Dari sini kita naik S11, ya?" Mia memastikan angkutan umum yang akan mereka tumpangi pertama kali."Iya, Mia kita naik S11. Tuh, dia angkotnya." Rossa menunjuk ke arah angkot berwarna merah dari arah kanan.Mereka satu persatu naik angkot yang dimaksud. Tidak lupa Kayobi membuang rokoknya dan membiarkan tetap menyala lalu padam tertiup angin. Dengan peluh yang bercucuran, mereka mendorong jendela angkot lebar-lebar agar bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya."Haduh, gerah banget, aus!" Indira mengibas-ngibas
last updateLast Updated : 2021-02-17
Read more
08
Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, panas, dan macet, Mia akhirnya tiba di rumah pukul setengah lima sore. Meskipun lebih banyak hal yang kurang menyenangkannya hari ini, akan tetapi bisa tiba di rumah dengan selamat adalah suatu prestasi tersendiri yang mampu menyamarkan sedikit kegundahan dalam hati Mia."Assalamualaikum." Mia masuk rumah dan langsung menyalami ibunya."Waalaikumsalam, loh? Kamu pulang naik apa?" ucap ibu yang terkejut melihat anaknya pulang sendiri.Mia tak menjawab. Dia lebih memilih menuju lemari pendingin untuk segera menghilangkan dahaga dengan susu cokelat dingin. Sementara ibunya membuntuti dia dari belakang."Kok, gak pulang sama ayah?" Ibu Mia terlihat tidak sabar, meskipun anaknya masih menenggak susu dingin."Aahh." Mia mengusap mulutnya. "Kalo nunggu ayah kan lama, Ma.""Ya palingan juga jam lima selesai. Dari pada pulang sendiri. Emang kamu ngerti naik angkot apa?" Ibu Mia terlihat emosi."Kalo ga
last updateLast Updated : 2021-02-18
Read more
09
"ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM MIA! KIRAIN UDAH BANGUN! HEY! UDAH JAM LIMA LEWAT INI!" teriak ibunda Mia dengan suara yang dapat menembus tujuh rumah sekaligus.Sedangkan si anak, hanya mengulet dan lupa kalau sekolahnya kini berbeda provinsi. Dia masih terlihat santai di pinggir kasur mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya kembali dari alam mimpi. Namun, semuanya berubah ketika dia menyalakan lampu kamar. Mia loncat dari kasur setelah melihat dengan jelas jam di dinding. Kemudian detik itu juga berlari ke luar kamar untuk mengambil handuk."Mamaaaa, kok, gak bangunin aku siih?" gerutu Mia yang suaranya masih serak."DARI TADI MAMA JUGA UDAH JADI TARZAN, MIA!" sungut ibu Mia lebih galak lagi."Oh, oke." Mia langsung menciut. Sadar dengan kesalahannya, dia tak ingin memancing keributan.Mia hanya punya waktu lima belas menit untuk bersiap-siap. Mulai dari mandi, berpakaian, sholat subuh, sarapan, pakai sepatu kemudian berangkat selambat-lambatnya p
last updateLast Updated : 2021-02-18
Read more
10
Mia memang lagi apes, ternyata pos pertama dijaga Rangga sang Ketua OSIS berwajah galak. Dari jauh dia menatap tajam kelompok Mia yang sedang menghampiri. Seperti elang yang sedang mengincar mangsanya.Waduh! Tahu gitu tadi biar aja Kayobi yang pertama nerima hukuman."Permisi, Kak. Apa benar ini titik pertama?" tanya Kayobi dengan santai."Kata siapa?" jawab si mata elang dengan tatapan yang bisa membuat siapa saja merinding. "Saya cuma lagi ngobrol sama Pak Satpam. Kalian ngapain ke sini? Apa buktinya kalo di sini adalah pos pertama?""Ini, Kak." Kayobi membuka amplop. "Di sini tertulis garda depan barisan kereta kuda.""Apa hubungannya dengan di sini?""Garda depan itu berarti yang berjaga di barisan paling depan, dan itu adalah satpam. Sedangkan barisan kereta kuda adalah parkiran mobil dan motor." Kayobi kembali mewakili kelompoknya menjawab."Bagus. Kalian benar. Sekarang kalian baris. Ada tugas yang harus kalian lakukan suapa
last updateLast Updated : 2021-02-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status