Keana terbangun karena ponsel yang berdering di dekat bantalnya, tanpa melihat siapa si penelepon, Keana mengangkatnya.
"Hm, Halo?" Keana menguap sedikit, ia tertidur rupanya. Dan Keana tidak tahu ini jam berapa.
"Halo, Keana."
Keana mengernyitkan dahinya. "Oh, Arlan?" Keana sudah tahu suara si penelpon, gadis itu memutuskan untuk duduk seraya mengusap wajahnya.
"Keana, aku sudah menunggu teleponmu, tapi kau tidak kunjung menelepon. Jadi, aku memutuskan untuk menelepon mu."
Keana teringat, benar, ia tidak memberi kabar kepada Arlan padahal ia sudah berjanji untuk menelponnya dan ini sudah cukup lama sejak hari itu. "Ah, benar. Maafkan aku Arlan."
"Tidak apa-apa, Keana. Jadi, apakah malam ini kau ada waktu?"
Keana menatap dinding, mungkin ia akan pergi sebentar. Selain itu jam di ponselnya baru menunjukkan jam
"Kenapa kita harus melakukan ini?" tanya Jack. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Keana aman-aman saja dengan orang itu, tidak seperti kata Arthur jika Arlan itu sangat berbahaya. Ayolah, ia meninggalkan pekerjaannya hanya untuk ini.Arthur mengabaikan Jack, ia tetap bersembunyi di balik sebuah pohon hanya untuk memata-matai Keana."Aku akan pulang lebih dahulu." Jenuh dengan kegiatan tak bermanfaat Arthur, Jack meninggalkan Arthur sendiri.Arthur menoleh. "Jack, ayo, kita harus menjaga Keana." Sebenarnya Arthur hanya tidak ada tumpangan untuk pulang, ia datang bersama Jack maka ia harus pulang dengan Jack pula. Apalagi ia tidak membawa uang sedikit pun.Jack menggelengkan kepalanya. "Aku sibuk, aku akan pulang lebih dulu.""Kalau begitu berikan aku uang, aku tidak ada uang untuk pulang nanti." Arthur mendekat pada Jack dan menyodorkan tangannya, Jack sendiri hanya menggelengkan kepa
Sepanjang perjalanan pulang dari taman hiburan, Keana hanya diam seraya menunduk. Rasanya ia malu sekali karena telah berpikir jika Arthur memiliki hubungan dengan Emilia, tapi tidak Keana pungkiri jika ia juga merasakan senang akan hal itu.Keana menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan Arthur yang menatapnya dengan senyuman. Ah, ini sudah berlalu cukup lama dan sejak tadi Arthur terus menatapnya."K-kenapa kau terus menatapku?" Keana yakin sekali jika wajahnya saat ini merona.Arthur menggeleng. "Tidak, aku hanya senang karena Keana cemburu. Artinya Keana menyukaiku, bukan?"Oh, tidak wajah Keana semakin memerah. Gadis itu kembali membuang pandangan dengan menatap jalanan di jendela, kemana saja agar ia tidak menatap wajah tampan Arthur.Arthur hanya membalas dengan senyuman."Indah sekali bukan?" Keana menunjuk matahari yang perlahan terbenam, langit sudah berwarna jingga dan jika diprediksi mereka akan tiba di rumah ketika matahari
"Jadi, kalian berpacaran?" Jack bersedekap, ia bergantianmemandangi Arthur dan Keana. Ketika ia tengah menyiapkan surat kontrak, tiba-tiba saja Arthur dan Keana datang ke dalam ruangannya seraya bergandengan tangan dan mengatakan jika mereka menjalin hubungan."Ya, aku sekarang adalah pacarnya Keana." Arthur dengan bangganya memamerkan hubungannya, Keana sendiri hanya tersenyum.Jack menarik nafasnya, para karyawan sudah pulang karena jam kerja sudah berakhir dan ia tidak menyangka jika ia mendapatkan kabar seperti ini. "Ku harap kau menjaga Keana dengan benar, Arthur."Ya, memangnya apa lagi yang bisa Jack lakukan, ini adalah pilihan Keana dan mereka juga saling mencintai. Wajah sedih Keana yang kemarin dilihatnya sekarang sudah berganti dengan binar kebahagiaan. Jack turut senang.Tapi saat ini ia masih dirundung rasa galau yang luar biasa. Ia ingin berbaikan dengan Angelina, tapi ia terlalu gengsi untuk itu
Dalam bathub di kamar mandi ini, Arthur memperhatikan ekornya. Entah perasaannya saja, ia melihat ekornya perlahan terlihat memudar. Akhir-akhir ini ia juga sering merasakan dadanya sakit. Meski tidak terlalu sering tapi itu lumayan mengganggu."Apa karena aku sudah lama tidak berenang?" Arthur menyentuh ekornya, ketika ia sentuh tiba-tiba saja sisiknya berguguran meski tidak banyak. "Kenapa ini?"TokTok"Arthur, apakah masih lama?" Keana tiba-tiba saja mengetuk pintu kamar mandi. "Cepatlah, kita harus bekerja," ujar Keana lagi."I-iya." Arthur bimbang, haruskah ia memberi tahu Keana tentang ini? Arthur tidak ingin ada rahasia antara dirinya dan Keana, jadi ia memutuskan untuk memanggil Keana. "Keana, masuklah."Keana yang berada di luar menaikan alisnya, tapi ia tetap mendorong pintu kamar mandi dan masuk ke dalamnya. "Ada apa? Kau belum selesai, bukan?" Keana mendekati Arthur.
