Share

5

Setelah Rayana keluar dari ruangan, Bima mempunyai kesempatan untuk bisa berbicara berdua dengan komandan Ares. 

"Komandan, boleh kita bicara sebentar?" tanya Bima. 

Ares melihat jam yang berada dipergelangan tangannya. "Ehm, ya. Silahkan, saya ada rapat satu jam lagi. Ah, dunia ini semakin menggila, makin banyak orang-orang yang menganggap nyawa manusia tidak berarti lagi." Ares menggerutu akibat laporan yang masuk hari ini tentang pembunuhan semalam. 

"Begini, berhubung sepertinya laporan pembunuhan itu sudah sampai ke pihak BIN mungkin kita bisa bekerja sama ...." Bima memulai pembicaraannya. "Saya pun sedang menangani kasus ini. Beberapa hari yang lalu direktur perusahaan Widhibrata melaporkan kasus penipuan yang dilakukan oleh anonim, ia meminta saya untuk mencari tahu tentang pelaku ini. Tepat saat saya menemukan petunjuk, saya datang ke lokasi petunjuk itu yang ternyata-- " Bima menghela nafasnya sebentar. "Terjadi pembunuhan ditempat itu."

Bima menjelaskan secara rinci dan seksama. 

"Petunjuk? Petunjuk apa?" tanya Ares. 

Bima kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukan sebuah catatan nomor telepon. 

"Mungkin si pelaku lengah dan tidak mengganti nomor ponsel yang ia gunakan saat menerobos masuk ke dalam sistem keamanan Widhibrata. Dari situ kami tau tentang pergerakan yang dia lakukan. Tetapi mereka pun cukup cepat sadar dan segera menghancurkan nomor itu begitu kami menuju TKP."

Ares masih menyimak apa yang Bima sampaikan. 

"Sebenarnya, disitulah saya bertemu dengan Rayana. Awalnya saya pikir BIN sudah mengambil kasus ini terlebih dahulu tetapi Rayana bilang kalau dia melakukan ini di luar tugasnya," lanjut Bima. 

Ares seperti tidak terkejut mendengarnya. Ia mungkin sudah tahu Rayana berbohong, tetapi ia hanya memakluminya. 

"Ah, anak itu ... Sudah ku duga ia akan seperti ini," ucap Ares. 

"Maaf komandan, kalau saya boleh tau ada apa? Apa yang membuat Rayana melakukan hal yang berbahaya seperti ini?" 

Ares menghela nafasnya. "Bim, mungkin kamu gak kenal sama pak Daniel tapi pasti kamu tau kan kasus kecelakaannya?"

Bima mencoba mengingat tentang pak Daniel yang dibicarakan oleh Ares. "Ah, pak Daniel yang dulu menjadi kepala BIN disini?"

Ares mengangguk. "Raya itu.. adalah putrinya."

"Raya mengaku pada polisi bahwa dihari kecelakaan itu ia sedang berbicara di telepon oleh ibunya, tetapi kemudian ia mendengar suara kecelakaan dan gak lama dari itu ia mendengar suara lain yang di duga pelaku yang menabrak mobil mereka ... 

Raya bersikeras mengatakan bahwa kedua orangtuanya tewas dibunuh seseorang, tetapi kami semua setuju untuk menutup kasusnya. Sejak saat itu, gadis ini terus mencari tau sendiri tentang kematian orangtuanya." Kini giliran Ares yang menceritakan tentang Rayana. 

"Boleh saya tau mengapa kasus ini ditutup?" tanya Bima dengan penasaran. 

"Tidak ada bukti yang cukup. Mobil yang dikendarai Daniel memang diduga mengalami kerusakan saat sebelum ia pulang ke rumah dan sopir truk yang menabrak pun tewas di tempat, dan lagi pernyataan Raya ditolak dengan alasan masih dibawah umur dan mengalami halusinasi."

Bima menghela nafasnya. Ia tidak menyangka gadis itu memiliki masa lalu yang begitu mengerikan. Tetapi, apa yang membuatnya datang ke rumah itu semalam? Apakah ia memiliki bukti sesuatu sehingga ia yakin pelaku pembunuhan orangtuanya adalah anonim yang sama dengan yang dicari Bima? 

"Apa Rayana pernah berbicara tentang bukti lain yang ia ketahui?"

Ares menggeleng. "Tidak, ia mengaku hanya itu yang dia ketahui."

Ini aneh, menurut Bima. Jika ia tidak memiliki bukti lain, mengapa ia begitu yakin untuk mengusut kasus ini? Sepertinya memang Bima harus mencari tau dengan mengajak Rayana ke dalam Wolf Eagle. 

"Ehm, komandan, jika tidak keberatan, bolehkah saya yang mengambil alih semua kasus ini? Rayana mungkin punya alasan yang kuat mengapa ia datang ke tempat itu semalam. Jika ia di beri kesempatan untuk mencari tau, ia bisa mencari tau bersama Wolf Eagle. Bagaimana?" tawar Bima. 

Ia sudah memikirkannya matang-matang untuk menyelesaikannya ini bersama BIN dan kepolisian. Pasalnya kasus ini pun sudah menyangkut urusan masyarakat, tidak lagi urusan pribadi. Akan lebih mudah jika Bima memiliki izin khusus yang pihak kepolisian dan BIN. 

Tetapi Ares terlihat ragu untuk memberikan izin bertugas kepada Rayana. 

