Share

10. Alfano

PoV. Author

Kissela menaiki sebuah bus menuju sebuah panti asuhan di pinggir kota. Panti asuhan tempat ia dibesarkan, tempat dimana ia mendapat perhatian dari seorang pengasuh hingga ia bisa seperti saat ini.

Dengan senyum lebar Kissela turun disebuah halte dan menyebrangi jalan untuk sampai di halaman sebuah rumah sederhana yang terdapat banyak mainan anak di depannya. Kehadirannya disambut banyak anak kecil yang memanggil nya dengan sebutan kakak.

"Kakak, kenapa baru kesini sekarang? Ayo masuk di dalam ada donatur, kak" ajak salah satu anak yang terlihat paling besar.

"Oh ya? Siapa?" Tanyanya.

"Ini donatur baru, dia sangat tampan" ujarnya sambil terus menarik lengan Kissela.

"Waw kau sudah besar sekarang sudah tau lelaki tampan" balas Kissela sambil terkikik.

"Jelas, aku sudah besar sekarang dan juga cantik kan?" Tanya anak itu dengan candaan khas anak-anak.

Sampai mereka tiba di depan pintu ruangan yang digunakan untuk menyambut tamu.
Sedikit terdiam Kissela menatap seorang lelaki yang ia kenal, ia lelaki dengan wajah datar salah satu teman Fano. Ganesa.

"Kissela. Kemari sayang aku ingin mengenalkan mu pada donatur baru di panti kita," panggil ibu panti yang membuatnya mau tidak mau harus menemui pria yang masih menatapnya tajam.

"Ini tuan Ganesa, dan tuan ini Kissela salah satu anak kami, sekarang dia sudah menjadi dokter makanya ia tidak lagi tinggal di sini". Jelas ibu panti pada Ganesa yang merespon dengan datar.

"Senang bisa bertemu dengan anda tuan" ujar Kissela gugup.

"Ya, kau tidak bekerja?" Tanya Ganesa tanpa basa-basi

"Saya libur hari ini"

"Oke baiklah, kalau begitu saya harus pamit, anda bisa mengabari saya jika membutuhkan sesuatu" ujarnya berpamitan pada ibu panti.

"Biar saya antar, tuan" ujar Kissela.

Sambil berjalan kearah pintu masuk panti asuhan Kissela memulai pembicaraan.
"Apa anda sering datang kepanti asuhan lain?"tanya Kissela langsung.

"Tidak juga, aku hanya ingin berbuat sedikit kebaikan" jawab Ganesa dengan nada yang terdengar lebih melunak.

"Sedikit kebaikan? Anda berbicara seperti anda orang jahat saja" ujar Kissela dengan terkekeh kecil yang di tanggapi Kissela demikian.

"Bagaimana kau melihatku, apa aku terlihat jahat?" tanya Ganesa berbasa-basi.

"Sangat jahat, menyeramkan" jawab Kissela bergidik ngeri.

Mendengar itu Ganesa tersenyum sebagai jawaban, ia merasakan perasaan nyaman saat berdekatan dengan gadis dihadapannya ini.

"Tapi anda terlihat lebih normal saat ini, saat anda tersenyum" sambung Kissela dengan senyum cerahnya.

"Itu bukan keahlian ku" balas Ganesa acuh.

"Baiklah, hati-hati di jalana" seru Kissela pelan saat Ganesa masuk kedalam mobil yang sudah menunggunya.

"Kupikir kau yang harus berhati-hati," ujar Ganesa masih dengan wajah datar.

Kissela terdiam mendengar peringatan yang di lontarkan lelaki dingin itu. Ia terus menatap mobil yang ditumpangi Ganesa hingga menghilang di balik gerbang panti asuhan.

"Kenapa perasaanku jadi tidak enak beginu, dia seperti peramal jika seperti itu" gumamnya dengan bergidik.

Ia melangkah masuk untuk menemui ibu panti, sedikit curhat mungkin bisa meringankan beban beberapa hari ini.

"Kau ada masalah nak? Kau terlihat sangat lelah"

"Ya, bu aku sedang banyak masalah, dokter Danu dipecat secara tidak adil dan aku tidak rela jika itu terjadi" jelasnya.

"Lantas kau akan melakukan apa" Tanya ibu panti.

"Entahlah bu, ada yang bisa membantu tapi dia meminta imbalan"

" Begitulah nak jarang orang yang dengan tulus menolong, apa kau tau apa syaratnya?" Tanyanya pada Kissela yang sudah merebahkan kepalanya keatas meja di depannya.

"Sudah" jawanya.

"Tapi itu sangat tidak masuk di akal, ia memintaku menjadi pelayan di rumahnya selama dua bulan, sedangkan aku seorang dokter yang meminta libur saja sulit " jelas Kissela dengan menggebu.

"Cobalah bernegosiasi, barang kali orang itu akan membantu mu" ujar ibu panti yang melihat kebingungan di mata Kissela.

"Sangat sulit, aku merasa orang ini memiliki niat lain" gumam Kissela pelan

"Niat baikmu pasti akan membuahkan hasil yang manis, masalahmu akan segera terselesaikan" jelas ibu panti dengan senyum yang menenangkan.

"Aku ragu akan semudah itu bu" balasnya dengan pelan.

***

Minggu pagi di mansion milik Ganesa, terlihat pria dingin itu sedang berkutat di dapur dengan kemeja putih yang lengannya sudah di lipat sampai siku.

"Aku mendengar kau pergi ke panti asuhan, apa benar?" Tanya seorang wanita paruh baya padanya.

