Share

Rasa yang Hilang

Micko pergi hari itu juga tanpa memberitahukan kemana ia akan pergi. Nafa yang takut kenapa-kenapa dengan ibunya tak tahu harus berbuat apa, ia berusaha mencari tahu kemana Micko pergi tapi handphone nya juga tidak aktif, ia berkali-kali menghubungi Micko hasilnya tetap nihil. Ia hanya punya satu cara yaitu menghadapi Farah.

Ia keluar membawa mobilnya dan ia menuju apartemen Farah. Ia pernah suatu ketika mengikuti Micko dan mengetahui dimana apartemen Farah. Ia sampai di apartemen Farah. Para penghuni yang tahu bahwa Farah sudah kembali ke tempat ibunya merasa bingung dengan wanita tersebut bahkan penjaga keamanan juga tidak mengetahui siapa wanita namun ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, karena penasaran penjaga keamanan itu mengikuti Nafa bahkan ia sendiri tak tahu siapa Nafa.

“Hei, kau mau apa?.”tanya penjaga keamanan itu.

“Dimana yang namanya Farah?.”tanyanya balik.

“Bu, jika ada orang yang bicara dengan ibu mohon pertanyaan saya dulu yang ibu jawab.”

“Dimana dia?.”

“Dia siapa?.”

“Farah!.”katanya ngotot.

“Mana saya tahu. Anda saja tidak sopan kepada saya.”

“Oh, bicara seenaknya saja. Cepat katakan dimana dia!.”katanya memaksa.

“Kau mencari siapa, nona?.”

“Farah!.”

“Dia tidak ada di sini. Kau lebih baik pergi saja. Jangan menganggu tetangga yang lainnya juga.”

“Dia pergi kemana?.”katanya yang berusaha mencari tahu keberadaan Farah.

“Dia sudah kembali ke tempat asalnya.”

“Kemana?.”

“Kau mau apakan dia?.”

“Hei, pak tua, bukan urusan’mu, aku yang ada urusan dengan dirinya.”

“Jangan seenaknya saja kau memanggil aku ‘pak tua’.”

“Bukan urusan’ku. Urus saja dirimu.”

“Pergi sebelum kau menganggu tetangga yang lain.”

“Aku pergi sekarang juga.”

Nafa pergi seketika itu juga untuk mencari keberadaan suaminya, Micko, namun ia tak mendapatkannya. Ia berusaha mencari dan mencari namun hasilnya nihil, ia akhirnya kembali ke rumah. Ia harus menelan rasa pahit yang dia terima. Rumah tangganya dalam kehancuran ia bahkan tak tahu harus bicara dengan siapa lagi. Micko menghilang entah kemana, walaupun ia berusaha untuk mendapatkan jawabannya namun tetap ia harus menghilangkan perasaannya.

*********

Micko berhasil menemui Farah walau dengan perjuangan yang harus ia lakukan. Ia bertemu muka dengan muka bahkan ia bisa bertatapan dengan ibunya. Ia tahu bahwa ia sedang masuk ke sarang singa,

“Apa yang kau lakukan di rumah’ku?.”tanya Vicka.

“Tante, aku mohon, aku mau bicara sebentar dengan Farah.”katanya yang memohon belas kasihan.

“Basi.”katanya marah.

“Maafin, aku tante, tapi saya sudah hilang rasa dengan istri saya. Saya hanya sayang sama Farah.”

“Kamu yakin sudah hilang rasa sama dia? Eh, dengar yaa…anak saya lagi hamil. Anak kamu pula.”katanya yang masih bertahan dengan pendiriannya.

“Saya tahu tante marah sama saya tapi saya mohon saya mau bicara sebentar. Saya akan urus semuanya.”

Vicka yang tak tahan mendengar ocehan Micko, ia pun memberitahukan salah satu pembantunya untuk membawa turun Farah. Farah yang sudah tidak pernah mendengar tentang dunia luar lagi hanya bisa menunggu dan menunggu bahkan ia tetap harus menunggu dengan kehadiran anak pertamanya. Ia ingin sekali melihat anaknya dengan Micko bahkan ia masih berharap bisa bertemu dengan Micko.

Farah yang mendengar suara ketukan di pintunya membuka pintu dan ternyata bibi rumah yang memanggilnya. Ia turun dan melihat takut-takutnya mamanya akan marah lagi. Vicka yang melihat bahwa Farah sudah turun menghampirinya, “Temui dia.”

“Siapa, ma?.”

“Calon ayah anak kamu.”

“Micko!?.”

“Siapa lagi kalau bukan dia.”

Vicka naik untuk beristirahat sedangkan Farah menemui Micko, ia tak tahu apakah Micko masih menyimpan perasaan yang sama atau tidak, ia ingin mendengarnya secara langsung dari mulut Micko walaupun sebenarnya ia hampir hilang rasa dengan Micko.

Farah yang melihat Micko dengan wajah seperti habis kena masalah, menghampirinya. Begitu pula dengan Micko ia rindu untuk memeluk dan membuai tubuh indah Farah, “Farah, kita mau bicara di sini atau di mana?.”tanyanya.

“Di sini saja. Ada apa kamu kemari?.”

“Aku mau tanggung jawab atas apa yang sudah aku perbuat sama kamu.”

“Kamu yakin?.”

“Iya.”

“Tolong jujur sama aku, kamu masih sayang sama aku apa tidak?.”

“Aku masih sayang banged sama kamu, Farah.”katanya yang menangis, “Aku sudah beneran jatuh cinta sama kamu, bahkan aku sendiri’pun hampir hilang rasa sama Nafa.”

Vicka yang sebenarnya belum naik masih menguping diam-diam percakapan mereka. Farah memang membutuhkan Micko bahkan di usia kehamilannya yang masih muda. Ia tahu perasaan tersebut, ia yang tak mau mendengar lagi akhirnya memutuskan untuk tidak mau ikut campur antara mereka berdua.

“Tolong, kasih aku kesempatan lagi.”

“Micko, aku tuh selalu terbuka sama kamu apalagi aku lagi hamil. Mana mungkin aku bisa hidup tanpa kamu walaupun jujur aku hampir hilang rasa sama kamu tapi masih positive thinking sama kamu, Micko.”

“Jadi, kita mau bagaimana?.”

“Jangan tinggalin aku lagi. Kamu mau kemana?.”katanya yang berusaha menerima segala permasalahan yang telah terjadi.

“Aku mau cari tempat tinggal. Aku nggak mau tinggal di situ lagi.”

“Ya sudah hati-hati.”katanya yang memberikan kata perpisahan.

Farah mengantar Micko hingga depan pintu, ia tahu bahwa ia tak kuasa untuk memeluk Micko. Ia akhirnya memeluk Micko di saat-saat terakhir dirinya akan berpisah.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status