Azra's Current POV
Dia bangun pagi sekali. Bukan bangun, tapi karena tidak bisa tidur. Bukan juga karena Hafid yang ngorok, karena kenyataannya sahabatnya itu tidur kayak orang mati. Nggak gerak dan nggak bersuara. Dia bangun karena dia merasa perlu menggerakkan tubuhnya biar nggak terlalu tegang.
Dia akhirnya benar - benar bangun saat adzan subuh berkumandang. Mandi dan menunaikan sholat subuh sebelum duduk di sofa dan menyalakan tv. Dinyalain aja, nggak ditonton karena pikirannya kini sedang menghafal bacaan ijab qobulnya. Mengecek apakah dia sudah mengucapkan maharnya dengan benar.
Tak lama kemudian Hafid bangun, melakukan rutinitas pa
Icha's Current POV "Bismillahirrahmaanirrohiim." Icha antara pingin lari, pingin di situ aja, pingin loncat - loncat, pokoknya semua kegajeannya mendadak ingin dikeluarkan secara bersamaan dan seketika saat itu juga begitu suara penghulu terdengar membuka ijab yang sebentar lagi akan diucap Bapak. "Wahai engkau Ananda Azra Muhammad Rifai bin Farhan Kemal Rifai, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan anak perempuan saya Icha Dwi Aryani Binti Joko Purnomo dengan mas kawin uang tunai senilai sepuluh juta rupiah dan satu unit rumah tipe 60 x 10 dibayar tunai." Bapak membacakan Ijabnya dengan suara mantap tanpa ada getaran sedikitpun. Jeda sebentar. Icha melirik takut - takut pada calon suaminya. Ja, kamu nggak lupa bacaannya, kan? Please. "Saya terima nikah dan kawinnya Icha Dwi Aryani Binti Joko Purnomo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Icha lega luar biasa bahkan sebelum penghulu bertanya sah pada para saksi dan hadirin yang disambut deng
Azra's Current POV "Gue udah tau tentang kalian. Bukan, bukan dia yang kasih tau, tapi gue emang tau. Dia kebetulan pernah curhat sama gue, bilang temennya begini begitu. Tapi kita temenan udah lama kan, Nyak, nggak mungkin kan, kalau gue nggak ngeh kalo dia itu lagi cerita tentang lo sama dia?" Akhirnya mata belo Ida yang tadinya memandang Azra kebingungan itu menghilang digantikan binar sendu yang sudah Azra hafal. Saking seringnya dia melihatnya diam - diam akhir - akhir ini. "Masa sih, Ja, sejelas itu? Gue kira nggak bakal ada yang tau. Gue udah berusaha banget." Ida menjawab pelan. "Gue tau. Mungkin Cuma gue, yang lain mungkin belum
Azra's Current POV Setelah sesi foto - foto singkat yang dirusuhi Hafid, kedua raja dan ratu sehari itu digiring menuju balroom hotel yang ada di lantai bawah. Mereka masuk bersama - sama sambil bergandengan tangan. Riuh sorakan dan tepuk tangan mengiringi mereka yang berjalan menuju singgasana mereka. Rasa bahagianya udah nggak terbendung lagi. Rasanya seperti dadanya mau pecah karena nggak muat lagi. Ya bangga, istrinya luar biasa cantik, bagaimana mungkin dia nggak bangga? Ya bahagia, akhirnya perjalanan mereka yang nyaris menemui jalan buntu sepuluh tahun terakhir ini menemui titik temu yang indah, bukan jalan buntu nan terjal yang dia takutkan. Perjalanan mereka belum berakhir. Ini adalah titik temu mereka berdua. Setelah ini, mereka akan bersama - sama berjalan menempuh kehidupan rumah tangga, menuju kebersamaan yang sebenarnya. "Rambutmu banyak confettinya." Bisik Icha setelah mereka berdua berhasil dudu
Resepsi berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Satu jam pertama Icha akan menggunakan gaun, dan dua jam terakhir menggunakan paes ageng jogja, sekaligus prosesi pernikahan menggunakan adat jawa. Sengaja prosesinya ditaruh di akhir karena undangan di jam tersebut ditujukan untuk teman - teman PNS Bapak dan relasi bisnis Mama yang merupakan 'orang - orang penting', bahkan ada beberapa expat dari perusahaan dan partner yang akan datang saat sesi terakhir itu. Tujuannya adalah mengenalkan mereka adat budaya pernikahan jawa. Semua berlangsung lancar dan khidmat. Sayangnya, khas orang indonesia, ngaret! Acara yang diperkirakan akan selesai paling lama jam empat sore, baru selesai menjelang maghrib. Untungnya Ida dan Nisya berbaik hati mengemas