"Kenapa kau memberikannya kepadaku?" tanya Emilia, ia menetap ponsel yang Arthur kembalikan kepadanya. Ketika mereka selesai makan tadi, Arthur memanggilnya dan mengatakan ada yang ingin ia bicarakan, tapi Emilia tidak menyangka Arthur mengembalikan ponsel ini."Aku pikir aku tidak terlalu membutuhkannya, lagi pula aku bisa membelinya sendiri. Terimakasih atas bantuan mu." Sebenarnya Arthur tidak nyaman memakai pemberian dan gadis lain ketika ia memiliki pacar. Ia tidak mau membuat Keana sedih.Emilia menggenggam kuat ponsel yang Arthur berikan kepadanya. Kenapa? Kenapa Arthur selalu berlebihan mengenai Keana? Emilia benar membencinya.Crakk!Dalam sekejap ponsel itu pecah dan retak, pelakunya adalah Emilia yang baru saja membantingnya ke lantai. Gadis itu tidak menatap Arthur, ia menatap lantai dengan geram. "Kenapa? Ini karena Keana bukan?"Emilia mengangkat wajahnya dan memandang Arthur marah, tapi saat ini ia lebih marah pada Keana. Arthur cuku
Pesta ulang tahu Emilia berjalan dengan meriah, semua orang bertepuk tangan ketika Emilia selesai meniup lilin yang di letakkan di atas kue tiga tingkat itu. Ulang tahun Emilia tidak di hadiri oleh orang tuanya karena kedua orang tuanya berada di luar negeri, ya, tipe orang tua yang sibuk dengan bisnisnya."Sekarang acara pemotongan kuenya, kita lihat pada siapa potongan pertama akan di berikan," ujar si pembawa acara. Suasana semakin riuh ketika Emilia mulai menaruh potongan pertama itu di atas piring kecil yang telah di sediakan."Baiklah, potongan kue yang pertama ini akan aku berikan kepada ...." Emilia memindai sekitarnya hingga ia menemukan orang yang ia inginkan. "Arthur."Semua orang terkejut, termasuk Keana dan Arthur. Spontan saja Keana dan Arthur berpandangan. Emilia, Keana tidak mengerti tentang pikiran gadis itu. Tapi, karena tidak membuat acara rusak Keana malah menyuruh Arthur untuk datang pada Emilia. "Arthur,
Akhir-akhir ini Arlan sibuk, bahkan ia tidak sempat untuk menelpon Keana. Ia jadi penasaran bagaimana kabar gadis itu mengingat pertemuan terakhir kalinya adalah di taman hiburan. Mengingatnya saja membuat Arlan kesal karena kedatangan Arthur, ia tidak sempat untuk membuat rencana kedepannya bersama gadis itu.Arlan mendudukkan diri di sofa ruang tamu seraya memandang layar televisi yang menyala, menampilkan suara berita dari stasiun televisi swasta."... beberapa hari sebelumnya korban di laporkan hilang sebelum akhirnya di temukan dengan tubuh yang tidak utuh, saat ini polisi ...."Arlan menghela nafas, bawahannya bekerja tidak becus karena membuang mayat itu sembarangan. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi karena Arlan selalu hati-hati, tapi karena ia baru saja merekrut orang baru dan orang itu sepertinya melakukan kesalahan.Tiba-tiba saja Arlan mendengar bel rumahnya berbunyi, dengan malas Arlan berdiri dan berjalan ke arah pintu. Arlan membuka pin
"Apa?" tanya Keana memastikan.Arthur mengangkat tangannya, memberi kode agar Keana mendekat kepada durinya. "Temani aku, Keana."Entah kenapa sifat manja Arthur ini membuat Keana senang, Keana berbalik dan kembali duduk di tepi ranjang Arthur. "Baiklah, aku temani." Keana mengusap-usap sayang kepala Arthur, hak itu membuat Arthur mendekatkan dirinya kepada Keana dan memeluk pinggangnya."Keana, rasanya sangat nyaman.""Oh, ya. Arthur, ada sesuatu untukmu." Keana mengambilnya tasnya yang sedari tadi memang berada di atas ranjang, ia mengeluarkan sebuah amplop ya g telah di beri nama 'Arthur' oleh Jack.Arthur membuka sedikit matanya. "Apa?" tanya Arthur tanpa minat, ia rasanya ingin seperti ini saja. Tidur dengan memeluk Keana."Ini untukmu, Jack yang memberikannya. Ini adalah bonus yang kita dapatkan karena acara ulang tahun kemarin." Keana menarik tangan Arthur yang melingkari pinggangnya lalu meletakan amplop itu di atasnya.A