Home / Fantasi / The Lunar / DINGIN, PEMARAH DAN TAMPAN

Share

DINGIN, PEMARAH DAN TAMPAN

Author: Ontelicious
last update Huling Na-update: 2021-05-21 06:55:45

“Kelebihan yang kau miliki adalah yang diingankan orang lain.”

***

Valley High School.

Selena bergegas mengayunkan langkahnya menuju kelas. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Rain, lelaki yang mengusik pikirannya selama beberapa jam terakhir. Konyol rasanya dia bisa menjadi seperti ini. Bahkan kalau diingat-ingat terasa sangat aneh ketika Selena tidak dapat menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Rain di jalan tempo hari.

Di kelas hanya ada beberapa orang saja. Tidak ada Rain di sana.

“Selamat pagi!” sapa seorang gadis ceria pada Selena. Tentunya dia adalah manusia.

Selena menoleh sebentar kemudian menjawab, “Pagi.” Sambil meletakkan tas miliknya di atas meja.

Gadis manusia bernama Syilea itu terus mengikuti Selena hingga duduk di kursi sampingnya. “Kita belum berkenalan secara resmi.”

Aku sudah tahu namamu, batin Selena.

“Hai, namaku Syilea.” Gadis itu mengulurkan tangannya.

Selena melihat uluran tangan Syilea. Kulit gadis itu coklat dengan iris mata abu-abu, sangat cantik. Terlebih rambutnya yang keriting hitam panjang. Dia selalu tersenyum dan menunjukkan keceriaan.

“Selena.” Hanya itu yang diucapkan vampir muda yang enggan menjabat tangan Syilea.

“Tanganku bau, ya?” gumam Syilea sambil mencium tangannya. “Ah, tidak, kok. Tapi, kenapa kamu tidak ingin bersalaman denganku?” herannya.

Selena membelalak sedikit kaget. Kenapa bisa Syilea berpikir tangannya bau. Padahal dia hanya tidak ingin bersentuhan kulit dengan manusia.

“Bukan begitu, aku hanya‒.” Selena ingin menjelaskan, tapi Syilea sudah tertawa kecil yang membuat dia heran sendiri.

“Aku hanya bergurau. Jangan diambil hati,” ucapnya tulus.

Diambil hati? Bukankah seharusnya dia yang tersinggung karena aku tidak menjabat tangannya? Dasar aneh!

Selena tidak tertarik untuk melanjutkan obrolan dengan Syilea. Dia mengeluarkan satu persatu buku matematika, pulpen dan penggaris. Meskipun bosan dengan pelajaran yang itu-itu saja, Selena harus tetap menjalani itu semua. Ini seperti lelucon yang selalu diulang sehingga membuatnya jengah.

“Nanti kita akan ada pelajaran olahraga,” kata Syilea semangat.

“Hm.”

“Oh iya, kamu dari sekolah mana sebelumnya?”

“Sekolah yang jauh dari Breavork,” jawab Selena enggan memberitahu di mana sekolah asalnya.

“Apakah sekolah itu memiliki matahari yang terik?” lanjutnya.

Selena menggelengkan kepala. Sesekali dia melihat ke arah pintu, berharap kalau Rain akan tiba. Namun, Selena harus kecewa ketika sampai bel masuk berbunyi masih belum muncul lelaki penggoda pikirannya.

Kemana dia? Kenapa tidak ada?

Pelajaran berlangsung. Selena tidak menikmati hari ini, meskipun sebelumnya memang dia tidak pernah menikmati hari-hari yang dia lalui. Tapi, hari ini memang agak sedikit berbeda.

“Lea,” panggil Selena pada Syilea yang duduk di sampingnya sambil menulis catatan di papan tulis ke bukunya.

“Ya, Elle?” jawab Syilea sambil terus mencatat.

“Kenapa anak laki-laki dingin dan pemarah itu tidak masuk kelas?”

“Dingin dan pemarah?” ulang Syilea dengan kening berkerut dan menghentikan gerak pulpen miliknya. “Maksudmu Justin?”

“Justin?” heran Selena. Dia ingat kalau Justin adalah anak lelaki gembul dengan tangan yang selalu memegang makanan. Bagaimana bisa Syilea langsung memikirkan nama Justin saat Selena menyebutkan petunjuk seperti itu.

“Iya. Dia kan pemarah,” jelas Syilea dengan lugunya.

Selena menggelengkan kepala lalu mengoreksi. “Bukan. Bukan Justin yang kumaksud.”

“Lalu?”

“Mmm … dia sedikit tam … pan.” Ada nada rendah ketika menyebutkan kata tampan di kalimat Selena.

“Aaah … Rain?”

Tanpa sadar senyum Selena langsung mengembang saat mendengar nama lelaki itu. Dia mengangguk pelan meskipun yakin.

“Ng … tunggu kucari,” kata Syilea lalu melihat satu persatu wajah temannya di kelas.

“Dia tidak ada, Lea.”

“Iya, benar. Dia tidak ada,” sahut Syilea membenarkan. “Kalau begitu dia membolos lagi seperti biasa.”

“Memangnya dia selalu melakukan itu?”

Syilea mengangguk. “Selalu dan selalu. Bahkan dalam seminggu dia bisa tidak masuk sampai empat hari. Herannya dia selalu naik kelas karena tidak pernah mendapatkan nilai merah saat test atau ujian.”