Azra's Current POV Dia terbangun pas sebelum adzan subuh. Mereka semalam nggak jadi mandi? Mandi kok, mandi lah... Tapi ya... kalian paham lah. Pengantin baru. Suami bucin, Istri nggak bisa nolak, jadinya abis mandi nambah lagi sehingga subuh ini mereka juga harus mandi lagi. Dia bangun duluan, Icha masih lelap banget tidurnya di samping kanannya. Mungkin dia beneran kecapekan. Padahal Azra merasa seger luar biasa sekarang. Tapi memang efek hubungan intim pada pria dan wanita kan berbeda ya. Jadi, dia akan membiarkan Icha tertidur sedikit lebih lama sementara dia mandi dulu. Nanti setelah mandi, dia akan membangunkan Icha dan mereka akan menjalankan sholat subuh berjama'ah. Dia mandi masih dengan perasaan senang dan berbunga - bunga. Nggak menyangka kalau dia dan Icha sekarang akhirnya resmi sebagai suami istri. Hal yang enam bulan lalu masih menjadi angan - angan yang sulit untuk diwujudkan. Selesai mandi dan berpakaian, dia berjalan ke sisi ra
Icha's Current POV Dia buru - buru keluar dari kamar meninggalkan suaminya yang kadar mesumnya sudah di luar batas nalar manusia itu setelah puas mengganjarnya dengan cubitan - cubitan kecil. Wajahnya masih terasa panas. Bisa - bisanya Azra! Dia menyebut dalam hati. Belajar dari siapa, sih, kok bisa sampai begitu. Kan dia yang nggak tau apa - apa jadi malu. Bingung juga harus menanggapi bagaimana. Dia turun menggunakan salah satu litf khusus tamu hotel menuju ke restoran yang dikelola hotel di lantai satu. Sesampainya di sana, kepalanya menoleh mencari - caii keberadaan kedua sahabat perempuannya. Mereka bilang mereka sudah ada di sana. Tapi dia nggak menemukannya di bagian dalam resto. Oh, mungkin di luar? Tanyanya pada diri sendiri saat kakinya membawanya ke luar untuk mengecek kursi restoran yang berada di teras dan di sekitar taman hotel. Ah benar, itu mereka! Cepat - cepat dia berjalan menghampiri mereka da
Azra's Current POV "Ida hamil?!" Ulangnya, agak kurang percaya. "Lo kenapa, deh. Bukannya kasih semangat, ekspresinya kaya gue abis bikin anak orang bunting terus abis itu bakal gue tinggal. Horor bener." Hafid protes nggak terima. Dia menggeleng. Bukan begitu maksudnya. "Gue cuma nggak nyangka, Dul." Dia buru - buru menerangkan maksudnya. 'Gue kira setalah kecelakaan yang lo nggak sengaja mampir rumah dia pas mabok itu lo nggak gituan sama Ida lagi.” Hafid kaget. “Lo tau dari mana gue pernah bobol Ida pas mabok?” “Dari lo lah, dari siapa lagi.” Dia menjawab yakin. Memandang Hafid heran. Cowok di depannya yang sudah jadi sahabatnya sejak masih SD itu terhenyak. Kaget. “Kapan emangnya gue ceritanya?
Azra's Current POV Bulan madu ala - alanya dengan Icha yang hanya tiga hari dua malam itu berakhir sudah. Mereka check out dari hotel dan pulang ke rumah Bapak dan Ibu untuk mengambil barang dan berkemas sebelum harus pulang Jakarta. Rencananya sih, malam ini, nginep semalam di rumah Bapak Ibu, dan besok semalam di rumah Mama. Biar adil, diratain sehari - sehari. Lalu jum'atnya, mereka ke rumah baru mereka yang sudah di siapkan Azra untuk Icha dan mulai berbenah sepanjang akhir minggu. Biar nggak ngoyo, jadi senin pas mereka harus masuk kerja lagi sudah nggak loyo. Itulah alasan kenapa dia bisa dibilang agak ngebut di dua malam kemarin. Karena malam - malam setelahnya di sisa minggu ini mereka akan sibuk luar biasa. jadi bukan karena dia mesum, tapi karena dia itu memanfaatkan momen. Tau kan, bedanya? "Ih! Udah rapi kamar Icha?!" Istrinya memekik saat membuka kamarnya. Dia sendiri sedang duduk ngeleseh di depan TV ber