“Selamat datang di rumah!” Nia menyambut kedatangan Seila di rumah mereka. Gadis ini sudah boleh pulang karena keadaannya sudah membaik. Luka di kepala Seila sudah tinggal bekasnya saja,, begitu juga di tangan dan kakinya. Seila hanya membutuhkan salep untuk menghilangkan bekas keloidnya saja nanti.
“Mamah!” Seila memeluk ibunya erat. Rasanya begitu rindu seperti baru saja bertemu. Nuansa rumah ini terlihat asing karena Seila baru menapakkan kaki di sini lagi. Dia lupa di mana kamarnya, kamar mandi ataupun ruangan lain.
“Nak Angga silahkan masuk.” Kebetulan dia pulang diantar Angga dan ditemani Surya pula. Sebagai kekasih yang baik Angga mendampingi Seila hingga dia kini bisa pulang.
Mereka berkumpul layaknya keluarga, Angga diberi jamuan makanan dan Seila juga akhirnya bisa
Seorang pria tengah buru-buru setelah ikut kegiatan kampus untuk pertama kalinya. Tadi dia sempat tidak sopan menguping pembicaraan orang. Tapi meski sudah menguping, dia masih ingin kebenaran lagi dan akan membuktikannya kelak. Dia mencari posisi nyaman untuk menghubungi seseorang.Tutt …. Tuttt ….Kurang dari satu menit dia menelpon, langsung ada jawaban dari orang dibalik telepon.“Apa lo dapet info, Bob?” Setelah menunggu akhirnya temannya menghubungi juga.“Dapat, nih, Aks.” Orang yang dipanggil Bobi pun duduk di taman yang begitu sepi, jauh dari kumpulan mahasiswa. Berita yang akan dia sampaikan ini teramat sangat penting. Menyangkut masa depan Aksara.“Apa? Gimana?” tan
Suasana makin mencekam. Seila takut karena hujan semakin lebat, suara petir amat kencang dan benar saja, listrik pun mati. Sepertinya karena petir yang menyambar pepohonan atau tiang listrik sehingga menyebabkan semuanya gelap. Mati lampu untuk ukuran kota besar tentu tidak akan berlangsung lama, sebentar lagi juga listrik akan menyala. Seila benci kegelapan, karena itu dia refleks dia memeluk Angga erat. "Tetap di sini, aku takut.""Iya Sayang." Angga yang mendapat pelukan dari Seila pun merasa senang, dia merasa saat ini dibutuhkan oleh kekasihnya.Hatiku saat ini teramat senang karena berhasil memilikimu.Dulu memilikimu terasa sulit untukku.Apalagi saat kunyatakan cinta, kau malah menolakku karena mencintai pria lain.
Setelah beberapa kali bolak balik kampus dengan pakaian hitam putih, akhirnya masa orientasi siswa tinggal satu hari lagi. Banyak mahasiswa dan kakak tingkat yang ingin berkenalan dengan Seila tapi dia menutup diri, tidak mau sembarangan berkenalan dan dekat dengan teman baru. Kata Angga kan tidak boleh gampang percaya dan berteman dengan orang baru. Meski tidak banyak teman, Seila dikenal ramah dan memiliki paras yang cantik. Dalam sekejap dia menjadi populer di kampus.Saat berjalan sendirian dari toilet dan kembali ke aula, tangan Seila tiba-tiba ada yang menarik. Seila pun otomatis menoleh. Dia panik karena takut ada orang yang berniat jahat.Ternyata yang menarik tangan Seila adalah seorang pria tampan yang mengenakan pakaian hitam putih juga. "Hai …. Bolehkah aku tahu namamu?" tanya pria ini. Sepertinya sudah lama memperhatikan Seila dari keluar to
Seila sudah mengabarkan bahwa dia akan menginap di rumah Angga. Surya memperbolehkan, lagi pula, di rumah saja Seila sendirian. Surya sangat memaklumi sekali gaya pacaran anak ibu kota sekarang, jadi dia tidak mengekang malah membebaskan, asal tidak mempengaruhi nilai dan kuliahnya Seila. Seila juga tidak dalam mode sembunyi-sembunyian, semua harus sepengetahuan kedua orang tuanya.Surya memang bukan ayah yang baik, dia sendiri punya pekerjaan sebagai mucikari. Dia tidak menjual anak sendiri tapi membebaskannya, mau menjaga kesuciannya atau tidak juga tak masalah. Mau mengikuti jejaknya atau tidak juga tak apa. Yang terpenting dia bisa menghasilkan uang dan membahagiakan keluarganya dengan cara ini.Tentu banyak klien yang melirik Seila saat dia tengah meracik minuman, bahkan ada yang menawar dia dengan harga yang sangat mahal. Surya tentu tidak akan menjualnya
