Share

The Lucifer's Bride
The Lucifer's Bride
Author: Alvern Gyan

1. Permulaan

This is a work of fiction.

The following story is purely fictional, and the plot is not to be associated with actual historical records.

Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner

Any resembles to actual person, living or dead, or actual events is purely coicidental.

***

Warnings:

Sexual Themes

Character Death(s)

Moderate Violance and Gore

***

Sesosok mahluk bertanduk kambing dengan sayap hitam di punggungnya tengah duduk nyaman di peraduan. Tubuh telanjang mahluk itu hanya ditutupi sehelai kain tipis di bagian pinggang.

Di kedua sisinya, dua succubus tengah menggerayangi tubuh maskulinnya yang kekar. Namun sosok tersebut terlihat tidak peduli, dan larut dalam lamunan sembari menyesap cairan merah dari gelas emas.

"Kau terlihat bosan, My Lord," ucap salah satu succubus tersebut.

"Hm," gumamnya malas. Sosok tersebut memang tengah dilanda kebosanan yang tiada akhir. Kehidupannya terasa monoton, dan tidak menarik sama sekali beberapa ribu tahun ini. Ia membutuhkan hiburan demi mengisi kejenuhannya.

"Tidak adakah yang bisa menghiburku?" Sosok itu mendesah, berharap hal menyenangkan menghampirinya.

"Bagaimana kalau kau bermain denganku, My Lord? Aku menyerahkan diriku agar kau bisa bersenang-senang, My Lord." Succubus di sisi kanan mendekatkan dirinya pada sosok tersebut.

Seringai tipis terbit di wajah rupawan sosok itu. "Hm, kemari lah. Buat diriku senang. Aku akan memusnahkanmu kalau kau tidak bisa memuaskanku, mengerti?" Tatapan keji dihadiahkan pada succubus di hadapannya.

"Ah~ Yes, My Lord." Tubuh succubus itu bergetar merasakan tatapan keji berbalut gairah dari sosok yang menjadi tuannya tersebut. Ia menaiki sosok itu, dan mulai meliukkan tubuh.

Succubus tersebut membiarkan sesuatu yang keras milik tuannya itu berada di dalamnya. Terbenam di titik yang paling dirinya inginkan. Ia menggigil ketika merasakan nikmat menghantam tubuhnya. Energi tuannya yang ia terima terlalu kuat dan gelap, namun terasa manis dan menyegarkan hingga membuat kepalanya pening.

"Ah~ My Lord~"

Succubus lain yang sejak tadi hanya memerhatikan sembari memainkan kain tipis milik tuannya, mulai terpengaruh oleh permainan kedua mahluk itu. Tubuhnya memanas dan menginginkan hal yang sama seperti temannya.

"My Lord," ucap succubus itu dengan wajah memelas.

"Kemari."

Perintah sosok tersebut segera dilakukan oleh succubus itu. Ia mendekatkan tubuhnya pada tubuh kekar sang lord, meraba dan menyentuh tubuh itu dengan gerakan sensual. Bibirnya menyusuri kulit kecoklatan yang berpendar keemasan itu sembari memberikan kecupan ringan di setiap inchinya.

"Teruskan." Sosok itu menggeram dan melenguh ketika merasakan dirinya akan meledak.

Kedua succubus yang menggerayangi tubuh sosok tersebut semakin bersemangat memberikan kenikmatan pada tuannya. Tubuh sosok itu yang kini dibasahi oleh peluh, berkilat menggoda di keremangan sinar parafin-- membuat para succubus itu bergetar menunggu pelepasan tuannya.

"Ah~ Ampun, My Lord." Succubus yang tengah bergerak tepat di atas tubuh sosok tersebut menjerit memohon ampun ketika energi yang besar dialirkan ke dalam tubuhnya. Meski terdengar seperti kesakitan, wajah succubus tersebut menunjukkan kenikmatan dan kepuasaan yang membuatnya merasa di surga. Tempat yang tidak akan pernah ia injakkan kaki.

Sosok itu menyeringai sembari menjilat bibir merah gelapnya. Matanya berkilat ketika merasakan hasratnya semakin menggebu.

"Lagi. Puaskan aku lagi."

Satu succubus yang belum mendapatkan tembakkan energi dari sosok tersebut memposisikan dirinya. Ia memasukkan milik tuannya yang masih keras itu ke dalam tubuhnya.

"Ah~ My Lord." Succubus tersebut mendesah ketika aliran seperti listrik menyengat di inti tubuhnya. Ia mulai bergerak naik turun demi meresapi energi tuannya.

Ketika tengah menikmati permainan succubus tersebut, tiba-tiba saja sosok itu merasakan kekuatan besar dari dunia manusia yang berada di bawah kekuasaannya. Keningnya mengernyit, tetapi ujung bibirnya tertarik ke atas.

Sosok tersebut segera menyelesaikan permainan, dan membiarkan energi miliknya menghantam kuat ke dalam tubuh succubus itu. Lalu, tanpa menunggu lagi ia segera bangkit, dan menyingkirkan dua succubus di sisinya yang kelelahan setelah melayani nafsunya.

