Share

Bab 7. Rekan Tidur

Rosene langsung terduduk. Ia memegang pinggang. Ngilu ia rasakan di sana. Tidak tanggung-tanggung ngilu itu sampai terasa ke perut. Sialan! Ia mengumpat dalam hati. Ini sungguh di luar dugaan

Aaron malah menyunggingkan senyum. Ia melangkah maju, mendekati Rosene. Ia tarik dagu wanita itu dan membuat Rosene seketika tersentak. 

"Selamat datang, Sayang." 

Rosene menenggak ludah, Aaron memandang Rosene. Begitu juga sebaliknya. Tatapan itu terlihat bengis dan memikat di saat bersamaan. Jantung ini tak berhenti berdetak, rencana yang ia susun seketika buyar setelah berhadapan langsung dengan Aaron.

"Kau...." Rosene tergagap. Pertama kalinya merasakan ketakutan dalam hidupnya adalah saat ini. 

"Kita bertemu lagi, Sayang." Aaron hendak menyatukan bibir, tetapi Rosene malah mendorong dada bidang itu hingga membuat Aaron termundur ke belakang. 

"Tuan." Ben menarik senjata api. Aaron buru-buru mengangkat tangan dan membuat Ben berhenti bergerak. Suasana berubah mencekam karena gerakan Ben menarik senjata. 

Detik berikutnya, Aaron malah tertawa, untungnya ia memiliki stok kesabaran yang cukup. Ia tidak akan marah hanya diperlakukan seperti itu. Tetapi Rosene, nyaris jantungan dengan apa yang akan dilakukan Aaron. 

"Di mana aku, kenapa membawaku kemari?" Rosene mencoba mengingat tragedi terakhir kali. Pria bertopeng, tidak salah lagi. "Kau salah satu dari pria bertopeng itu?" tanya Rosene. 

Tawa Aaron memenuhi ruangan. Pria dengan setelan jas mewah itu kembali sangat antusias. Rosene ini terlihat begitu polos baginya. Dia tidak tahu saja siapa wanita itu sebenarnya. 

"Aku orang yang sibuk, tidak ada waktu untuk melakukan hal itu. Ben, Berta," panggil Aaron. 

"Ya, Tuan." jawab Keduanya. 

"Tingkalkan kami berdua." 

"Baik, Tuan." 

Sebelum keluar, Berta meninggalkan alat kejut listrik itu di atas nakas samping Aaron, kalau-kalau pria itu membutuhkannya. Sedangkan Ben sudah keluar lebih dulu. 

Kembali, pintu ditutup dan terdengar suara kunci diputar dari luar. Aaron menyunggingkan senyumnya. Rosene merasakan firasat tidak baik. Ia bukan tidak mendengar tentang rumor siapa Aaron. 

Raja perang dunia bawah itu memiliki hobi mengoleksi wanita. Rosene curiga bila dirinya akan dijadikan salah satu dari mereka. Jika benar, apa yang akan ia lakukan? 

"Kau mau apa, Tuan?" Rosene membulatkan mata saat melihat Aaron melepas satu persatu kain yang melekat di tubuhnya. 

Bagian tubuh itu jelas terlihat, dada yang bidang, pinggang yang ramping, otot perut yang sixpack. Rosene melongo. Mana ia pernah melihat yang begitu. 

Berada di antara beberapa pria, Rosene justru sama sekali tidak pernah melihatnya. Sekalipun itu milik Jack, mantan kekasihnya. Selama ini ia hanya berkutat dengan persenjataan dan strategi penyerangan. 

"Tunggu apa lagi, cepat lepas pakaianmu!" 

"Apa?" Jelas Rosene kaget. 

"Kita akan bermain-main, Sayang. Aku sudah menunggu hari ini tiba." Aaron hendak merengkuh tubuh Rosene namun, berhasil ditahan oleh wanita itu. 

"Tunggu!" 

"Kenapa aku harus menurutimu?" Sadar dengan ucapan ketusnya, Rosene segera meralat. "Em, maksud saya, kenapa saya harus menuruti perintah Tuan?" 

"Karena ini adalah hukumanmu!" 

"Hukuman?" Rosene terperangah. 

"Kau telah berani mengusikku, bersikap kurang ajar padaku." 

Rosene mengerti, ini pasti karena ulahnya tempo hari. Jelas harga diri Aaron terluka. Dirinya meminta pria itu meminta maaf pada dirinya. Tetapi, bukankah itu adalah sebagian dari rencana. 

Tujuannya adalah bisa sampai ke markas Dare Devil. Tetapi, ia tidak berpikiran sampai bahwa ia akan menjadi rekan tidur Aaron. 

"Tunggu apalagi, cepat lepas pakaianmu!" 

Rosene tersentak, reflek kedua tangan menyilang di depan dada. Seolah ingin melindungi dua bagian ranum miliknya dari pria yang kini menatap liar ke arahnya. 

