All Chapters of The Mafia: Last Mission : Chapter 1 - Chapter 10
117 Chapters
Bab 1. Tidurlah Denganku
"Rose!" Rosene mendongak mendengar namanya disebut. Ia menatap wanita berambut pirang di seberang. Itu tidak asli. Tidak seperti dirinya yang lebih menyukai warna rambut aslinya yang berwarna hitam. "Tolong selamatkan aku!" ucap gadis itu lagi.Rosene menatap pria yang berdiri di samping Melanie. Moncong senjata mengarah pada kepala adiknya membuat Rosene seketika mengepal. Posisinya sangat tidak menguntungkan. Ia bisa saja menghabisi semua orang yang ada di ruangan ini. Tapi kenyataannya tidak begitu. Rosene malah berlutut di bawah todongan senjata beberapa pria yang tentu saja ia tahu satu persatu nama mereka karena pernah menjadi bawahannya. "Rosene," panggil seorang pria. Rosene menatap pria yang duduk di single sofa dengan posisi satu kaki bertumpu pada satu lainnya. Dia adalah Markus Alessandro, ketua klan Mafia Rossmoss, junjungannya. Pria yang ia hormati, ia segani sesuai dengan posisi dan jabatannya sebagai pemimpin tertinggi. Setidaknya, itu sampai kemarin. Sebelum akh
Read more
Bab 2. Misi Terakhir
Rosene kaget mendengarnya. Dari sekian banyak perintah yang diberikan oleh Markus, baru kali ini yang paling mengejutkan. Apa yang ada dipikiran wanita ketika seorang pria mengajak tidur bersama? Jelas bukan hanya sekedar tidur bersama. Tetapi, berhubungan intim yang sama sekali tidak diinginkan oleh Rosene. Mungkin bagi wanita lainnya itu adalah hal biasa, namun bagi Rosene itu suatu hal yang besar, dan ia tidak akan memberikannya pada sembarang pria. Apalagi Markus. "Bagaimana, Rosene?" Markus menatap Rosene penuh cinta. Sedangkan yang ditatap malah biasa saja. Perlahan tangan Markus menelusup memasuki tengkuk lalu menariknya. Belum sampai bibir itu menyatu. Rosene segera memalingkan wajah. "Maaf, Tuan. Saya tetap memilih opsi yang kedua."Semua terlihat kaget. Sudah menjadi rahasia umum jika Markus begitu mendambakan sosok Rosene untuk berada di ranjangnya. Tetapi dengan berani dan keras kepala, wanita itu menolak. Bahkan sampai detik ini. Anehnya, Markus membiarkan saja. Mele
Read more
Bab 3. Permainan Yang Buruk
Janeth kalah cepat dari Jack. Pria itu sudah mengongkang senjatanya sejak awal sampai di kamar Rosene. Dan setelah melihat Janeth berada di sana tentunya. Dia curiga saat melihat Janeth sedang menuju ke kamar Rosene, hingga ia pun mengikutinya. Jack juga sempat mendengar mereka berdua berdebat.. Bertahun-tahun perang dingin terjadi antara dua anggota wanita klan Rossmoss. Tentu menyita perhatian semua anggota klan itu sendiri. Terlebih Janeth terang-terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya pada Rosene di depan klan. Dingin, angkuh, keras kepala, dan congkak. Beberapa faktor penyebab wanita bermata merah itu tidak disukai anggota klan Rossmoss lainnya terutama Janeth. Alasan lainnya, yaitu Rosene merupakan anggota kesayangan Markus, Pemimpin klan. Tidak menyimpan kemungkinan bila Jack menyukai wanita itu juga. Rosene menatap Jack penuh emosi. Wajar, karena pria itu yang telah menembak adiknya. Lantas apa maksud kedatangan pria itu sampai repot-repot datang kemari. "Akhiri
Read more
Bab 4. Red Eyes
