Sekembalinya Micko setelah selesai mengurus dokumen rawat inap, ia melihat Farah sudah tak sadarkan dirinya. Ia berusaha untuk tetap menjaga Farah dengan segala caranya, dokter yang melihat hal tersebut terharu akan perbuatannya. Ia tak menyangka bahwa Micko adalah calon suami yang tepat, suami yang seperti itu yang di butuhkan oleh setiap wanita.
Micko sebenarnya takut akan kehilangan Farah, karena ia tak ingin wanita yang dia cintai meninggalkan dirinya sendiri. Mobil Ambulance meraung di depan IGD, siap membawa Farah ke ruang rawat inap. Farah sudah tak sadarkan dirinya, “Maaf, dia dalam pengaruh obat.”kata suster tersebut.
“Obat apa?.”
“Analgesik.”
“Ada pengaruh terhadap janin apa tidak?.”
“Tidak. Sudah sesuai dengan persetujuan dokter.”
“Ini.”katanya yang memberikan berkas-berkas dokumen rawat inap kepada suster itu.
“Terima kasih, pak.”
Be
Andre yang mendengar hal itu seakan tak ingin mengetahui hubungan rahasia mereka. Dari awal mereka berpacaran, ia ingin sekali memergoki kedua orang itu namun entah bagaimana Micko dan Farah tidak pernah ketahuan baik oleh Andre maupun oleh orang lain.== Tujuh Bulan yang Lalu ==Andre berencana merebut Farah, diam-diam ia memantau pergerakan antara Micko dan Farah. Ia memata-matai mereka berdua baik dari telephone maupun aktivitas mereka. Namun yang membuat hatinya bergetar bahkan siap melindungi Farah adalah ketika Micko tidak sengaja melukai perasaannya.“Micko, ada yang ingin aku bicarakan.”kata Farah sepulang kerja. Angela yang ada di ruangan kerja bosnya keluar. Ia tak ingin mendengar apa yang menjadi masalah di antara kedua pasangan itu.“Kenapa sayang?.”“Kamu kenapa bisa bicara bahwa kita tak ada hubungan. Dan, kenapa kamu jaga jarak?.”Micko terdiam sejenak, ia tahu bahwa perkataannya melukai hat
Farah yang akhirnya berhasil melewati masa kristisnya mulai bercanda dengan Micko, ia ingin Micko selalu ada di sisinya. Ia bangga bisa melihat Micko yang selalu menemaninya walaupun ia dalam masa pemulihannya. Vicka yang masuk sewaktu melihat mereka berciuman sedikit cemburu, “Ngapain kalian ciuman?.”katanya yang kesal melihat adegan tersebut.“Cie..cie..mama cemburu yaa.”ledek Farah.“Siapa juga yang cemburu.”katanya yang tak mau mengakui kecemburuan antara Farah dengan Micko. Vicka yang melihat Micko menemaninya bahkan tak pergi bekerja curiga, “Kamu nggak masuk kerja?.”“Tenang saja aku sudah mengancam orang yang pernah memerkosa Farah.”“Hah!! Pak Andre?!.”tebak Farah.“Ya. Dia mengancamku katanya mau menskorsing dan dia tak berani menjawab.”Vicka tak mau mendengar penjelasan lelaki tersebut. Ia mengambil keputusan bahwa Micko memang sengaja ingin berdu
“Kau! Kapan kau sampai?.”“Maaf, aku tak memberitahumu.”“Dasar kau, Ferry. Bagaimana apakah kau menemukan si bangsat itu?.”“Aku masih belum menemukannya.”“Apa yang sebenarnya terjadi waktu itu?.”“Ada berita apa tentang anak itu?.”“Farah akan menikah. Ia hamil di luar nikah, sama seperti Jessica namun ia mengenal ayah dari anak itu.”“Bagaimana mungkin?“Entahlah aku berawal ketika mengetahuinya itu, hanya sebuah mimpi.”“Dasar laki-laki playboy, pastinya aku tidak akan memaafkan pria yang membuatnya hamil di luar nikah!.”“Fer, apa kau punya nomor handphone si bangsat itu?.”“Aku tak tahu tapi sepertinya aku cara untuk mendapatkannya.”“Bagaimana caranya?.”“Akan aku beritahu kau nantinya. Tapi, aku akan pergi ke tempat dimana si bangs
Vicka membawa Ferry pergi dari tempat tersebut. Ia tak ingin ada selisih paham baik dengan Farah ataupun dengan Micko, ia sudah mengenal Micko dengan lebih sekarang sehingga paham benar apa yang menjadi kebutuhan Farah akhir-akhir ini. Vicka meminta Ferry untuk memberikan kunci mobil tersebut. Ia menitipkan kunci mobil itu atas nama Micko.Vicka tak ingin mengecewakan Ferry namun ia tetap harus melakukan yang terbaik untuk anak tirinya dan Micko. Ia berusaha mengikuti apa yang menjadi kebutuhan Ferry pada saat ini. Vicka memberikan kunci mobilnya kepada Ferry, Ferry mengambilnya. Ferry membuka pintu mobil Vicka dan menyetirnya“Apa yang kau rencanakan?.”“Jam berapa sekarang?.”“Jam 14:00.”“Aku akan menyelidikinya dari tempat Jessica di perkosa waktu itu.”“Selama ini kau kemana saja?.”“Aku malang melintang berusaha mencari bobby.”Vicka yang mendengar na