Kening Selena mengernyit. Penjelasan yang aneh dari Syilea membuatnya semakin tertarik ingin tahu tentang Rain.

“Apa kau tahu di mana tempat tinggalnya?” tanya Selena lagi.

Sayangnya kali ini Syilea menggeleng dan menjawab, “Tidak ada yang tahu dia tinggal di mana. Pernah ada yang mengatakan dia tinggal di rumah ujung jalan. Rumah besar yang tidak terawat itu.”

“Aku belum pernah melihatnya.”

“Jelaslah … kamu kan warga baru di Breavork,” jawab Syilea sambil terkekeh.

Selena tidak ikut tertawa, menurutnya itu tidak lucu melainkan masuk akal. Jadi tidak ada yang perlu ditertawakan.

“Apa kamu ingin jalan-jalan ke sana?” ajak Syilea tiba-tiba.

“Kamu mengajakku?”

“Memangnya siapa lagi?”

Selena langsung mengangguk tanpa berpikir dua kali. Dia harus mencari tahu tentang kehidupan Rain. Siapa Rain sesungguhnya dan bagaimana bisa lelaki itu terus menghantui pikirannya.

***

Sepulang sekolah.

Selena lebih dulu menghampiri Matt yang sudah merapikan barang-barang miliknya di dalam loker. Mengetahui Selena datang, Matt langsung tersenyum lebar.

“Ada apa, Elle?” tanya Matt dengan antusias dan semangat.

“Aku tidak pulang dengan kalian.”

Kening Matt berkerut. “Ada apa lagi, Elle? Apa yang ingin kamu lakukan?”

“Bukan urusanmu,” jawab Selena dingin.

“Setidaknya beritahu aku … kalau kamu merasa tidak nyaman satu mobil denganku. Aku bisa menyuruh Henry yang menyetir dan biarkan aku pulang sendirian.”

Selena menggelengkan kepalanya tanpa menatap wajah penuh sesal Matt.

“Ayolah, Elle … jangan bersikap seperti ini. Kamu sudah membuat saudara kita menjadi tidak nyaman dengan hubungan kita yang dingin.”

Selena tidak menggubris. Dia membalikkan badan dan ingin pergi. Baginya sudah minta ijin pada Matt itu lebih dari cukup.

“Elle … wait!” panggil Matt mengunci lokernya lalu mengejar Selena.

Di koridor mereka berpapasan dengan Henry dan Bianca.

“Hai … ada apa?” heran Bianca melihat Matt yang terlihat seperti mengemis pada Selena.

“Dia tidak ingin pulang dengan kita,” jawab Matt.

“Oh ya? Bagus, dong!” seru Bianca sambil melirik Selena yang tidak peduli.

“Elle, mau kemana?” tanya Henry dengan lembut.

Selena menghentikan langkahnya dan menatap Henry. Baginya, hanya Henry yang bisa bersikap tulus dan sangat baik padanya. Meskipun sebenarnya Matt juga begitu. Hanya saja dia terlanjur membenci kakaknya itu.

“Beritahu aku saja,” pinta Henry sembari tersenyum.

Selena meraih tangan Henry. Menggunakan kekuatannya untuk memberitahu dia ingin kemana. Seketika Henry melihat bayangan Selena dan Syilea yang berjalan bersama hingga berdiri di depan sebuah rumah gelap seperti tidak berpenghuni.

Lima detik kemudian, Selena melepaskan genggaman tangannya. Henry mengerjap kemudian berkata, “ Jadi kamu ingin ke sana?”

“Ya … tolong jaga rahasia ini,” pinta Selena.

Henry mengangguk setuju. “Baiklah … aku tidak akan memberitahu siapa pun.”

Selena kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Henry, Bianca dan Matt. Sejauh ini dia selalu percaya pada Henry karena saudaranya itu belum pernah membocorkan rahasianya sekali pun meski sudah dipaksa oleh Bianca.

“Mau kemana dia?” tanya Matt pada Henry.

“Kamu tenang saja. Dia pergi ke tempat aman. Dia hanya sedang mencoba menjawab pertanyaan,” jelas Henry.

Bianca menggaruk kepalanya. Tidak mengerti dengan maksud Henry. “Maksudmu apa?”

Henry terkekeh lalu mengacak rambut Bianca dengan gemas. “Sudahlah … jangan pikirkan Elle. Kita pulang saja. Mungkin ayah sudah ada di rumah,” ajaknya lalu berjalan lebih dulu.

“Huh! Kenapa aku selalu diperlakukan seperti anak kecil di mata Matt dan Henry?” sungut Bianca sambil bergegas mengimbangi langkah kedua saudaranya.

-Bersambung-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Henry lebih manusiawi soal perasaan ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • The Lunar   AKHIR BAHAGIA. SAMPAI JUMPA

    Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K

  • The Lunar   BERKAT LANGIT DAN BUMI

    Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat

  • The Lunar   ENERGI BERCINTA

    Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk

  • The Lunar   CIUMAN PERPISAHAN

    Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld

  • The Lunar   SELENA - ARION (1)

    Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada

  • The Lunar   ERIKA WALTER

    Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa

  • The Lunar   MAKE OVER

    Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik

  • The Lunar   PENGHUNI BARU

    Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint

  • The Lunar   COSPLAY VAMPIRE

    Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status