"Aku tidak mau, sebaiknya lepaskan aku!" kata Rosene. Aaron malah tertawa. Ini menarik, Aaron pertama kali menghadapi penolakan seperti ini. 

Siapa yang bisa menolak pesona seorang Aaron Salvatore. Tampan, muda, kaya raya, dan memiliki koneksi usaha yang luas. Tidak hanya di kalangan atas, tetapi juga dunia bawah yang gelap. 

"Kau mimpi, siapapun yang sudah masuk kemari, maka dia tidak akan bisa keluar hidup-hidup." 

Glek! 

Rosene menelan saliva. Sial! Dirinya terjebak. Misinya baru mulai, tidak mungkin jati dirinya ia buka. Jika berani melawan, maka ia ketahuan. Tetapi, bagaimana? Dirinya tidak mungkin menjadi budak nafsu Aaron. 

Rosene terdiam, dengan memandang Aaron. Jangan sampai dirinya lengah. Ia harus memikirkan cara untuk terbebas dari situasi ini. 

"Tunggu apa lagi? Jangan sampai aku menggunakan kekerasan," ancam Aaron. Karena terlalu gugup, Rosene jadi tidak bisa menggunakan akal sehatnya dengan baik. Apalagi saat Aaron melepas pakaian bagian bawahnya, secara otomatis gundukan di sela dua paha terlihat. 

Penglihatan Rosene jelas ternoda. Ia buang wajah ke sembarang arah. Di saat itulah Aaron mendekat.

"Tunggu, Tuan!" 

Aaron terkesiap. Ia langsung berhenti. "Ada apa?" 

"Saya belum mandi sejak pagi." Rosene membuka kedua tangan ke atas. Ia mengendus bagian sudut lengan. "Saya bau, Anda mau tidur dengan wanita bau." 

Dengan bodohnya Aaron mengikuti apa yang dilakukan Rosene. Kedua lubang hidung bergerak-gerak. Aaron mengendus aroma tubuh wanita itu. 

"Jangan membodohiku, aku tidak mencium apapun." 

Rosene turun dari kasur. "Anda tidak percaya, sini biar saya tunjukkan." Rosene bergerak maju. 

"Sudahlah." Aaron mengenakan kembali pakaiannya dengan cepat kemudian memanggil seseorang." 

"Berta!" 

Pintu dibuka, wanita dengan pakaian jas formal dan rok span hitam itu muncul. Disusul kemudian Ben. 

"Saya, Tuan." 

"Bantu wanita ini mandi, tubuhnya bau." Setelah mengatakan itu, Aaron langsung menyingkir dari hadapan Rosene. Ben juga mengekor di belakang pria itu. Rosene menghembuskan napas lega. Untungnya pria itu percaya jika tubuhnya bau. Padahal tidak. 

Berta memandang wanita di hadapannya dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. Sesuai perintah sang Tuan. Ia harus memandikan wanita ini. Ia memanggil pelayan lainnya yang menjadi bawahan untuk membawakan beberapa keperluan. 

Pakaian Rosene dilepas. "Aku bisa melakukannya sendiri." Rosene menolak perlakuan yang diberikan pelayan. 

"Kami sudah terbiasa, lebih baik Anda patuh atau kalau tidak kami yang akan menerima hukuman karena dianggap tidak becus mengurus Anda." 

Rosene terkesiap. Ia memandang Berta yang baru saja menjawab. Wajah wanita itu sangat tidak bersahabat. Jadi Rosene tidak akan membuat masalah, karena ia datang tidak untuk itu. 

Selagi pelayan bekerja, maka Berta hanya melihat dan memperhatikan. Sesuai dengan pengamatan dari segi kacamatanya, Rosene adalah wanita yang sangat menarik. 

Penampilannya biasa saja, tetapi ia yakin setelah dipoles dengan sedikit make up. Rosene akan tampil cantik melebihi Lucia, wanita kesayangan Aaron. 

Setelah selesai mandi. Rosene digiring untuk duduk di depan meja rias. Sementara pelayan lain tengah memilihkan pakaian. Berta mengambil alih pekerjaan bawahannya mengeringkan rambut Rosene. 

"Biar aku saja, kau pilihkan sepatu untuk Nona Rose." 

"Baik." 

Hairdryer berpindah tangan. Dengan telaten, Berta menggerakkan benda itu di atas kepala Rosene. 

"Rambutmu indah." 

Rosene terkesiap. Belum pernah ada yang mengatakan hal demikian. Memuji bagian dari tubuhnya. "Terimakasih." 

"Tapi, kenapa Anda melakukannya?" tanya Berta. Rosene mengerutkan dahi. 

"Apa?" 

"Anda pikir saya tidak tahu. Anda sengaja mengelabui Tuan dengan mengatakan tubuh Anda bau."

"Haaa?" 

To be continued. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
FeeatyNur
Lucu banget si Rosene
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status