Ganesa menoleh dengan senyum teduh di wajahnya, menatap ibunya yang terlihat penasaran.

"Ya, aku hanya ingin berbagi pada mereka" jawab Ganesa yang masih sibuk dengan bahan-bahan makanan didepannya.

"Aku tau kau anak yang baik, harta yang kita punya ini pasti ada milik mereka juga" ujar ibunya.

Ganesa tidak membalas karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Kau sangat tampan saat memasak nak, seperti ayahmu" lanjut ibunya yang ikut membantu menata buah-buahan yang baru putranya beli.

"Jangan bergurau bu, jelas kami lebih tampan saat memegang senjata api" balas Ganesa yang membuat Rachel memukul bahu anak nya itu.

"Terserah mu saja, oh ya besok akan ada pelayan baru di rumah kita kuharap kau tidak berbuat kasar padanya" Ujar ibunya memperingati, mengingat anaknya ini sering berbuat kasar pada pelayan-pelayan di mansion mereka.

Ganesa hanya menjawabnya dengan anggukan ringan, memilih acuh toh ia tidak merasa apa yang dilakukan pada pelayan-pelayan itu tidak salah.

Tak berapa lama keadaan tenang mensionnya yang tenang berubah gaduh, hal yang sering terjadi saat ke tiga sahabatnya berkunjung.

"Kau tau Ganesa kemarin Kissela datang menemui Fano di kantornya" seru Al yang membuat Ganesa menoleh cepat.

"Kissela memakan umpanku" ujar Fano dengan rasa bangga, tanpa melihat ekspresi dari Ganesa yang terlihat berbeda.

"Ehm, ada apa kalian datang ke sini?" Tanya Ganesa dengan datar, menghentikan obrolan ketiga sahabatnya.

"Ayolah kau masih bertanya, kami kan sudah sering datang ke sini" seru Leo yang dijawab dengusan oleh Ganesa yang mulai menghidangkan masakannya di meja makan.

"Jangan membicarakan gadis itu di hadapanku" tekan Ganesa yang membuat Leo mengerti.

Fano merasa tersindir dengan teguran yang dilontarkan Ganesa jelas ia tahu itu dimaksudkan untuknya.

"Kalian datang? Bagus sekali sekarang ayo kita mulai makan paginya, hari ini Ganesa memasak lagi" seru Rachel dengan bersemangat menyiapkan makanan untuk ke empat laki-laki dihadapannya.

"Aunti, kau terlihat semakin cantik setiap aku kesini apa kau vampir" seru Leo menggoda Rachel yang membuat Ganesa terbatuk mendengarnya.

"Kau menghina ibuku? Kau yang terlihat tua makanya ibuku terlihat muda" tawa Fano dan Al mendukung celetukan Ganesa yang membuat suasana pagi ini terasa lebih hangat dari biasanya.

Kumpulnya mereka pada hari ini bukan karena tidak beralasan, ada rapat pemegang saham di perusahaan milik Al. Selain bersahabat mereka juga rekan kerja dibeberapa perusahaan.

"Hari ini rapat pemegang saham, malam nya ada pesta pembukaan perusahaan baruku, aku mengundang kalian, kuharap kalian bisa hadir dan jangan membuat keributan" ujar Al yang diacuhkan ketiganya yang sibuk dengan makanan masing-masing walaupun sebenarnya mereka mendengar nya dengan jelas.

"Biar saja mereka seperti itu Al, kau laporkan saja jika putraku membuat keributan di pestamu malam nanti" jawab Rachel dengan sikap keibuannya.

"Kau yang terbaik tante" balas Al dengan tatapan mengarah ke Ganesa yang mendengus mendengar interaksi kedua nya.

"Kalian harus belajar lebih dewasa dari sekarang, kalian harus ingat jika kalian akan menikah dan memiliki rumah tangga sendiri, bukan begitu?"

Mendengar itu keempatnya bersamaan tersedak bahkan Ganesa sampai harus menuang air minum nya sendiri karena gelas miliknya kosong.

"Ibu aku ingin membeli keperluan kantor ku sebelum rapat, jadi aku pergi sekarang saja" ujar Ganesa dengan cepat.

Ketiga sahabatnya menatap tidak percaya saat Ganesa beralasan membeli keperluan kantor.
"Baiklah tante aku juga sudah selesai aku harus segera ke kantor" seru Al dengan membungkuk.

Saat Di Fano ingin berbicara Rachel dengan cepat mencegahnya.
"Ada apa dengan Ganesa kenapa setiap aku membicarakan pernikahan dia selalu menghindar, apa terjadi sesuatu padanya?" Tanya Rachel mendesak pada Fano dan Leo yang terlihat kesulitan untuk menjawab pertanyaan itu.

"Kami tidak tahu jelas nya tante, tapi memang Ganesa tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita selama kami bersama" jelas Leo.

Rachel menunduk dalam, ia merasa bersalah pada anaknya.
"Kalau begitu kalian bisa pergi, terimakasih sudah jujur padaku"

"Aku berharap tidak ada saling menyalahkan, kurasa ia hanya butuh waktu lebih banyak" ujar Fano menekankan agar tidak terjadi masalah lain.

Smartphone milik Fano berdering dengan cepat ia mengangkatya.
"Halo"

"Apa baiklah aku akan" ujarnya dengan senyum merekah di bibirnya.

"Ada apa?" Tanya leo.

"Ada masalah di rumah sakit, aku harus pergi sekarang tante" serunya lalu pergi dengan tergesah.

"Hal bodoh apa lagi yang akan dia lakukan" gumam Leo yang masih setia duduk dihadapan Rachel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status