Dalam sekejap sosok tersebut sudah berpindah tempat ke dunia manusia. Jubah hitamnya berkibar angkuh tertiup oleh angin. Posisinya yang berada di atap gedung tinggi membuat sosok itu dengan mudah memperhatikan sekeliling. Seulas senyum lebar terbit ketika melihat buruannya tertangkap mata.

Lagi, sosok tersebut menggunakan kekuatan teleportasinya. Saat ini ia sudah berdiri tenang di ujung ruangan. Selain dirinya, terdapat tiga manusia dan satu malaikat di dalam sana.

Perhatian sosok itu sepenuhnya tertuju pada bayi mungil yang tengah menatap kagum ke arah malaikat dengan sayap putih bersih di punggungnya. Malaikat tersebut menyerahkan setangkai bunga Lili di samping kepala bayi itu.

"Hm ... ? Tidak biasanya Gabriel turun langsung seperti ini."

"Dan apa yang kau lakukan di sini, Lucifer?"

Malaikat tersebut tiba-tiba muncul begitu saja di depan sosok bernama Lucifer tersebut.

"Aku lebih suka dipanggil Leon daripada Lucifer."

"Aku tidak peduli, Lucifer."

"Untuk ukuran sesosok malaikat, kau terlalu menyebalkan, Gabriel."

Gabriel berdecih malas. "Apa yang kau lakukan di sini, Iblis?" tanyanya.

"Hanya berkunjung."

"Kau bukan jenis iblis yang datang hanya untuk berkunjung."

"Ah ... kau benar." Leon tersenyum tipis.

"Aku datang karena bayi itu. Jiwanya terlalu bersih, putih dan bercahaya, dan itu menyebalkan." Tunjuk Leon pada bayi mungil di depannya. Wajah iblis itu berubah gelap dan suram ketika mengatakan kalimat itu.

"Aku tidak peduli."

"Kau ... ternyata memang sangat menyebalkan. Lebih menyebalkan daripada Raphael dan Michael."

Wush.

Pedang panjang dengan hiasan bunga Lili di gagangnya terhunus di leher Leon. Darah hitam mengalir dari luka sabet pedang tersebut. Leon menanggapinya dengan biasa. Ia tidak terpengaruh oleh sikap tidak sopan yang ditunjukan Gabriel padanya.

"Berani sekali kau memanggil para Archangel hanya dengan namanya." Gabriel mendesis tidak suka.

Leon menyingkirkan mata pedang yang masih terarah padanya dengan mudah. Hanya satu jentikan jari, dan Gabriel terdorong cukup jauh darinya.

"Hati-hati, Anak Muda," ucapnya tenang dengan nada tajam syarat akan peringatan. Tangan Leon mengibas ringan seolah menghilangkan debu tak kasat mata dari tubuhnya.

Tidak ingin memancing keributan yang lebih besar, Gabriel segera pergi dari sana setelah mendapat panggilan telepati dari Archangel Michael. Tanpa pamit atau kata perpisahan, malaikat itu meninggalkan Leon dan ketiga manusia yang tidak menyadari kehadirannya tersebut.

"Dasar! Tidak ada sopan santun."

Langkah Leon semakin mendekat ke arah bayi mungil yang tengah menggenggam bunga Lili di tangannya. Bunga yang melambangkan jiwa suci.

Tangan mungil bayi tersebut mencoba meraih jemari Leon, tetapi pria itu tidak membiarkannya. Akan sangat berbahaya untuknya mendekati bayi murni yang baru lahir, apalagi dengan semua berkat yang diterima dari Sang Pencipta.

"Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti, Bayi Mungil."

Walaupun sebenarnya Leon sangat tergoda untuk segera mengotori jiwa suci bayi itu. Namun bukan sekarang waktunya. Ada hal yang lebih penting untuk ia lakukan sekarang. Pandangan Leon jatuh pada ayah si bayi yang berada di samping kanan. Ia menyeringai lebar ketika melihat titik hitam besar yang berada dalam jiwa pria itu.

"Ah ... manusia itu mulai jatuh dalam kegelapan."

Lalu, dimulailah bujuk rayuan dan bisikan-bisakan manis yang terus dilancarkan oleh Leon pada ayah si bayi suci, Barend. Sampai berada di titik di mana pria itu percaya bahwa bayi kecilnya bukan lah putri kandungnya.

Secara tidak langsung, Leon ikut andil membuat Barend memiliki keinginan untuk menghabisi istri dan putri kandungnya sendiri. Ia juga menanamkan benih keangkuhan, membiarkan pria bodoh itu mempercayai bahwa dirinya tidak membutuhkan kemurahan hati Sang Pencipta.

"Manusia memang mahluk rapuh yang mengerikan," gumamnya penuh kemenangan.

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Leon? ahhahaha keren sie
goodnovel comment avatar
Yuniizhy_
Bisikan Lucifer menakutkan ya:v
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status