"Bima.. Daniel adalah sahabatku sejak kecil, bahkan saat itu Daniel lah yang membantu biaya kuliah saat aku kesulitan biaya. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga putrinya tetap aman dari siapapun. Walaupun aku memperlakukannya sama dalam pekerjaan, tetapi aku akan tetap menjaganya semampuku," ucapnya. Ares tidak akan membahayakan keselamatan gadis yang sudah ia anggap putrinya sendiri. Tetapi ia pun merasa kasihan jika Rayana terus tidak diberi kejelasan tentang kematian orangtuanya. 

Bima pun tersenyum. "Jangan khawatir, aku berjanji akan menjaganya semampuku. Jika ia bersama Wolf Eagle, itu akan lebih baik daripada ia mencari tau semuanya seorang diri."

Benar. Pikir Ares. Akan lebih baik ia bersama Wolf Eagle, terlebih ia tidak bisa menjaga Rayana selama 24 jam. Ia akan merasa bersalah seumur hidup jika terjadi sesuatu pada Rayana karena nya. 

"Bagaimana, Komandan?" tanya Bima sekali lagi. 

Ares memperhatikan sikap Bima yang sangat ingin sekali membantu Rayana menyelesaikan masa lalunya. Benar apa yang di katakannya, mungkin ini waktunya untuk memberi Rayana kesempatan. 

"Saya akan mengeluarkan surat tugas untuk Rayana, sekarang juga," ucap Ares yang membuat Bima merasa puas. 

"Tetapi, kamu harus menjaga Raya seperti kamu menjaga nyawamu sendiri, Bim. Saya percayakan semua sama kamu. Tolong perlakuan Raya dengan baik."

"Siap, Komandan. Terimakasih karena sudah mempercayakan saya." 

Ares kemudian meminta sekretaris BIN mengeluarkan surat tugas untuk Rayana tentang pembunuhan di rumah kosong, dan memanggil Rayana kemari.

***

Rayana tidak tau harus bereaksi seperti apa saat komandannya, memerintahkan tugas bersama dengan Wolf Eagle. 

Ada apa dengannya? Bahkan saat Rayana ingin mengikuti club bela diri dua tahun lalu, ia sangat sulit mendapatkan izin dari Ares. Tetapi mengapa sekarang ia malah mendapat tugas seperti ini? 

Rayana kemudian melirik ke arah Bima yang masih duduk santai disana. Sepertinya memang benar, Bima yang telah merencanakan ini semua. Pikir Rayana.

"Kamu keberatan dengan tugas ini?" tanya Ares. 

Tidak! Rayana sungguh sangat senang bisa mendapatkan izin untuk memecahkan kasus ini, hanya saja mengapa harus dengan Wolf Eagle? 

"Maaf komandan, saya sama sekali tidak keberatan. Tetapi, kenapa saya harus ditugaskan bersama Wolf Eagle?" tanya Rayana. 

"Karena mereka bisa melindungi mu selama tugas ini berlangsung. Laporkan lah langsung kesini jika perkembangan apapun. Ada pertanyaan lain?"

Rayana hanya menggeleng. 

Ia menghela nafasnya. Ini akan menjadi sejarah yang panjang baginya. Kehidupan barunya akan dimulai sekarang. Tidak ada kata lain yang bisa ia ucapkan selain kata 'siap'. 

"Kau boleh mempersiapkan diri sekarang, bawa barang-barang kau butuhkan selama bertugas nanti," ucap Ares sebelum ia pergi ke rapat. 

Setelah membereskan barang dan berpamitan dengan teman-teman nya di divisi 5, Rayana pun meminta Bima untuk mengantarkannya pulang terlebih dahulu. Ia perlu membawa lebih banyak pakaian yang akan di pindahkan ke markas Wolf Eagle. 

Saat perjalanan menuju ke rumahnya, Rayana hanya diam menatap keluar jendela. Bahkan sedari tadi ia tidak melirik ke arah Bima. Ia sepertinya butuh waktu untuk melewati ini semua. 

"Panggil aja gue Bima," ucap Bima untuk memecahkan keheningan. 

Rayana hanya menoleh. 

"Kita belum kenalan secara resmi kan?" 

"Kenapa lo pengen banget gue ada di Wolf Eagle?" tanpa basa basi Rayana langsung menanyakan hal tersebut. 

"Sebenarnya gak 'pengen' banget.. " Bima seperti menekan kan kata pengen yang Rayana katakan. "Gue ngerasa kasus kita ini berhubungan, dan gue pun udah denger tentang orangtua lo dari komandan, jadi gue pikir lebih baik lo sama Wolf Eagle daripada nyari sendirian." 

Rayana hanya diam saja. 

"Santai aja, gue bakal kasih lo waktu untuk nerima ini semua kok." 

Lagi lagi tidak ada jawaban dari Rayana. 

Bima memakumi itu, dan tidak berbicara lagi agar wanita di sebelahnya ini tidak semakin kesal karenanya. Suara maps yang menunjukan arah jalan mendominasi perjalanan mereka. 

Bima sudah meminta ART yang bekerja di rumah sekaligus markas Wolf Eagle untuk menyiapkan kamar tidur untuk Rayana tinggal. Semua sudah sesuai dengan rencana Bima. Ia hanya berharap kasus kali ini segera selesai dan tidak memakan banyak korban. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status