Share

TARING YANG RUNCING

“Rasa penasaran bukan hanya bisa dirasakan oleh manusia, melainkan bangsa vampir pun juga.”

***

 Selena berusaha untuk terus menyamakan langkah kakinya dengan Syilea. Dia berpikir apakah manusia selalu berjalan dengan begitu pelannya. Bagi Selena langkah kecil dan pelan seperti ini memakan waktu banyak.

“Apa rumahnya masih jauh?” tanya Selena pada Syilea.

Gadis yang memakai ransel berwarna putih gading itu menoleh pada Selena sambil memakan crepes rasa coklat keju di tangannya. “Lima menit lagi kita sampai,” jawabnya sambil mengulurkan cemilan di tangannya. “Kamu mau, Elle?”

“Tidak. Terima kasih.” Selena menolak dengan suara pelannya. Mana mungkin dia memakan makanan manusia.

“Oh iya … apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Syilea.

“Ya?”

“Kenapa kamu ingin tahu rumah Rain?”

Selena tidak perlu waktu lama untuk membuat alasan. Dia langsung menjawab, “Bukankah kamu yang menawarkan diri untuk mengajakku ke rumah dia?”

“Haa … iya. Benar juga.” Wajah Syilea tampak seperti gadis bodoh yang bahkan tidak menyadari kalimat diucapkan saat di kelas. “Tapi … apa tidak ada alasan khusus?” desaknya yang mulai penasaran.

“Tidak ada.”

“Kalau seandainya kita tidak jadi ke sana, bagaimana?”

Selena tidak menjawab. Dia hanya diam. Dalam hatinya membatin … Jangan membuang waktuku, Lea. Kita sudah hampir sampai dan kamu ingin membatalkan ini? Yang benar saja!

Syilea melirik Selena yang tidak menjawab. Dia melihat raut serius di wajah murid baru itu. Bukannya merasa tidak enak hati, melainkan Syilea langsung terkekeh seperti biasa.

“Ada apa?” heran Selena.

“Kenapa kamu selalu menganggap segala sesuatunya serius, Elle?” tanya Syilea.

“Aku?”

“Ya … kamu tidak menjawab pertanyaanku. Kamu pikir aku akan membatalkan tujuan kita ke rumah Rain? Hahahaa.”

“Itu tidak lucu, Lea,” gerutu Selena sambil terus berjalan dan tidak ingin melihat wajah konyol gadis itu.

“Apa aku boleh menebak?” tanya Syilea.

“Ya?”

“Kamu suka dengan Rain?” tebaknya.

Beruntung Selena bukan manusia sehingga semburat merah muda tidak nampak di pipinya. Dia juga bisa mengontrol dirinya agar tidak kaget dengan tebakan itu. Mungkin karena hatinya yang dingin sehingga bisa bersikap tenang dan tidak cepat salah tingkah.

“Tidak,” jawab Selena singkat.

“Lalu … kenapa kamu begitu penasaran, Elle?”

“Tidak apa-apa.”

“Jawaban macam apa itu?” sungut Syilea dengan tangan bersedekap di dada.

“Apa rumahnya masih jauh?” Selena mengalihkan pembicaraan.

Syilea menghentikan langkahnya. Mereka sudah berdiri di depan gerbang besar dengan pagar tinggi yang rusak. Tumbuhan merayap begitu rimbun menutupi pagar besi berkarat itu.

“Rumahnya ada di dalam, Elle.”

Selena diam dan menatap ujung jalan kecil yang dipenuhi dengan dedaunan gugur. Ada juga timbunan daun-daun kering yang belum dibakar seolah sang empunya rumah terlalu sibuk untuk melakukan itu.

Sambil memegang tali ranselnya, Selena sudah siap untuk melanjutkan langkah kakinya masuk ke dalam wilayah yang dibatasi pagar rusak itu.

“Elle … tunggu!” Syilea menahan tangan Selena. “AW!!”

Sentuhan kulit yang dilakukan tanpa sengaja itu membuat Syilea sangat kaget. Begitu juga dengan Selena. Meski hanya terjadi satu detik, namun Selena bisa merasakan keanehan dalam dirinya. Dengan cepat dia langsung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket agar tidak tersentuh lagi.

Kening Syilea berkerut sambil memegang telapak tangannya sendiri. Dia seperti telah memegang sesuatu yang sangat dingin melebihi es. “Kamu … dingin ….”

Selena harus tetap bersikap tenang. Dia tidak boleh terlihat panik atau melarikan diri karena sudah menyentuh manusia secara tidak sengaja.

“Ya … aku memang kedinginan,” jawab Selena dengan nada biasa.

Tidak ada yang aneh kecuali kulitnya yang sedingin mayat. Syilea belum pernah menyentuh kulit manusia dengan suhu tubuh seperti itu.

“Kamu baik-baik saja, Elle?” tanya Syilea memastikan.

Selena mengangguk yakin. “Aku harus ke dalam.”

“Jangan dulu!” larang Syilea.

“Ada apa?”

“Kamu yakin ingin masuk ke dalam? Maksudku di dalam itu sangat mengerikan. Bahkan … rumah besar itu terlihat seperti bukan dihuni manusia, melainkan hantu,” bisik Syilea dengan ragu dan takut.