Sayang sekali, wanita penghibur itu harus dihabisi. Dia terkapar dengan luka tembak di kepala. Arron bilang, pelayanannya kurang memuaskan. Jadi sudah sepantasnya wanita itu lenyap. Suara tembakan tadi, berhasil menarik pusat perhatian para anggota klan Dare Devil. Dua penjaga di depan pintu saling pandang. Ben keluar. "Kalian, urus mayatnya!" Ben memberi perintah pada bawahannya lalu lekas menyusul Aaron. Menanyakan apa yang diinginkan tuannya itu. Mengingat pria itu belum puas. Pasti Aaron menginginkan pelampiasan lain. Tetapi, Ben salah kira. Aaron malah menuju ke ruang kerja. Ben mengira pria itu akan pergi ke Paviliun, tempat para wanita piaraannya berada. "Ben," panggil Aaron. "Ya, Tuan." Ben maju satu langkah. "Bagaimana dengan Nick?" "Nick sudah di sini sejak tadi, Tuan," jawab Ben. Aaron terperanjat. "Apa, lalu kenapa kau...." Ucapan Aaron terhenti, Ben menatap tuannya. Aaron mendecak. Hampir saja Aaron memarahi Ben. Ini karena dirinya terlalu sibuk bermain dengan wan
Read more
Bab 5. Rose
Jantung Rosene berdetak cepat. Bukan karena cinta atau apa, tetapi karena dirinya akan segera menginjakkan kaki di wilayah Dare Devil. Kelompok klan mafia terbesar di kota Roma. Di hadapan Jack maupun lainnya, ia bisa saja bersikap tenang dan seolah tak takut pada klan tersebut. Tetapi, kenyataannya, ia begitu gugup. Bagaimana bila penyamarannya terbongkar sebelum misi dimulai. Ia dengar Dare Devil begitu sadis saat membunuh musuhnya. Apakah itu artinya dirinya akan berakhir di sini. Ah, kenapa dirinya begitu pesimis. Setidaknya Rosene harus tetap mencoba. Demi Melanie. Sebelum tiba, Rosene harus sudah menyamarkan penampilannya. Ia harus berganti pakaian ala gadis Roma. Dan satu yang pasti, ia harus menggunakan lensa kontak untuk menutup warna bola matanya yang menurut sebagian orang terlihat menakutkan. Sejak kecil, Rosene mengalami kelainan. Bola matanya berwarna merah terang layaknya makhluk penghisap darah. Hal itu pulalah yang menyebabkan dirinya dibenci oleh Sang Ibu dan
Read more
Bab 6. Diculik
Mendengar nama Aaron saja, membuat kepala berdenyut nyeri. Apalagi ketika berhadapan dengannya. Rosene menghembuskan napas. Menata degup jantungnya yang tidak beraturan. Ini tidak semudah yang ia bayangkan. Tatapan pria itu sangat menakutkan. Ternyata apa yang ia dengar tentang Aaron bukan hanya rumor semata. Iblis berwajah malaikat. Perumpamaan itulah yang cocok buat Aaron. Rencana yang telah ia susun dengan matang, harus berjalan lancar. Dan semoga saja, Aaron memakan umpan yang ia berikan. Rosene memandang wajahnya sendiri di cermin. Tangannya meremas pinggiran westafel. Ini tidak seperti dirinya. Gugup dan takut. Tapi ia harus menyelamatkan Melanie. "Aku harus bersiap."Rosene memasang kembali lensa kontak yang sudah ia lepas. Jangan sampai kelemahan yang satu ini terlihat oleh orang luar apalagi bila sampai ketahuan oleh anggota klan Dare Devil. Mobil berhenti. Ben turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk sang Tuan. Aaron menapakkan kaki ke tanah. Rumah sederhana ter
Read more
Bab 7. Rekan Tidur
Rosene langsung terduduk. Ia memegang pinggang. Ngilu ia rasakan di sana. Tidak tanggung-tanggung ngilu itu sampai terasa ke perut. Sialan! Ia mengumpat dalam hati. Ini sungguh di luar dugaanAaron malah menyunggingkan senyum. Ia melangkah maju, mendekati Rosene. Ia tarik dagu wanita itu dan membuat Rosene seketika tersentak. "Selamat datang, Sayang." Rosene menenggak ludah, Aaron memandang Rosene. Begitu juga sebaliknya. Tatapan itu terlihat bengis dan memikat di saat bersamaan. Jantung ini tak berhenti berdetak, rencana yang ia susun seketika buyar setelah berhadapan langsung dengan Aaron."Kau...." Rosene tergagap. Pertama kalinya merasakan ketakutan dalam hidupnya adalah saat ini. "Kita bertemu lagi, Sayang." Aaron hendak menyatukan bibir, tetapi Rosene malah mendorong dada bidang itu hingga membuat Aaron termundur ke belakang. "Tuan." Ben menarik senjata api. Aaron buru-buru mengangkat tangan dan membuat Ben berhenti bergerak. Suasana berubah mencekam karena gerakan Ben menar