Tubuh Seila terasa remuk semua akibat pergulatan dua ronde yang ia lakukan bersama Angga. Dia sampai tertidur di ruangan bioskop mini, saking lelahnya sampai tidur pulas dan tidak sadar berakhir di kasur Angga. Semalaman Angga tidur memeluk Seila setelah memindahkan Seila ke kamarnya.Nyaman, benar-benar nyaman tidur seperti ini bersama Seila karena biasanya dia tidur sendiri. Lega pula rasanya karena sudah melakukan pelepasan.Sepertinya Angga akan cepat menikahi Seila saja, daripada tidak kuat jauh-jauh dari kekasihnya dan makin banyak saingan yang ingin merebut Seila darinya.Matahari pun telah menyinari bumi. Hari ini tidak ada kegiatan orientasi mahasiswa lagi, kebetulan ada tiga hari libur juga sebelum masuk kuliah.Cara membangunkan Seila ala Angga adalah me
“Aaaa …. Ternyata seru juga!” Baru jalan sebentar dengan motor, Seila berteriak kegirangan sambil sedikit berdiri. Dia seperti baru pertama kali naik motor saja, dulu sering bersama Aksara. Untung tidak ada momen lewatnya kilasan masa lalu di kepalanya. Kalau ada lalu dia sedang berdiri di motor bisa bahaya.“Jangan gitu, bahaya!” Angga mengusap kaki Seila agar dia kembali duduk dengan nyaman dan memeluk pinggangnya. Dulu Angga naik motor sendiri, tidak ada wanita yang ia bonceng. Motor ini dilarang membawa penumpang selain laki-laki. Angga berjanji akan membonceng hanya seorang gadis yaitu Seila. Senang rasanya bisa melihat gadis yang ia sukai dari kaca spion, biasa di belakang kosong sekarang ada yang memeluknya erat.Seila senang bukan main, dia merasa terlahir kembali, kebetulan hari ini jalanan tidak terlalu padat, jadi siang
“Kenapa Sayang?” tanya Angga panik langsung memeluk Seila dan menutupi tubuhnya dengan kain yang paling dekat. Angga takut dia telah menyakiti Seila karena pergulatan tadi terlalu bersemangat. Sulit untuknya mengendalikan diri jika melihat tubuh sang kekasih yang mulus dan sexy. Insting Angga langsung mengatakan bahwa dia harus menerkam Seila saat itu juga. Naluri kejantanan Angga tidak bisa dipungkiri, begitu membara saat bersama Seila. “Hu …. Ha. Hu, hah.” Seila mengatur napasnya sambil menekan kedua pelipisnya agar tidak terasa sakit. Makin lama kepalanya semakin terasa berat hingga dia meremas rambutnya dengan kasar. Oh tidak, proses mengingat masa lalu ini terasa lebih sakit dari biasanya, lebih lama pula. Bayangan-bayangan penggalan memorinya saat bercinta bersama Aksara pun muncul. Wajah Aksara juga lumayan jelas bisa ia ingat. “Aksara …
"Tiati di jalan. Kalau sampe kabarin, ya!" Seila melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Malam ini dia tidak mau tidur bersama Angga, banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Dia tak lagi bersikap dingin karena tidak mau Angga curiga jika dia sudah sedikit ingat tentang Aksara.“Bagaimana cari bukti-bukti di masa lalu, ya?” tanya Seila sambil melangkahkan kaki ke depan rumahnya dari gerbang luar. Angga tidak ia suruh masuk pula untuk mampir sebentar. Menguak masa lalu yang ditutup rapat mungkin agak sedikit sulit, ditambah lagi sepertinya ada bumbu yang menyakitkan dan Seila harus siap akan hal ini.“Ah iya. Bik Sur kalau di introgasi bakal bohong gak, ya?” Ayah dan ibunya sudah pasti berbohong, orang bilang pacarnya itu Angga dan pura-pura tak tahu siapa Aksara.Racun yang ditebarkan