“Tidak ada hantu di dunia ini, Lea.”

“Ada! Sepupuku pernah melihat sesuatu yang besar di depan rumah itu,” jelas Syilea sambil menunjuk rumah Rain.

“Mungkin itu bayangan pohon.”

“Aku yakin tidak ada bayangan pohon yang memiliki mata merah menyala! Itu menakutkan, Elle!”

Selena mendengus dan menggelengkan kepala. “Bisa jadi itu adalah kunang-kunang.”

“Ish! Kenapa kamu tidak percaya padaku?” protes Syilea.

“Sudahlah … sekarang kita masuk ke dalam atau kamu ingin di sini saja menungguku?” Selena memberikan dua opsi yang bisa dipilih oleh Syilea.

Ragu untuk memilih yang mana. Syilea merasa harus bertanggung jawab karena sudah membawa Selena ke rumah Rain. Tapi, di satu sisi cerita sepupunya itu membuat nyalinya menciut.

“Baiklah. Aku masuk sendiri saja,” kata Selena.

“Eh! Aku belum memilih, Elle!” teriak Syilea.

Namun, Selena sudah tidak ada waktu untuk bernegosiasi dengan Syilea lagi. Terserah teman barunya itu ingin ikut atau tidak. Yang jelas dia harus menyelesaikan rasa penasarannya dengan cara mengetahui apa yang terjadi pada Rain sehingga dia tidak ada di sekolah.

Langkah kaki Selena sedikit terdengar berisik ketika dia menginjak daun-daun rapuh berwarna jingga di atas tanah. Matanya mengitari sekitar. Terlihat jelas kalau rumah yang mirip mansion itu memiliki halaman sangat luas. Bahkan masih bisa membangun satu mansion lagi di dalamnya.

Hanya saja keadaan begitu mengerikan karena rumah itu tidak dijaga sama sekali. Seolah dulu memang sangat terawat dan sekarang diabaikan oleh pemiliknya. Terbukti di depan rumah besar itu ada kolam air mancur yang terbengkalai.

“Elle … apa sebaiknya kita kembali saja?” bisik Syilea yang berjalan di belakang Selena. Dia memegang ransel gadis vampir itu. Matanya juga melihat kiri dan kanan seolah waspada kalau tiba-tiba saja nanti ada sesuatu yang mengerikan keluar.

“Kenapa kamu tidak menungguku di depan?” tanya Selena yang terus berjalan tenang.

“Aku takut sendirian.”

“Dan sekarang kau bersamaku. Kenapa masih takut?”

“Karena kita masuk ke tempat mengerikan.”

“Bukankah ini rumah Rain? Apa yang harus kau takutkan?” kesal Selena dengan kemanjaan dan rengekan gadis penakut di belakangnya.

“Aku tahu … tapi kata sepupuku kalau‒.”

“Kita sudah sampai,” potong Selena dengan cepat.

Syilea mengintip dari balik tas Selena. Dia melihat dua pintu kembar yang besar tepat di hadapannya. Benar, mereka sudah berada di teras rumah berhantu itu.

Gosh! Aku ingin kembali saja!” rajuk Syilea lalu membalikkan badannya dan bersiap lari menuju gerbang tanpa pintu itu.

Namun, tiba-tiba tanpa sengaja kakinya menginjak salah satu papan rapuh teras rumah. Srukk! Kakinya langsung masuk ke dalam lubang yang dibuatnya sendiri sehingga ujung patahan dari kayu itu menggores kakinya hingga berdarah.

“Awwhh!” Syilea meringis kesakitan.

Selena terkejut dan ingin membantu Syilea, tapi sadar kalau dia tidak bisa menyentuh gadis itu. Dengan inisiatif cepat, Selena menarik tas ransel Syilea agar bisa membantunya berdiri.

“Terima kasih,” ucap Syilea masih merintih kesakitan.

Selena tidak menjawab. Matanya fokus pada kaki Syilea yang berdarah. Seketika dia mencium aroma wangi yang sangat segar sehingga mampu membangkitkan rasa lapar dan hausnya.

Ada apa ini? Kenapa aku tiba-tiba sangat lapar? Dan … bau ini sangat nikmat ….

“Ouch! Ini sangat perih, Elle.” Syilea terus meniup-niup kakinya yang berdarah.

Selena mengalihkan perhatiannya ke bagian luka di kaki Syilea. Rasa lapar dan hausnya bergejolak dan meronta. Sekarang dia mengerti permasalahannya di mana. Dia sadar apa yang terjadi padanya setelah dua buah taring runcing tiba-tiba saja muncul di antara bibirnya.

Gawat!

Selena langsung menutup mulutnya. Matanya terbelalak sempurna. Dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Bukankah ini belum bulan purnama, tapi kenapa dia merasa sangat ingin mencicipi darah segar.

Sementara otaknya terus memerintahkan dirinya untuk menahan diri, namun alam bawah sadarnya meminta Selena untuk merasakan darah wangi yang keluar dari tubuh Syilea.

-Bersambung-

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status