Read more
Bab 8. Terciduk
Rosene memandang Berta dari pantulan cermin. Apa yang baru saja wanita itu katakan. Rosene tidak salah dengar? Apakah itu artinya Rosene akan ketahuan?Melihat reaksi Rosene, Berta segera menyela. "Aku tidak akan mengatakan pada Tuan. Tapi cepat atau lambat, kau harus menyerahkan tubuhmu pada Tuan, karena untuk itulah kau di sini." Rosene merinding mendengarnya. Dibandingkan dengan Melanie, dirinya memang tidak tahu apa-apa soal pria. Apalagi soal hubungan ranjang. Rosene memang memiliki impian untuk hidup normal, menikah, dan memiliki anak. Tetapi, menyerahkan mahkotanya pada Aaron bukan rencananya. Ia kemari untuk menjadi mata-mata, bukan menyerahkan tubuhnya. Kalau begini, sama dengan ia keluar kandang harimau lalu masuk kandang buaya. Nyaris tidak ada beda antara Aaron dan Markus. Keduanya sama-sama pemimpin dunia bawah, dan sama-sama penyuka wanita. Rosene tidak bisa menyerahkan tubuhnya dengan orang macam itu. Tetapi, bukankah itu sudah menjadi resiko yang harus ia terima ke
Read more
Bab 9. Berhasil Direbut
Dalam hati Rosene mengucap syukur bahwa itu bukanlah Aaron. Rosene mengerutkan dahi. Siapa wanita ini? Tiba-tiba main masuk saja dan membuatnya kaget. Bila dilihat dari penampilannya, sepertinya dia bukan pelayan. Tetapi, siapapun dia, pasti orang di luar sana tidak akan tinggal diam 'kan. Benar saja, beberapa detik setelahnya, tergopoh-gopoh Berta muncul. Ia berhenti tepat di samping Lucia yang tengah berdiri memandang ke arah Rosene. "Nona, mohon jangan seperti ini. Tuan bisa marah." Lucia menoleh dan memberikan tatapan tajam kepada Berta. "Dia tidak akan marah kalau kau tidak mengadu." Setelah mengatakan itu, Lucia maju selangkah. "Lagi pula aku kemari karena mendengar bahwa ada koleksi baru. Jadi itu kau." Lucia memandang Rosene sedikit mengejek. "Koleksi?" "Ya, apa lagi jika bukan koleksi. Wanita yang akan dipakai sekali, selebihnya akan dijadikan koleksi." Lucia berkata seraya mengangkat kedua bahu. "Nona," panggil Berta. Lucia mendecak. "Ya, ya aku akan pergi, Berta." Ka
Read more
Bab 10. Jadilah Wanitaku!
Batuk-batuk itu reda setelah diberikan seteguk air. Aaron mengamati gerak-gerik Rosene. Segala sesuatu yang dikerjakan wanita itu sungguh menarik perhatiannya. Untuk ukuran seorang wanita, Rosene terlalu kaku. Tatapannya juga sedingin es."Kau tidak dengar aku bicara." Rosene menoleh untuk bisa memandang Aaron. Keduanya saling menatap. Aaron dapat melihat bola mata kehitaman itu. Sedikit aneh karena terdapat warna merah di bagian tepi menyerupai cincin. Meski samar, tetapi Aaron dapat melihatnya. Entah itu asli atau tidak. Yang jelas, Aaron baru menemui wanita yang seperti ini. Dan jika diperhatikan lagi. Rosene ini memiliki postur tinggi kira-kira 170 sentimeter, tubuh ramping, kulit putih sesuai dengan selera Aaron. Untuk soal wajah, sudah jelas tidak diragukan lagi. Dia lebih segalanya dari wanita yang ditemuinya. Dan yang membuat Aaron tidak bisa berhenti memandangnya adalah, cekungan di kedua pipi. Sadar terlalu lama bersitatap, Rosene memutus kontak mata terlebih dahulu kemu
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status