“Bagaimana kau tahu dia menyembunyikannya?.”tanya Ferry ketika mereka sudah di jalan pulang.“Biasanya seperti itu karena ia terlihat lebih tua dari yang lainnya.”jelas Vicka, “Dan, terlihat juga bahwa tak ada orang yang mengenal Jessica. Itu kuncinya.”katanya yang berusaha menjelaskan kepada Ferry.Ferry hanya menganggukan kepalanya ia setuju dengan yang dikatakan oleh Vicka. Mereka kini berusaha untuk kondusif setelah mengetahui bahwa kejadian tiga puluh tahun yang lalu itu memiliki saksi mata. Mereka kembali menuju lokasi yang diketahui Ferry bahwa pelaku tersebut sering berkumpul bersama teman-teman malamnya.Mobil mereka menderu menuju sebuah lokasi klub malam. Klub malam tersebut merupakan tempat dimana Felicia dan Micko sering menghabiskan waktu berduaan. Felicia baru saja sampai di tempat kerjanya itu, ia tak sengaja melihat mobil yang membawa Vicka. Ia hanya berfokus untuk bisa bekerja seperti biasanya saja. Kakinya m
Vicka melihat Ferry yang mendekat kepada dirinya, ia berusaha untuk tidak memarahinya namun tak bisa, “Kau lama sekali.”“Setidaknya aku berhasil menemui seorang wanita yang menjadi teman tidurnya.”“Teman tidurnya!? Wow!.”katanya yang terkejut.“Ayo kita keluar akan aku ceritakan nanti.”katanya kepada Vicka.Vicka dan Ferry keluar dari ruangan tersebut. Dari jauh Felicia melihat mereka keluar dari ruangan tersebut, ia sudah tak dapat melihatnya lagi. Seiring berjalannya waktu, Felicia masih bekerja untuk memuaskan hasrat laki-laki, tak berapa setelah Ferry dan Vicka keluar dari klub ia melihat Bobby yang datang.Bobby datang dengan menggunakan pakaian seadanya. Ia walaupun sudah mau setengah abad ia masih tampan. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, dengan celana ketat yang menempel di tubuhnya. Felicia yang melihatnya dengan segera meluncur ke tempat pertunjukan.Seperti biasanya, ia mel
Di satu sisi Micko berusaha untuk merawat Farah, ia ingin Farah sembuh dan bisa pulang, ia merindukan masa-masa yang indah dengan dirinya, “Cepatlah sembuh.”kata Micko.“Kau merindukanku?.”“Bukan hanya merindukanmu. Aku ingin memasak makanan untukmu.”katanya yang mengakui.“Toh makanan di sini juga enak.”“Apanya yang enak, jangankan enak makanan rumah sakit itu hambar.”“Tidak juga.”katanya yang mengakui.“Kau ini! Perhatikan kesehatan anakmu juga.”“Micko, kau ini kenapa?.”tanyanya dengan curiga.Micko terdiam ia tak mau mengakuinya, namun Farah berhasil menebaknya. Ia melihat ke arah Micko, “Kau ingin main dengan aku ya?.”tanya iseng Farah. Micko cemberut mendenganya, ia memang sedikit terkejut namun mau bagaimana lagi apa yang dikatakan benar.“Ya aku ingin bermain denganmu.”“Jangan d
Micko akhirnya memutus telepon itu dan dia menghampiri Farah yang tengah tertidur. Ia membelai wajah cantik Farah. Ia kembali untuk melakukan pekerjaannya, namunya hatinya tak tenang. Ia merasakan ada yang mengganjal tentang Felicia. Ia keluar dari kamar rawat Farah dan menghubungi Felicia. Beberapa kali ia menelepon ke Felicia namun ia tak menjawab, “Felicia, kau dimana?.”katanya seorang diri. Ia beberapa kali mencoba menghubungi namun Felicia tidak memberikan responnya.Di suatu tempat Felicia baru saja selesai bekerja dan hendak pulang, ia melihat teleponnya enam panggilan tak terjawab dari Micko. Ia tersenyum dan memanggil ulang, Micko melihat layar teleponnya, “Felis.”“Kenapa?.”“Apa terjadi sesuatu?.”“Tak ada. Aku baru mau pulang ahh aku melihat Vicka di sini.”“Kau melihat Vicka?.”katanya yang terkejut.“Ya. Dia bersama dengan seorang pria, mereka mencari